04. Tentang sahabat

3K 255 41
                                    


Daftar keinginan Sabir menjelang usia kepala tiga:

1. Punya rumah sendiri hasil dari kerja keras;

2. Beternak/mengembangbiakkan burung walet;

3. Bisa keliling Indonesia (Kalau keliling dunia masih kejauhan, jadi tidak ditulis) kemudian;

4. Punya istri.

Untuk poin terakhir, terima kasih kepada Serena yang melancarkan keinginan Sabir, walaupun nyatanya mereka tidak seperti pasangan pada umumnya. Menikah saja dengan motif hendak move on dari mantan kekasih.

Sungguh, manusia mana lagi yang menjalin hubungan seperti ini?

Sabir mengira hanya mereka; dua orang teman yang nekat ke jenjang pernikahan tanpa cinta—lupakan perihal suka, karena suka pastinya ada (setidaknya dalam hati Sabir). Tapi, hei! Sabir tidak salah dengar wanita itu mengajaknya hihi-hihi barusan, kan?

Titisan ular mana yang sedang merasuki mulut Serena sampai-sampai berkata begitu?

Rasanya Sabir rajin membersihkan telinga hingga ke dalam-dalamnya, mata pun masih sangat jelas memandang, belum ada indikasi rabun dan sebagainya, yang membuat ia masih dapat membaca buku ini:

101 Gaya Kamasutra Yang Cocok Untuk Pemula
Oleh: Jizzy Elvina

Kurang ajar si Jizzy.

Sabir tahu sahabat karib Serena yang juga bagian dari temannya ini memang antri paling belakang saat pembagian akhlak sehingga kebagian sisa, dan beginilah hasilnya:

Serena terkena virusnya.

"Malam ini, mau coba gaya yang mana?"

Hei, yang benar saja! Cuma Serena yang paling waras di antara teman-temannya yang lain. Jangan sampai wanita yang resmi menjadi pasangannya ini malah ikut-ikutan Jizzy.

"Er, bukannya kamu sendiri yang bilang di surat, kalau yang itu... opsional?" Ibarat kata, tinta bekas tanda tangan di materai masih basah. Masa' dia lupa sama perjanjian? "Kamu jangan mikirin kado Jizzy. Dia memang begitu kan orangnya. Suka iseng-iseng nggak berhadiah."

Tawa canggung berkumandang menemani merahnya warna yang merambat di leher dan telinga Sabir. Kenapa gerah, ya? Padahal jamu kuat dari Emak sama Ayah juga belum diminum.

Apa karena Serena? Perempuan itu ujug-ujug melepas baju tidur bergambar kelinci dan berganti dengan lingerie merah menyala.

Bergantinya di depan mata Sabir pula!

Aduh, ini pasti saran sesat dari pengirim kado. Sabir dapat menebak dengan keakuratan seratus persen; yakin bahwa tadi Eren tengah berbalas pesan dengan sahabatnya, kemudian diminta untuk menjadi istri yang sebenar-benarnya (contoh istri yang benar dalam kamus Jizzy Elvina ditulis dengan kalimat: hubungan intim).

"Er, kamu ngapain? Ac-nya kurang dingin sampai-sampai pakai baju kurang bahan begitu?"

"Cuma mau kasih review buat Jizzy seberapa bagus hadiah yang satu ini." Serena mengacak-acak rambut, membuat kesan berantakan nan seksi. Harga dirinya serasa dijatuhkan saat pesan tadi ditangkap penglihatan. Bisa-bisanya Jizzy meledek kalau Sabir tidak selera apabila Serena hanya memakai piyama kelinci di malam pertama—yang sialnya memang tengah dipakai.

Walaupun ia dan Sabir belum jatuh cinta sebagaimana seharusnya, Serena pikir untuk menjalankan kewajiban sebagai istri tidak ada salahnya. Lupakan dulu perjanjian nomor dua. Nafkah batin... boleh lah coba-coba. Kapan lagi Serena bisa mempraktekkan materi bereproduksi zaman sekolah.

"Jadi gimana? Kamu tergugah nggak?"

"Eren, kamu kebanyakan makan gula?" Pria ini praktis memeluk badan sendiri saat perempuan itu tau-tau duduk di sampingnya dengan gaya yang... luar biasa. Cantik sekali istrinya Sabir! "Udah, ah. Tidur aja, tidur. Aku nggak minta apa pun juga. Urusan yang begitu-begitu nanti kita pelajari dulu sama yang ahli."

[✓] Pathways to Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang