Yolanda lupa kapan tepatnya sang anak menjadi sedikit aneh. Entah ketika guru SD-nya melapor bahwa Janu mencekik teman sekelas dengan alasan kesal—sebab ia selalu kalah saing darinya. Entah ketika Yolan memutuskan mendaftarkan anaknya untuk lanjut bersekolah di pondok pesantren, namun malah berakhir dengan kabar pelecehan; sang anak mencium pipi seorang santri yang merupakan anak kyai —dan hampir menyentuh bagian privat dari tubuh santri tersebut— hingga ia dikeluarkan. Atau ketika ia berkuliah di Prancis dan ditangkap polisi sana akibat membunuh 2 ekor anjing tanpa sebab. Satu jawaban ketika ditanya apa alasannya melakukan itu, Janu berkata bahwa ia hanya senang melihat hewan itu meraung ketika tersiksa.
Sungguh, Yolanda tidak mengerti anaknya. Bahkan ketika Janu memutuskan untuk ke Aussie dan menjadi chef di sana, kabar tak mengenakkan itu kembali hadir; sang anak menghamili seorang wanita yang telah bersuami. Seolah kabar buruk ini belum berakhir, Yolan harus menelan pil pahit ketika anaknya menolak untuk bertanggungjawab atas perbuatannya.
"Hal seperti itu biasa di negara sana, buat apa repot-repot minta maaf segala? Toh, ngelakuinnya dengan persetujuan dua belah pihak." Itu jawaban sederhana yang saking sederhananya berhasil membuat Yolanda darah tinggi.
Pemanggilan agar anaknya pulang ke negeri asal pun dilakukan, sudah ia siapkan seorang anak dari keluarga terpandang yang bisa menguntungkan Syamsu Abidin—suaminya, dan di lain sisi akan membuat sang anak patuh pada norma-norma yang ada. Dia… Sri Asih Atmodjo. Namun apakah Janu Baskara lekas patuh pada titah ibunda dan pulang ke tanah air? Tentu saja tidak.
Ter-kabar pula bahwa Sri Asih kabur dari kediaman keluarganya, hingga rencana perjodohan itu hampir-hampir batal. Butuh tiga tahun, hingga Janu benar-benar pulang. Alasannya apa? Ada satu hal yang tidak Yolan ketahui, yakni sang anak kembali mempunyai skandal dengan wanita yang sudah menikah. Satu-satunya alasan kepulangan Janu ke Indonesia yang diketahui oleh Yolan hanyalah dia tak lagi diterima bekerja di sana.
Head chef? Bah! Memang sudah setinggi itu pekerjaannya andai dia tidak buat ulah dengan mengonsumsi narkoba. Konon kepada Serena ia berkata bahwa sudah punya restoran sendiri? Bah! Cerita fiktif semacam itu memang mudah dikeluarkan dari mulut manusia yang otaknya hilang setengah. Yolan bahkan baru ingat bahwa pria yang otaknya barangkali miring ke kanan ini adalah anaknya ketika terdengar kabar sang anak bunuh diri.
"Bisa anda jelaskan bagaimana Janu bisa terlibat dalam penculikan dan akhirnya mengakhiri hidup dengan tragis?"
Itu pertanyaan ketika Yolan duduk di ruang interogasi, memucat wajahnya dengan mata sembab sejak penyelidikan ini dimulai.
Satu-satunya jawaban paling mudah yang bisa Yolan berikan hanyalah, "Saya tidak tahu, Pak. Belakangan ini dia memang berubah, nampak seperti tertekan."
"Tekanan dari mana? Apa ada masalah di pekerjaan atau dengan teman-temannya?"
"Dia kehilangan pekerjaan beberapa bulan lalu dan sepertinya sulit untuk bangkit kembali. Dia juga sering bicara tentang dunia yang gelap dan merasa tidak punya harapan," jawab Yolanda, kali ini bergetar sebab ia tak yakin jawaban ini bisa meloloskannya dari sanksi.
"Lalu mengenai obat-obatan terlarang, bisa anda jelaskan? Narkoba jenis sabu-sabu dan juga ganja bahkan ada di kediaman keluarga anda. Anda dan suami menutupi kesalahan anak sendiri, benar?"
"Saya—saya tidak tahu, Pak. Saya tidak tahu anak saya menyimpan obat semacam itu di rumah. Dahulu dia merantau, baru pulang beberapa bulan belakangan. Jadi saya tidak tahu dia mengonsumsi obat semacam itu."
Inspektur Edo yang sejak tadi bertanya lekas mendengus, nyaris hendak menertawakan jawaban paruh baya ini. Sudah banyak bukti bahwa dia dan suaminya memang menutupi perbuatan sang anak yang menyelundupkan narkoba ke rumah keluarganya. Mau mengelak bagaimana lagi Yolanda Retno ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Pathways to Happiness
RomansaSingkatnya begini, Serena ngajakin Sabir nikah karena habis diselingkuhi kekasihnya yang abdi negara itu. Gilanya, Sabir si teman masa kecil pun mau. Mari, ikuti lika-liku perjalanan bapak Masinis dan ibu Baker yang ingin menjadi pasutri apa adanya...