lima

1.4K 217 4
                                    

🐈‍⬛ corpse bride.

Tubuh Jeno sedikit oleng sebab tiba-tiba saja ditubruk dari arah depan. Dia menoleh dan refleks mengangkat sebelah alisnya saat menemukan keberadaan seorang lelaki kecil yang sedang tersenyum pongah kearah nya.

"Oh maaf sepertinya aku tidak melihat mu," entah mungkin hanya firasat Jeno saja tapi tawa kecil yang keluar dari bibir bocah itu terdengar seperti meremehkannya.

Anak itu kemudian berdehem singkat. Dagunya sedikit diangkat naik demi menghadap Jeno yang pastinya lebih tinggi darinya,"Perkenalkan aku Sakuya, calon pengantinnya Jaemin."

Raut wajah Jeno tentunya semakin berkerut bingung. Yang lebih aneh adalah bagaimana tangannya tetap terangkat guna menyambut tangan pria kecil itu.

"Kau benar-benar belum mati, kan?"

Dalam keadaan linglung, Jeno tidak menyadari bahwa kepalanya saat ini bergerak mengangguk.

"Yes!"

"Kalau begitu aku harus segera mengumpulkan sembilan ribu mawar hitam agar tidak ada lagi yang berusaha untuk merebut Jaemin."

"Kau—" jari telunjuk mungil itu kini terangkat—menunjuk tepat ke depan wajah Jeno.

"Semoga kau bisa segera bangun! sampai jumpa!"

Dengan berteriak Sakuya melambai pergi dari hadapan Jeno; meninggalkan lelaki berhidung mancung itu yang masih dalam keadaan terperangah luar biasa.

🐈‍⬛ corpse bride.

Ini pertama kalinya Jeno naik ke menara bangunan yang saat ini ditinggali Jaemin. Angin sepoi yang berasal dari kegelapan menyambutnya seketika—meniup ujung anak rambutnya.

Jeno sejenak menahan langkah kakinya; memperhatikan punggung Jaemin yang sedang duduk sembari menengadah memperhatikan sang rembulan yang tampak penuh di atas sana.

"Bulannya sedang penuh," basa-basi nya sembari mendudukkan pantatnya tepat di sebelah Jaemin.

Pengantin pria itu tersenyum tipis,"—dan aku lagi-lagi masih duduk di sini menyaksikannya terus berganti di hariku yang bahkan sudah berhenti sejak lama."

"Mau tahu mereka memanggil ku apa?" Jaemin berdecih kecil,"Seorang mayat pengantin pria yang menunggui rembulan menghadiahinya seorang kekasih untuk menikahinya."

"Yah setidaknya itu bukan berita bohong. Karena begitulah keadaanku... menyedihkan."

Entah karena rasa empatinya, Jaemin menoleh ke arah Jeno saat rasakan hangat menjalar di atas punggung tangannya yang tiba-tiba saja dijatuhi tangan lelaki itu.

Tersenyum tipis, dia memilih menarik batasan dengan menyenderkan kepalanya pada bahu tegap Jeno. Gilirannya, meraih tangan lelaki itu lalu merangkap jari jemarinya untuk merasakan lebih jauh hangat suhu tubuh yang dimiliki pria mancung itu.

"Tubuh mu hangat sekali .... aku merindukan perasaan ini," akunya tulus.

Jeno membiarkan. Berpegang teguh oleh rasa empati yang ia miliki, pikirnya.

"Bagaimana dengan bocah itu?"

"Hm?" Jaemin berpikir sejenak,"Sakuya maksud mu? Apakah kau sudah bertemu dengan nya?"

"Yah begitulah ...."

"Menurut mu bagaimana?" Jaemin melempar tanya balik.

Tidak ada jawaban yang Jaemin dapatkan. Tapi wajah Jeno yang tampak berpikir benar-benar mengundang kekehan keluar dari bibir pucatnya.

Jaemin duduk tegak kembali.

"Apakah kau pikir aku bersedia menikahi seorang anak kecil?"

"Bukankah dia akan segera bertumbuh? mungkin dua atau tiga tahun kedepan???"

Jaemin menatap Jeno geli.

"Kalau begitu jika dihitung dari kapan waktu dia meninggal, mungkin sekarang dia sudah berumur dua kali lipat dari kita."

"Sebentar, apa?" Jeno sungguh tidak bisa berpikir jernih saat ini.

"Dia lebih tua dari mu, dan pastinya lebih tua dari ku juga."

"Tunggu, jadi maksud mu—?"

Jaemin menyangga tubuhnya dengan kedua tangan. Kembali menatap sang rembulan yang masih terang benderang di atas sana.

"Waktu nya telah berhenti Jeno. Begitu pun dengan waktu ku. Seperti alam ini, malam telah menjadi akhir bagi kita."

🐈‍⬛ tbc.

don't forget to tap ⭐ and gimme a review juseyo >.<!

Corpse Bride nomin ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang