Corpse Bride nomin ver.

sembilan

🐈‍⬛ corpse bride.

"Aku bersedia,"

"Aku bersedia menikahi mu."

Jeno melepaskan pelukannya, bibir lelaki berhidung tinggi itu ditarik tipis sementara tangannya mengusap sisa air mata yang membasahi pipi Jaemin.

"Mari temui Paman Lim dan katakan bahwa kita akan menikah."

"Jeno tunggu!" Jaemin menahan pergelangan tangan lelaki itu.

"Kau—Gila!" mayat pengantin pria itu kini mulai menyadari situasinya.

"Aku tidak. Mari menikah."

Mata Jaemin membelak, dia mendekat untuk membekap mulut Jeno berbicara lebih jauh lagi.

"Berhenti bercanda atau kau bisa segera mati."

Jeno memegang tangan dingin yang menghalangi bibirnya itu. Tatapannya kini lurus memandang iris gelap milik Jaemin.

"Kau—apakah kau terpenjara di tempat ini karena rasa kecewa mu yang begitu besar?"

"Keinginan mu untuk menikah, apakah itu membelenggu mu?" Jeno melangkah maju lebih dekat lagi, mempersempit jarak diantara mereka.

"Atau—kenyataan yang sebenarnya adalah kau yang menanti pria itu?"

Jeno mengambil kedua tangan Jaemin yang kini bungkam. Mengusap nya lembut begitupun dengan tatapnya.

"Aku akan membebaskan mu. Aku tidak main-main saat mengatakan aku bersedia menjadi pengantin pria mu. Aku sangat serius, Jaemin."

🐈‍⬛ corpse bride.

"Maafkan aku, aku sungguh minta maaf Ibu."

Renjun menunduk tidak berdaya di tempatnya. Hatinya sama sakit tapi keputusan sang Ayah sungguh tidak bisa ia ganggu gugat lagi.

Kesempatan menunggu yang sudah diberikan sang Ayah habis sudah dan kini dengan berat hati dia harus mengatakan ini di depan kedua calon mertuanya; di depan laki-laki yang sejujurnya telah berhasil menempati bilik kosong di hatinya.

"Maafkan aku."

Renjun keluar dari sana. Tidak sanggup mengatasi tatapan kecewa dari kedua orang tua Jeno. Ia pantas dibenci, tentu saja.

"Bagaimana dengan putra kita?"

Ayah kini memeluk tubuh sang istri yang terisak. Lelaki di kepala lima itu juga tidak bisa berbuat apa-apa.

🐈‍⬛ corpse bride.

Demi Tuhan rasanya aneh sekali.

Jaemin tahu jantungnya sudah tidak lagi bekerja, tapi kenapa rasanya dia seperti berdebar di dalam sana.

Semua orang kini sedang bersuka cita menyiapkan pesta pernikahannya dan Jeno yang akan dilaksanakan tepat tengah malam nanti.

Ini pasti mimpi. Tapi kenyataan bahwa tidak ada lagi waktu tidur di alam kematian membuat Jaemin menyadari bahwa tangan Jeno yang kini menggenggamnya adalah sungguhan.