enam

1.3K 214 14
                                    

🐈‍⬛ corpse bride.

Beberapa hari yang lalu atau bahkan sekarang, tidak ada yang bisa Jeno lakukan selain berdiri memandangi tubuhnya yang masih terbaring kaku. Usaha menyentuh daksa nya harap-harap berhasil masuk ke dalam tubuhnya.

Kepergian Ibu bersama sang Ayah kini digantikan sosok yang beberapa hari ini juga selalu berada di sampingnya; menjaganya.

Huang Renjun—calon pengantin nya itu saat ini terlihat telaten mengelapi bagian tubuhnya.

"Dia benar-benar sudah jatuh cinta padamu."

Jeno menoleh ke arah Jaemin yang sedari tadi duduk malas-malasan di atas sofa. Mayat pengantin pria itu kemudian menegakkan tubuhnya dan memperbaiki tuxedo nya.

"Aku pergi," putus nya. Rasanya pengap juga hanya menjadi penonton di sini. Jaemin tahu sangat hatinya sudah sejak lama tidak bisa merasakan emosi apapun tapi sungguh dia tidak merasa nyaman berlama-lama di sini.

Lagipula, Jaemin tidak tahu kenapa dia dengan setia mengintili Jeno setiap hari. Pikirnya apakah ini yang dirasakan Sakuya selama ini?

Jeno masih tidak bergerak dari samping tubuhnya bahkan saat Jaemin pergi menembus dinding ruangan.

Perhatiannya kembali tertuju memandangi dirinya sendiri dan juga sosok Renjun yang saat ini sedang menatapnya lamat.

Lembut tatapan mata laki-laki itu, Jeno bisa merasakan nya.

Tangan Renjun kemudian mengambil tangannya. Lelaki itu tiba-tiba saja menunduk dalam.

"Maafkan aku .... aku sungguh minta maaf Jeno," lirih lelaki itu.

🐈‍⬛ corpse bride.

Tubuh Jeno menembus dinding. Dia sejenak menahan langkahnya guna mencari keberadaan Jaemin yang kiranya sedang menunggu di kursi luar.

Namun nihil. Entah kemana lelaki bertuksedo putih itu pergi.

Melupakan kemana arah tujuan Jaemin sekarang, Jeno berlarian menyusul langkah kaki Renjun yang pamit untuk pulang setelah kedatangan Ibu dan Ayah.

Pandangan mata Jeno memencar diantara orang-orang yang berlalu lalang, di ujung sana. Jeno menemukannya.

Langkah kaki Jeno otomatis tertahan begitu matanya mendapati sebuah mobil putih yang tiba-tiba saja berhenti tepat di depan Renjun.

Jeno—merapatkan bibir.

🐈‍⬛ corpse bride.

Tuksedo nya di buka dan kini menggantung pasrah di lengan kanannya. Jeno berjalan lambat dengan isi kepala nya yang dipenuhi tanda tanya.

Gemerlap sinar dan juga suara bising yang samar membuat nya mendongak dan tercengang di tempat.

De javu saat tiba-tiba saja seseorang menabrak nya. Namun kali ini dari arah belakang dan oleh anak lelaki yang sama; Sakuya.

"Kau sedang apa? Kenapa melamun di sini?"

"Apakah sedang ada pesta?" tanya Jeno balik.

Sakuya mengangguk semangat,"Bibi Han akhirnya menikah dan bisa pergi melewati sungai Sanzu! Ayo!"

Lelaki kecil itu lalu meraih tangan Jeno dan menarik tubuh yang lebih besar untuk ikut bergabung dalam pesta pernikahan tersebut.

Kebisingan itu kini di depan mata. Jeno sejenak takjub memperhatikan sekeliling yang tampak Gemerlap. Benar-benar seperti sedang berada di sebuah pesta.

"Awas!"

Jeno sedikit minggir guna memberi jalan kepada seseorang yang tengah membawa kue pernikahan.

"Wow ...." Jeno tertawa kecil. Seketika terlupa oleh gundah gulananya tadi.

Di pojok sana. Matanya menangkap keberadaan Jaemin yang sedang duduk sendirian memegangi gelasnya.

"Ternyata sungguh ada pesta di sini."

Celetukan nya membuat Jaemin menoleh. Jeno lalu menempatkan tubuhnya tepat di sebelah Jaemin.

Keduanya sama-sama diliputi senyap. Masing-masing sibuk memperhatikan orang-orang yang tampak begitu bersemangat bersenang-senang di lantai dansa. Tak terkecuali sepasang pengantin yang tentunya amat sangat berbahagia saat ini.

Jeno kembali memfokuskan perhatiannya ke arah Jaemin.

"Apakah itu juga bisa membuat mabuk?"

Jaemin menoleh dan segera tahu apa yang sedang Jeno maksudkan. Gelasnya, yang saat ini berisi anggur merah.

"Tergantung, sesuai apa yang kau pikirkan."

Jaemin menghabiskan tegukan terakhir.

"..... dan aku sungguh ingin mabuk saat ini," bisiknya pada diri sendiri.

Jeno tersenyum tipis saat menyaksikan kerutan samar yang timbul pada dahi pucat Jaemin. Lelaki berhidung mancung itu tiba-tiba saja berdiri kembali.

"Ayo," tangan kanannya terulur ke depan wajah Jaemin. Tahu bahwa Jaemin kebingungan, dagunya lalu menunjuk ke depan; dengan maksud mengajak pengantin pria itu bergabung di lantai dansa.

Disambut.

Dengan langkah ragu sekali lagi Jaemin membiarkan kakinya melangkah mengikuti jejak Jeno.

Kedua tangannya ditarik pelan lalu disampirkan ke atas bahu pria itu. Andai saja ia masihlah seorang manusia, mungkin saat ini kedua pipinya sudah semerah tomat matang oleh karena dekap hangat yang sedang Jeno lakukan terhadap kedua sisi pinggangnya.

Gerak tubuh keduanya terlihat kaku.

"Aku tidak pernah melakukan ini," celutuk Jaemin jujur.

Jeno tersenyum simpul,"Aku pun," akunya.

🐈‍⬛ tbc.

anak sekolahan udah pada libur ga sih?

Corpse Bride nomin ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang