9. double date?

281 20 1
                                    

"Masih jauh ya, dek?" Tanya pria tinggi yang mengikuti Yohan dari belakang.

Sudah 10 menit berlangsung setelah Yohan menawarkan diri untuk memberitahu arah toilet. Dan mereka hanya berputar-putar di sekitar toko-toko.

"E-ee i-iya" jawab Yohan ragu.

"Kayanya dari tadi kita cuma muter-muter ya" ujar pria itu sedikit tertawa.

Banyaknya orang membuat mereka menepi.

Tiba-tiba suara orang berlari menghampiri Yohan dan pria itu.

Spontan Yohan menoleh. Ternyata itu adalah Erik. Wajahnya terlihat sangat marah.

Bruk

Erik memeluk kasar Yohan. Menyelundupkan wajahnya di pundak Yohan sambil terengah-engah.

Yohan yang di peluk pun tercengang. Tak tertinggal, pria yang bersama Yohan juga ikut tercengang.

"L-lo kenapa?" Tanya Yohan dengan nada khawatir.

Tapi Erik tidak menjawab. Dia mencoba perlahan-lahan mengatur nafasnya. Kemudian matanya menatap tajam pria yang bersama Yohan.

Pria yang di tatap Erik sedikit tersentak lalu ia nunduk menyapa.

"Lo siapa?" Tanya Erik dengan nada mengintimidasi. Lalu ia melepas pelukannya dan maju kedepan untuk menyembunyikan Yohan.

"Woi!" Bisik Yohan. Merasa tidak enak dengan pria yang tadi di tolongnya.

"Ohh saya tadi tanya arah toilet" jawab pria itu dengan tersenyum.

Setelah mendengar jawaban pria tinggi itu, Erik memanggil seorang security untuk memberi tahukan toilet untuk orang itu. Yohan pun meminta maaf kepada pria tinggi itu karena bukannya membantu tapi malah merepotkan.

Tak makan waktu lama, Erik langsung menggandeng Yohan pergi dari sana.

Mereka duduk di kursi depan cafe minuman. Erik memegangi jidatnya tanpa bicara apapun.

Yohan yang duduk di depan Erik merasa bersalah karena merepotkannya. Dia tampak ragu ingin bertanya.

"Oi, gue tadi cuma niat nolongin" jelas Yohan dengan nada bersalah.

"Iya, tau" sahut Erik. Ia terdiam lagi untuk beberapa saat. Mendinginkan kepalanya. "Lain kali chat gue kalo ada apa-apa." tuturnya.

"Iyaaa" jawab Yohan. Dia ingin membahas pasal Erik yang tiba-tiba memeluknya. Tapi ia ragu karena Erik terlihat marah dan berakhir tidak jadi.

Erik lekas berdiri. Dan menawarkan tangannya pada Yohan untuk di gandeng.

"Kemana?"

"Keluar, cari angin"

"Terus bioskopnya?"

"Biarin"

Tanpa sadar Yohan menaruh tangannya di atas tangan Erik yang dari tadi mengambang.

Sebuah senyuman terukir di wajah Erik.

Mereka berjalan menyusuri mall dan turun melewati eskalator.

Yohan pun melupakan tujuan awalnya membantu Erik membeli 'barang'.

.
.
.
.
.

Hari semakin siang. Tapi cuaca redup dan matahari tak terlihat. Erik dan Yohan sudah sampai di luar mall.

Tangan Yohan masih di gandeng Erik. Mereka berjalan melewati parkiran dan menuju ke arah jalan. Yohan tampak kebingungan.

"Loh, jalan kaki?!"

USURER [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang