Yohan sedang berangkat ke sekolah. Karena jarak rumahnya dekat dengan sekolah, jadi dia berjalan kaki.
Tepat sesampainya di dalam gerbang sekolah, pemuda dengan bekas luka di samping matanya itu berhenti sejenak.
"Gue belum makan kan tadi?" dia bertanya pada dirinya sendiri. ".. oiya belum".
Padahal dia sudah makan.
Dia kemudian berbelok ke arah kantin. Dan menuju kulkas. Dia mengambil sebuah sandwich buah. Dan lekas ke kasir.
"Delapan ribu" kata kasir
Yohan merogoh kantongnya. "Oh.. gue lupa bawa dompet".
"Terus gimana?" Tanya kasir
"Hemm.." dia melihat ke arah luar dan melihat seseorang yang akan masuk kantin. "Oi, tolong panggilin Raka dong"
Pemuda yang hampir masuk kantin pun berhenti. Dan menengok kanan kiri. Lalu menunjuk dirinya sambil bingung.
Orang yang lupa dompetnya pun mengangguk.
Tapi pemuda yang tadi hampir masuk tetap masuk. "Lu pikir gue babu lu". Pemuda itu masuk dan mengambil sebotol air mineral. Dan ke kasir.
Pemuda itu mengamati situasi. "Kenapa?" Tanya pemuda itu pada kasir.
"Dia lupa dompetnya"
Pemuda itu melirik sandwich buah di meja. Dan mengeluarkan uang dua puluh ribu. "Kembaliannya kasih dia aja". Dia langsung keluar kantin.
.
.
.
.
.Yohan makan sandwich buahnya sambil berjalan menuju kelas. Dan duduk di samping Raka yang sedang mengaca pada cermin yang di pegangnya sambil menyisir rambut.
"Lu tau ga sih, Han?" Lalu dia menyimpan cerminnya di dalam tas. "Gue takut gue bakal di bully di sekolah" katanya sambil merengek dan bersandar di meja.
"Kok bisa?"
"Karna ketampanan gue yang menyilaukan huhuhuuu~"
Yohan memutar bola matanya dengan lelah. Dia sudah muak dengan kenarsisan teman sebangkunya itu.
"Eh lu udah pr kimia?"
"Emang ada?"
"Gatau deh gatau~ susah banget mesti ngingetin temen yang pelupa di usia mudanya. Aku turut prihatin"
Yohan mencubit lengan Raka.
"AWW!"
Yohan kemudian teringat sesuatu. "Eh, gue kayanya punya utang"
"Hah, sama gue? Elahh ambil aja, Han~. Gue itu murah hati serta dermawan. Walaupun utang lima rebu gue bakal ikhlasin kok~"
"Bukan lu. Ga tau tadi orang tiba-tiba bayarin gue"
"Lu kenal orangnya?"
"Kayanya engga si"
"Mungkin itu sengaja ngasih.."
"Oh bisa begitu ya? Bagus deh" Yohan lega mendengar itu. Padahal hanya asumsi.
"Gue kan bilang mungkin. Eh tapi lu kepikiran ga sih? Bisa aja dia bayarin lo karna tau lu temen gue. Jadi dia itu kek fans gue gitu loh"
"....."
"Eh lu tau ga?"
"Gak"
"Ih ini beneran tau". Raka kemudian mendekat ke Yohan. "Katanya tu ada anak baru di kelas sebelas sama kaya kita tapi dia di kelas A"
Entah kenapa, Raka selalu tidak pernah kelewatan gosip.
"Terus?"
"Dia kaya raya woeee~~" sampai nafas nya masuk ke telinga Yohan dan membuat nya merinding. "Katanya tu, dia naek pajero woe tadi pagiiiii gila ga tuhhh~~"
"Jauh-jauh ngomongnya napa" Yohan mendorong kepala Raka.
"Gue liat mukanya woee, dia cakep bjir" Raka memelototi Yohan. "Tapi cakepan gue lah" sambil mengelus-elus dagunya.
"Disini ada yang namanya Yohan?" Tiba-tiba seseorang bertanya di pintu kelas XI C.
Reflek Yohan dan Raka menengok.
Raka melotot. "AAAAAAAAA-eup" mulut Raka langsung di dekap Yohan.
"Ngapain lu teriak?!" Lirih Yohan
Karna teriakan Raka mengundang perhatian. Seseorang yang bertanya tadi langsung berjalan ke arah Yohan dan Raka.
Raka membisik ke telinga Yohan. "Dia itu anak pajero itu woe. Namanya Erik"
"Hah?"
Pemuda yang di duga namanya Erik itu sampai di depan Yohan dan Raka.
"Lu ikut gue" Erik menarik tangan Yohan.
Yohan tampak bingung dan langsung melepas genggaman Erik. Tapi dia tak bilang apa-apa.
Raka langsung berdiri. Tapi agak takut. "E-eh lu ngapa narik t-teman gue"
"Dia ada utang di gue" Erik menggenggam pergelangan tangan Yohan lagi dan langsung keluar kelas.
"Hah? Emang ada?" Tanya Yohan sambil di seret keluar.
.
. . .
. . . . .
. . .
.Dikit dulu yaw~

KAMU SEDANG MEMBACA
USURER [BL]
Novela JuvenilSeorang yang asing terus terlibat dengan Yohan. Tanpa sadar Yohan mulai terbiasa dengan perlakuan Erik yang suka menempel padanya. Suatu hari Erik terungkap diam-diam menyelidiki Yohan, hubungan mereka pun tak berjalan seperti biasa. Tapi ternyata Y...