Erik masih menggandeng Yohan. Entah kenapa Yohan berpikir bahwa dia akan di bawa ke pojokan gang kecil dan akan di rampas harta bendanya.
Dengan paksa Yohan berhenti. Dia tampak kelelahan. "Mau.. hosh kemana.. sih" Yohan tampak ngos-ngosan, padahal mereka baru berjalan sekitar dua kelas. "Gue kasih tau ya, kayanya lo salah orang deh"
Erik menatap Yohan dengan bingung. Kemudian dia mennyeret Yohan lagi. "Ngga kok"
Ternyata Erik membawa Yohan ke kelasnya dan menyuruh nya duduk di bangku pojok belakang. Itu bangku Erik.
"Buset gue mau di apain?"
"Lo minggir dulu" perintah Erik pada orang berkacamata yang duduk sebangku dengan Erik.
Abin yang sedang membaca buku. Dia pun nurut pindah ke bangku depan. "Lo jangan bikin masalah" peringatnya.
"Apasi, gue cuma mau nagih utang" jawab Erik sambil cengengesan.
"Lo bener ga salah orang?" Yohan ingin memastikan lagi.
Ctak!
"Aww!"
Erik mencetik jidat Yohan. "Lo lupa ya?"
Yohan memijit-mijit jidatnya sambil berfikir keras. "Ohhh jangan-jangan lo yang tadi pagi bayarin gue?" Yohan menunjuk muka Erik.
"Nah itu ingat. Sebagai bayarannya lo harus ngerjain pr gue"
"Anak baru udah punya pr" gumam Abin
"Sssstttt!"
"Hah? Bukannya buat gue?"
"Gue ga bilang gitu tuh~" Erik berpangku dagu.
"Masa? Engga engga! Gue bayar aja deh, bentar gue ambil duit dulu" Yohan hendak beranjak.
Dia lupa kalo ternyata tadi pagi Erik benar-benar memberi kembaliannya. Bahkan dia lupa kalo ada uang tujuh ribu di kantongnya. Dan juga! Dia lupa jumlah uang tadi pagi.
"Raka ada kali ya lima puluh?" Yohan
"Eits!" Erik menariknya dan duduk lagi. "Cepet, keburu bel"
"Gue ga pinter loh. Kalo nilai lo merah gimana?" Yohan berusaha meyakinkan. Padahal dia masuk 10 besar tahun kemaren.
Walaupun Yohan seorang pelupa. Tapi dia adalah orang yang selalu berusaha. Ya, berusaha mencontek.
"Udah~ ga papa" Erik mengeluarkan buku pr milik Abin. Dia mencari-cari pr yang belum di kerjakan Abin. Tapi ternyata sudah di kerjakan semua. Lalu dia sedikit bingung. "Eee..."
Abin menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya.
.
.
.Bel sekolah berbunyi. Menandakan pulang. Di siang yang terik. Yohan memutuskan untuk berteduh dahulu di pohon rindang yang terletak di luar gerbang sekolah.
"Panasnya~"
Dia mengingat kejadian dimana dia di seret. Dia sedikit mengetahui sesuatu. Pertama, orang yang menyeretnya bernama Erik. Kedua dia tidak mau di bayar uang. Ketiga, ternyata hutangnya hanya dua puluh ribu.
"Hahhh~~" dia mengelap keringatnya. Sambil memandangi murid-murid yang berjalan pulang.
Raka sudah pulang di jemput 5 menit yang lalu.
Setelah tadi dia di lepaskan dari Erik karena bel sekolah masuk. Sesampai di kelas dia melihat Raka yang mengamuk-ngamuk tidak jelas dan malah merengek pada anak-anak lain agar menolong Yohan. Saat melihat Yohan pun dia langsung memeluk Yohan seakan-akan dia habis di culik.
Alhasil, di sepanjang jam pelajaran. Raka pun bertanya segala macam hal hingga membuat Yohan kesal.
Saat ini, matahari sudah tertutup oleh awan yang melintas. Cuaca akhirnya sedikit redup. Yohan memutuskan untuk berjalan pulang.
Yohan pun jalan menyusuri trotoar.
Tapi tiba-tiba seseorang yang wajahnya tidak ingin dilihat Yohan muncul dari belakang dan merangkulnya. "Hai^^"
Yohan memutar bola matanya. Dan melepas rangkulan Erik tapi Erik tetap bersikukuh merangkul Yohan.
"Ngapain si?!"
"Hehe"
Sesaat mobil Pajero mendekati mereka dan berhenti tepat di samping mereka. Kaca bagian kemudi pun di turunkan. Terlihat orang berpakaian cukup rapi, tapi bukan jas.
Yohan pun memandangi sekitar mobil itu. Dia bingung itu mobil milik siapa. Sepertinya mereka salah orang. Pikir Yohan. Lagi-lagi Yohan melupakan sesuatu.
Tapi tak lama kaca itu tertutup lagi dan mobil itu melaju pergi hingga tak terlihat.
"Siapa itu tadi? Kayanya gue ga kenal tuh" tanya Yohan dengan wajah polos.
"Ntah. Gue juga kayanya ga kenal" Erik memalingkan matanya. "Betewe rumah lo dimana?" Tanya erik
"Ga jauh dari sini"
"Oh~ makanya kamu jalan ya"
"'Kamu'?"
"Eh iya, itu di samping mata lo bekas luka? Dari kapan?" Erik tiba-tiba bertanya
Sesaat Yohan lupa kalau tadi pagi dia habis di seret.
"Eee.. kapan ya, waktu kecil sih seingat gue"
"Karna apa?"
"Ayunan..?" Yohan agak sedikit ragu. "Lupa deh"
Yohan melihat Erik. Erik terlihat sedikit tersenyum. "Napa lo senyum?". Lalu Yohan teringat bahwa dia masih di rangkul. Dia pun cepat-cepat memisahkan diri.
"Stop!" Yohan dengan pose polisi lalu lintas yang sedang menilang orang. "Jangan ikutin gue lagi" Yohan mengambil tangan Erik dan meninggalkan selembar uang.
Yohan yang jangan berlari, hari ini dia memutuskan berlari dengan segenap usaha. Dia pun lari. Walaupun tidak terlalu kencang.
Yohan meninggalkan Erik sendirian.
Erik melirik tangannya. Dan ternyata itu selembar uang berwarna ungu yang keriput.
.
. . .
. . . . .
. . .
.🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
USURER [BL]
Teen FictionTanpa sadar Yohan mulai terbiasa dengan perlakuan Erik yang suka menempel padanya. Hingga membuatnya merasa ganjal jika Erik tidak berada di dekatnya. Semua itu telah di rencanakan oleh Erik. Dengan perlahan meluluhkan Yohan sampai bergantung padany...