Masing-masing orangtua Ricky dan Gyuvin itu sama-sama sibuk. Ayah Ricky bekerja sebagai satpam kompleks pemukiman dinas milik salah satu perusahaan tambang besar yang didirikan di kota kecil itu, dengan shift kerja yang berlangsung selama dua belas jam. Ibunya bekerja di toko sayur yang lumayan sibuk hingga acap kali baru pulang setelah Ricky selesai sekolah.
Di sisi lain, mama Gyuvin tidak bekerja alias seorang ibu rumah tangga, tetapi seringkali beliau sibuk membantu anggota keluarganya yang perlu, seperti adiknya yang baru saja melahirkan atau menjenguk kakak perempuannya yang sakit atau sekedar membantu warung bibinya. Sementara itu, papanya Gyuvin adalah staff koperasi di SD-nya dulu. Dan sudah pasti, Ricky dulu juga sekolah di sana bersamanya.
Rumah mereka terletak di gang yang berhubungan langsung dengan satu-satunya jalan besar yang ada di kota itu, kedua unitnya bersebelahan dan tanpa pagar, dan jaraknya menuju sekolah tidak jauh. Maka, setiap hari mereka jalan kaki bersama. Mungkin sesekali mama Gyuvin akan menemani jika sedang senggang.
Mereka benar-benar hidup sederhana, namun keduanya tetap bahagia. Mereka diajarkan untuk menghargai semua yang mereka miliki, dengan mengingat selalu apa yang mereka perjuangkan untuk mendapatkan itu, dan dampaknya setelah memperolehnya. Sebagai contoh, mungkin kedua anak itu tidak diberi ponsel bagus seperti kebanyakan anak-anak seumuran mereka, dan justru dibelikan ponsel lama yang setidaknya beroperasi untuk bertelepon atau bertukar pesan, tetapi mereka belajar bagaimana cara memanfaatkannya, merawatnya dan menemukan kesenangan atau hiburan tersendiri dengan penggunaannya. Toh, keduanya sama-sama punya hobi, yang satu suka berolahraga dan yang satu suka menggambar. Intinya, jika sedang bersama, tak ada yang namanya bosan atau gabut.
Hari ini, di hari libur, bibi Gyuvin yang baru saja melahirkan berkunjung dengan membawa anak bayinya. Otomatis, Gyuvin mengajak Ricky bertamu untuk sekedar melihat sepupu mungil yang baru saja menyapa dunia. Kedatangan Ricky sudah benar-benar disambut baik oleh keluarga Kim, bahkan sudah dikenal baik oleh para bibi dan paman dan kakek nenek, itu sudah berlangsung sejak lama. Yah, lama-lama bayi itu juga akan menjadi sepupu Ricky walau tak ada hubungan darah, dan Ricky sendiri bisa-bisa sudah dianggap adiknya Gyuvin. Kebetulan keduanya adalah anak tunggal. Tepatnya, mereka saling melengkapi. Gyuvin yang bertingkah seperti kakak yang bertanggungjawab sebenarnya mendambakan sosok kakak yang bersedia menyayanginya dan sedikit memanjakannya, dan Ricky yang ingin mengasuh dan memerhatikan adik walau ia sendiri perlu banyak perhatian dan pengawasan.
"Kayaknya aku bisa liat hidungmu sama matamu! Mirip banget!" Ricky menatap si bayi, Haemin, dengan matanya yang berbinar-binar. Posisi mereka berdua di ruang tamu, duduk di lantai mengitari Haemin yang tidur beralaskan selimut tebal dan kasur bayi. Ia terlihat sangat menggemaskan, karena seakan-akan ia berada dalam perahu yang sangat kecil. Ricky pun mulai membayangkan jika Haemin sendiri mengapung dan mengarungi lautan dengan sampannya, dan Ricky harus menumpang di kapalnya agar selamat. Gara-gara imajinasi itu, diam-diam Ricky menggeser duduknya dan mulai mengambil sedikit tempat di selimut yang dijadikan alas kasur, seolah-olah keselamatan hidupnya bergantung padanya. Karena... ia masih menganggap pulau kecil si Haemin itu kapal!
Dan, omong-omong, mama dan bibinya Gyuvin pergi sebentar ke rumah tetangga yang buka toko. Karena ada keperluan, alhasil si kecil dititipkan sebentar ke si dua bocah. Jujur aja berasa ada tiga bayi di rumah itu, namun tenang saja, Gyuvin sudah sedikit belajar bagaimana caranya menggendong dan memberi minum susu atau mengganti popok jika darurat.
"Jujur aja... semua bayi sama aja." Gyuvin berucap sambil menggaruk tengkuknya.
"Ih nggak, lah, Gyuvin!" Ricky terkekeh geli. "Haemin tuh ganteng, lho, kek kamu!"
Gyuvin agak gelagapan, gara-gara,... kok tiba-tiba jadi dia? Kan kaget...! "Iya, Haemin cakep---lucu banget, iya... Tapi aku tuh gak bisa liat bedanya bayi ini sama bayi itu, kek yang difoto-foto."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENG IKY!! ㅣ RICKY SHEN & KIM GYUVIN
Fanficmemang bener sih umurnya Ricky sama Gyuvin itu sama, cuman kalo urusannya udah sama si cemeng, Gyuvin kudu sabar, kuat dan tabah selalu, soalnya bocah itu bener-bener gak ketebak! kalo gak kuat, malah bisa frustasi, lho! yah, mungkin lebih ke stres...