Sinom 27. Kutut Manggung

4.3K 496 133
                                    

Berakit-rakit dahulu, Berenang ke tepian, Lebih baik di vote dulu, Lanjut baca kemudian.

Terima kasih 🙏

.

.
"

Wis mbuh ra urusan meh urip model pie ning saiki kowe wis dudu anak ku. Minggat!"

"MINGGAT!!!!!!"
.

.

Asap mengepul dari sebatang cerutu yang ada di antara jari pak Supriyono. Dirinya bersiul sembari memainkan jari di tangan yang satunya. Mengudang burung Kutut yang lagi cantik-cantiknya itu bersenandung merdu. Semerdu suara radio yang memutar Gending Kutut Manggung. Sangat pas berpadu dengan suasana hari itu.

Meskipun pikiran nya begitu kalut dan runyam, beliau mencoba untuk tetap terlihat bijaksana Netepi Darmo sebagai orang tua.

Netepi Darmo:Menjalankan tugas.

Pak Yono menghela napas panjang lalu di sesap nya lagi cerutu itu. Dia menatap anak laki-laki nya yang duduk diapit oleh tiga pemuda yang lain dan tak bukan ialah Ayah dari Bayi yang di kandung anaknya itu.

"Jadi orang tua itu ndak hanya mental yang di uji, tapi yo kesabaran ne juga. Opo maneh yen wis duwe momongan. Tanggung jawab e yo mesti nambah."

"Bener ngono to, nak Agung?"

Agung mengangkat pandangan dengan mata sembab nya. Sekuat tenaga dia menahan malu dengan menjawab, "Nggih pak."

Diantara ketiga pemuda itu, mungkin Agung lah yang di ingat pak Yono. Karena Agung yang dulu pernah mencoba melindungi Yongki dari amukan beliau.

Lalu pandangan pak Yono kembali kepada anak laki-laki nya yang sekarang sedang memegangi perut.

"Ki...Sakjane bapak ki wis ra kurang-kurang lho Ki le nuturi awakmu. Ning yo....ck... "

Nuturi=Menasehati. Sakjane=Sebenarnya.

Pak Yono duduk mengelus dada lalu memencet batang hidung nya. Dia terlalu dalam memikirkan hal yang jauh membuat dirinya semalu ini.

"Terus bapak harus pie, Ki? Sampean ngomong o. Bapak harus pie? Terus muka ne bapak mu ini di taruh ndek mana? Coba sampean mikir o, Le. Semua kalian ini mikir.... Nak wis kejadian koyo ngene gimana perasaan ne orang tua kalian?"

Ndaru berniat ingin meluruskan, oh bukan, lebih tepatnya mencari pembenaran yang bahkan dia saja tau kalo itu adalah Semu.

"Nuwun sewu pak. Bukan e saya lancang, tapi saya mau meluruskan." ucap Ndaru memberanikan diri.

Tebal sekali nyali Ndaru sampai dia berani menatap bola mata tajam milik pak Yono, orang paling berpengaruh di desa ini.

"Hmm... Gimana coba tak dengerin!"

Ndaru lalu berdehem untuk membuang rasa grogi nya.

"Kami mengakui salah. Ini memang benar kesalahan kami bertiga."

"Bertiga? Kamu kira kalian ini bertiga? Terus anak ku?" Pak Yono hampir naik pitam, tapi beliau masih mencoba tetap menahan nya.

"Nggih pak. Kulo nyuwun ngapunten. Tapi ndek sini kami datang bukan untuk menyalahkan Yongki, kami datang buat tanggung jawab pak." lanjut Ndaru lagi.

"Tanggung jawab sing kepie? Tanggung jawab model opo coba tak takon."

Lagi lagi Ndaru hampir kehabisan kata. Seakan setiap kata yang di ucap walaupun itu benar tapi belum tentu sesuai dengan harapan pak Yono.

SINOM ( BxB Lokal X Mpreg ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang