Sinom 29. Sarangan Ninggal Janji

4.9K 464 123
                                    

Berakit-rakit dahulu, Berenang ke tepian, Lebih baik di vote dulu, Lanjut baca kemudian.

Terima kasih 🙏

.

.
"

Enggak bakal. Aku udah nyaman sama kamu. Pokok e aku cinta mati sama kamu." ucap Mas Nur sembari mengusap punggung tangan Ari.

.

.
Sorot sinar sore itu sedikit menyilaukan pandangan Yongki. Berusaha sedemikian rupa untuk tetap kuat, nyatanya Yongki masih merasa bahwa dirinya manusia yang kadang lemah akan masalah.

Di pinggir sungai itu, dia berdiam diri dengan mencelupkan kaki ke air yang mengalir dengan tenang. Membiarkan jernih aliran sungai itu sesekali meraih lutut nya. Hal yang sama pula di rasakan oleh ketiga suami nya. Mereka duduk bersebelahan dengan Yongki meskipun hanya ada diam diantara nya.

Yang terdengar hanyalah tawa kawanan burung dan juga Garengpung yang bertengger di dahan pinus. Senyap, tapi tinggal disini yang cukup terisolasi dari warga desa juga suatu ketenangan.

Yongki mengusap perut nya. Membayangkan seperti apa rupa anak nya nanti, dia berharap pada semesta alam agar baik padanya. Memikirkan untuk mengakhiri hidup itu bukan lah jalan pikiran Yongki, disaat dia berani bersumpah saat itu, dia pula menyerahkan diri kepada ketiga suaminya.

Lantas alasan apa lagi yang harus membuat Yongki ingin mengakhiri hidup? Sama saja itu munafik baginya.

Gemercik aliran sungai kecil itu membawa sehelai daun Sinom. Meliuk mengikuti arus hingga berhenti di pergelangan lutut Yongki. Seketika pula perhatian nya terarah kesana. Lalu sedikit membungkuk, dia raih sehelai daun Sinom itu.

Ada sedikit gurat senyum di wajahnya. Seakan dia ingin berucap walau akhirnya hanya di batin. "Kulo sae-sae kemawon, Eyang."

Yang berarti, "Saya baik-baik saja, Eyang."

Lantas dia genggam daun itu sebagai perlambang hal baik yang harus dia terima dan jalani.

Di tengah lirih suara angin yang melintas diantara dedaunan, suara Agung memecah keheningan.

"Kapan yo kita punya rumah sendiri?"

Lalu segala atensi tertuju padanya. Yongki berusaha menerka, tapi Ndaru yang lebih terasa akan setiap kata yang Agung ucapkan. Batin juga serasa sesak bertarung dengan otak yang juga selalu memikirkan hal yang sama Agung ucapkan.

"Kita udah jalan sejauh ini lho. Kalian ingat gak sih dulu pas pertama kali kita ke rumah pondok sore itu? Kita sama-sama ngucap janji. Yongki sumpah relain tubuh nya buat kita....hmm... Gak kerasa ya!"

Agung menggerakkan kakinya memecah gelombang air parit itu. Sementara Agum menghela napas sebelum dia juga ikut mengutarakan angan yang berisik di otak nya.

"Tapi apa yo yakin kita bakalan kaya gini terus? Maksud ku....masa depan kita?" ucap Agum.

Tentu tak salah Agum memikirkan jauh ke depan. Toh dia pula merasa dia masih berhak menjalani hidup sesuai kodrat.

Lalu juga apa dia sejahat itu melelang rasa sayang nya ke Yongki?

Bahkan untuk menatap semburat tanya dalam bola mata Yongki pun Agum tak kuasa. Dia lebih memilih bertarung lagi dengan argumen nya.

Kemudian diam lagi menyela waktu mereka. Lalu si paling dewasa pun akhirnya memberi jawab.

"Udaah.... Sekarang gini aja. Kalo kalian merasa nya ini berat....ya uwes kalian boleh memilih mau gimana. Penak to? Kita berada disini tu yo karena kita udah sepakat kan dari awal. Dan aku juga gak nyalahkan kok kalo kalian punya pikiran buat masa depan kalian. Iya to?"

SINOM ( BxB Lokal X Mpreg ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang