[10]. Alstroemeria (7)

944 115 17
                                    

"Diego mati—"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diego mati—".

"Syukurlah," ucapan Halilintar benar—benar membuat Ice tercengang.

"Apa—apaan? Orang lagi berduka lo malah bilang gitu ... kasian Daegeon gak punya temen lagi.".

For your information, Ice memiliki dua landak yang sama—sama berkelamin laki—laki. Namun katanya semenjak seminggu lalu Diego jatuh sakit.

"Kan, daripada hidup kesiksa dia." Halilintar melempar selimutnya dan dia duduk di lantai setelah mengambil biskuit dan susu jahe ke bawah.

"Al daripada itu, gue ada rencana!".

"Rencana apa?".

"Akhir desember nanti kan libur nih, liburan ke rumah Abah sama Umi yuk!".

"Kocak!" Halilintar memukul kasur disampingnya dengan lengan kanannya, "masih Juli tau!".

"Kan rencana, biar kita bisa siapin barang—".

"Barang siapa?".

"Barang gue.".

Halilintar tertawa pelan, bisa—bisanya dia malah teringat dengan salah satu VT yang sempat membuatnya menahan tawa.

"Oke, deal! Tahun baru kerumah Abah,".

"Ya udah, BTW besok gue gak sekolah dulu ya,".

"Kenapa? Galauin Diego?".

Ice menggeleng, tak sadar jika Halilintar tak dapat melihatnya sekarang.

"Besok kan weekend," padahal kan sudah Halilintar tunggu—tunggu semenjak minggu kemarin tapi bisa—bisanya cowok itu lupa, membuat Ice bingung saja.

Halilintar memiringkan kepalanya dan menyandarkan punggungnya ke ranjang, "lupa gue, tanda—tanda Alzheimer deh kayaknya.".

"Lo kan masih muda!" Ice geram ingin menakan Halilintar.

"But 'kan kalau di novel—".

"Bye, sampai ketemu lusa. Gue mau hibernasi dulu.".

Setelahnya bunyi 'tut' samar terdengar, Ice telah mengakhiri panggilan telepon secara sepihak.

Tetapi detik selanjutnya bunyi notifikasi pesan dari salah satu aplikasinya terdengar. Halilintar segera mengeceknya karena pesannya berasal dari orang yang dia chat tadi siang.

[✔] HEY TWINS! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang