I.L.U 1

16 0 0
                                    

Dirinya tidak pernah menyangka jika umurnya sudah genap 17 tahun dan sudah 17 tahun menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Rasa sedih, senang, kecewa, marah, ia rasakan seiring umurnya semakin bertambah.

Semakin banyak pula beban kehidupan yang kelak ia tanggung jika dirinya semakin dewasa nanti.

Zea Anindhita, gadis manis berambut pendek sebahu yang sekarang tengah menatap hamparan luas pantai dengan deburan ombak yang landai.

Ia tersenyum begitu manis ketika kakinya semakin tenggeleam ke dalam air, semakin ke tengah dan ia bisa merasakan ombak bergoyang ditengah-tengah tubuhnya.

Merasa puas, Zea kemudian menoleh melihat keluarga kecilnya berkumpul tak jauh dari arah pandangnya dan meneriaki dirinya dari sana. Zea mengangguk dengan memberika kode jempol ke atas.

Akhirnya pun Zea memilih mengakhiri kegiatan berendamnya di dalam air dan menghampiri keluarganya.

Saat sampai di depan keluarganya kumpul, mata Zea sontak berbinar melihat kue kecil dengan hiasan lilin angka 17 di atasnya.

"Buat aku Ma, Yah?" Zea kemudian duduk di atas karpet kecil yang hanya muat mereka duduki. Zea juga melihat adiknya bertepuk tangan meriah.

"Yeay, kakak ulang tahun." Zea tersenyum tipis melihat itu.

"Selamat ulang tahun anak mama, semoga segala whislist kamu tercapai ya di tahun ini. Mama hanya bisa doain yang terbaik untuk kamu." Zea mengecup singkat pipi mamanya.

"Doa mama paling the best."

"Dan dari ayah, ayah hanya bisa berdoa semoga anak ayah dipertemukan dengan seorang laki-laki seperti ayah. Yang mencintai anak ayah sepenuh hati." Zea terkekeh kecil kemudian berganti mengecup pipi kanan ayahnya.

"Ayo kakkk potong kue nya." Seru adiknya yang sudah tidak sabar ingin melahap kue kecil yang bertuliskan selamat ulang tahun Zea.

***

"Whish you all the best, bestiee." Dia Alea. Sahabat Zea yang paling setia bersama gadis itu kemana pun. Gadis cerewet yang kehadirannya dapat menghidupkan suasana.

"Makasih Ale, cuman ngucapin doang nih. Kado gue mana." Zea merentangkan kedua tangannya di depan wajah Alea yang sudah muram.

"Giliran kado lo berlagak sok manis. Malesin." Zea tertawa renyah.

Kemudian Alea mengambil kado kecil di dalam tasnya dan memberikannya pada Zea.

"Nih, semoga suka."

"Wihh makasih. Padahal gue cuman bercanda."

"Beneran juga gapapa."

"Zea, lo lagi ultah." Suara lembut yang menyapa indra kedua sepasang sahabat itu. Membuat Zea maupun Alea menoleh secara bersamaaan menatap gadis cantik keturunan Amerika itu.

"Hai Dan," sapa ramah Zea, berbeda dengan Alea yang langsung membuang muka.

"Selamat ulang tahun ya Ze, maaf ngga bisa kasih kado. Gue tau lo ultah baru hari ini di tweet Alea." Zea tersenyum maklum.

"Santai Dan, udah lo ucapin juga gue bersyukur banget. Gue seneng." Danissha terkekeh begitupun Zea yang tersenyum kecil membalasnya.

Tak berselang lama Raka Mahardika muncul dengan jalan petentang petenteng andalannya, gaya tengil khas cowok itu. Serta pengutil dia dibelakangnya yaitu Oji, si cowok pemarah yang dingin.

"Pagi sayang-sayangkuu."Sapaan itu mungkin akan terdengar menggelikan di telinga sebagian orang seperti Alea yang sudah muak mendengarnya dan Oji yang sangat ingin sekali menampar belakang kepala cowok itu.

Namun ada juga yang diam-diam jantungnya berdetak sangat kencang. Seperti Zea contohnya. Dan juga, Danissha?

"Masih pagi jangan bertingkah. Jangan bikin malu gue." Desisan Oji tentu saja hanya ia anggap sebagai angin lewat karena Raka sungguh sangat tidak peduli.

"Yang hari ini ultah, selamat ultah ya Ze." Zea terpaku, apalagi ketika cowok itu berdiri dan sedikit mencodongkan tubuhnya didepannya untuk menyamakan posisi Zea yang duduk di kursi.

Zea masih termenung, dan alis Raka yang sudah mengernyit. "Apa ada yang aneh di gue?"

Enggak ada lo prefect handsome Rakaaa lo harus tau itu!

Tentu saja Zea hanya bisa mengatakannya dalam hati.

"Sorry, makasih ya Rak." Raka kembali menegakkan tubuhnya kemudian mengangguk.

"Of course."

Tiba-tiba Raka melihat Danissha yang juga tengah menatapnya, "hai Dan, apa kabar." Danissha terkekeh.

"Gue baik-baik aja Rak, kayak gak pernah ketemu aja." Jawabnya masih dengan kekehan kecil.

"Makannya itu gue mau mastiin istri gue gak kenapa-napa, dengan bertanya kabar lo setiap hari."

Hati Zea merasa tersentil, ini entah hanya bercanda atau serius tapi ini sangat menyebalkan. Kenapa harus di depannya cobak?!

"Bisa aja lo Rak."

"Selamat ulang tahun Ze," sela Oji ditengah-tengah antara Danissha dan juga Raka.

Zea terkejut begitupun dengan Raka yang menatap aneh ke temannya.

"Lo okay?" Oji menghela nafas kecil.

"Bego." Setelah mengatakan itu dia pergi dengan membawa tas yang masih berada dipundaknya dan membawanya duduk.

Matanya tak tinggal diam mengawasi setiap gerak gerik Raka.

"Tolol banget punya temen, katanya suka Zea tapi yang dikasih kata-kata manis Danissha."

...

Raka Mahardika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Raka Mahardika

I.L.UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang