- Kebingungan Zea.
Gadis manis itu menatap datar bajunya yang sobek, ini pasti ulah adiknya yang tidak berhati-hati ketika meminjamnnya. Apalagi dia adalah tipe yang paling kesal apabila barang yang dipinjaminya lecet sendikit.
"Kilaaa, sini lo!" Teriak Zea sudah tak tertahankan. Adik cewek yang umurnya tak terlalu jauh dengannya itu lantas menongolkan kepalanya dari balik pintu kamar di sebelah kamar Zea.
"Apasih kak teriak-teriak mulu." Zea menghampiri Kila dengan tampang kesalnya.
"Ini lo apain baju gue hah, ini baju favorit gue lo bikin sobek!" Kila menutup kedua telinganya.
"Santai kak, santaii. Jadi orang tuh harus sabar jangan marah-marah." Padahal amarah Zea sudah menggebu-gebu. Apalagi ketika mendengar adiknya berbicara demikian rasanya ia semakin ingin mencakar wajah adiknya.
"Maksut lo! Ini baju kesukaan gue." Kila lagi-lagi menutup telinganya. Astaga kakaknya ini. Dasar anak pertama sudah pemarah, keras kepala lagi batinnya.
"Tau itu baju kesukaan kakak yang bilang baju kesukaan aku juga siapa. Salah kakak sendiri bolehin aku pinjam."
"Karena gue percaya lo ngga sobekin dodol. Terus sekarang gimana, mana gue mau keluar lagi. Haish!"
Kila menggeleng tidak tahu kemudian adiknya itu masuk dan mengunci kamar begitu saja.
"Lah anjir ditutup. Kurang ajar banget lo. Awas aja kalo pinjem baju gue lagi. Ogah gue minjemin lo!" Teriak Zea setelah itu menendang pintu kamar adiknya.
"Punya adik satu ngeselinnya minta ampun."
***
Hari ini mumpung free Zea menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah Alea karena jarak rumah mereka yang bisa dibilang tetanggaan. Namun Zea sangat jarang sekali main kesana kecuali jika dirinya ingin.
Seperti sekarang ini karena Zea hendak keluar bersama Alea. Dan gadis itu ingin menjemput Alea.
"Assalamualaikum Aleaa." Zea mengetuk pintu berkali-kali. Hingga akhirnya Alea muncul dibalik pintu dengan keadaan wajah khas baru bangun tidur.
"Apasih Ze masih pagi ini." Zea menatap langit.
"Ini mau surup anjir Al." Mata Alea sontak melotot.
"Lah yang bener aja!" Dengan secepat kilat Alea masuk meninggalkan Zea diluar.
"Dasar tuh anak kebo." Dia akhirnya memasuki rumah Alea dan menutupkan pintunya sekalian.
Zea baru masuk dan sudah disambut hangat oleh Ibu Alea yang ternyata ada di ruang tamu tengah menonton televisi.
"Nak Zea, sini duduk." Zea mengangguk lalu menghampiri Ibu Alea.
"Tante kira siapa kok tadi liat Ale lari-larian." Zea terkekeh kecil.
"Iya tante dia kaget karena ngira ini masih pagi."
"Dasar tuh anak ngga pernah berubah."
"Eh, udah rapi aja mau kemana sayang." Tanya Ibu Ale, Zea melirik outfitnya sebentar lalu meringis melihat Ibu Alea.
"Mau pergi ke pasar malem tan, mumpung lagi dibuka. Saya sama Ale mau kesana main bentar abis itu pulang."
Ibu Alea langsung merubah raut wajahnya, "jangan sampai larut malam ya, pokoknya sebelum jam delapan malam harus udah pulang."
"Disana sama cowok atau kalian berdua." Lagi-lagi Zea meringis, inilah mengapa ia sebenarnya malas mengajak Alea keluar. Karena Alea itu strict parents.
"Ze," Zea menoleh dan mendapati Alea yang sudah rapi dengan pakaian simpelnya. Hanya kaos oblong dipadukan jeans dan lanyard untuk ponselnya yang menggelantung di lehernya.
"Oh udah selesai."
"Engga ada kok ma tenang aja. Alea sama Zea main bentar ya, ngga lama kok." Ibu Alea mengangguk.
"Hati-hati nanti mama kasih kabar kalo udah sampai sana."
Alea mengangguk malas, "iya ma. Ale sama Zea berangkat dulu assalamualaikum."
"Assalamualaikum tante."
"Iya waalaikumsalam."
***
Kembali menjalani aktivitas sekolah selepas bersenang-senang tadi malam bersama Alea di pasar malam. Zea duduk pada bangkunya dan meletakkan kepalanya dengan malas di atas meja.Hari ini dia datang duluan sendirian karena Alea yang katanya akan menyusul. Gadis cantik itu sedang pup.
Kemudian Zea melirik ke bawah dimana tangannya berada dan membawanya kehadapannya. Dia melihat jarinya yang sudah berganti menjadi plester. Yang semula terbalut kain seragam Raka.
Zea terdiam mengingat kejadin kemarin, namun beberapa saat kemudian seseorang menyelonong masuk dan membuat dirinya terkejut. Dengan cepat Zea mengakkan kepalanya.
"Farid?" Zea tercengang. Cowok ini dulu pernah dia jadikan crushnya di kelas sepuluh. Tapi sayangnya sekarang rasa itu pudar untuk Farid dan berganti untuk Raka.
"Hai Ze, gue mau ngasih ini. Ini proposal pengajuan kegiatan buat acara jurnalistik yang collab sama anak osis. Tolong nanti lo periksa lagi ya," ah mengerti, ini karena masalah ekskul. Zea kira apa. Karena Zea menjabat sebagai sekretaris dua. Dan Farid sekretaris satu.
"Iya Rid, nanti gue cek lagi."
"Okay, thanks ya. Soalnya kemarin gue ngerjain ini kurang fokus. Mungkin lo bisa tambahin atau kurangin kata-katanya gapapa." Zea mengangguk.
"Okay. Kalo gitu gue balik dulu ya, see you." Zea tersenyum dan melambai kecil sebagai balasannya.
Hingga tatapannya yang semula mengarah kepada Farid terpaku melihat sosok Raka dengan wajah muram menatapnya dari jarak tidak terlalu jauh.
Raka masih berdiri di dekat pintu hingga Farid benar-benar sudah keluar dan hilang dari pandangan Zea. Kemudian berjalan menghampiri bangkunya. Zea melihat itu, seperti ada yang berbeda dari cowok itu.
Maybe, tatapannya? Terlihat begitu dingin dan tidak suka. Tapi apa penyebabnya?
Dan yang mengejutkan lagi adalah Raka tiba-tiba meletakkan dengan kasar tas ranselnya di atas meja dan seperti sengaja melakukannya.
Tanpa rasa bersalah sedikit pun cowok itu malah dengan santai mengeluarkan ponsel dan bermain game diponselnya. Seolah dia tidak melakukan kesalahan selepas membuatnya terkejut.
"Raka kenapa sih." Dan karena sikapnya itulah membuat zea menjadi kebingungan.
...
Busett cowok humoris sekalinya mode senggol bacok ngeri bos😵
KAMU SEDANG MEMBACA
I.L.U
Teen FictionMembuang kepingan memori yang masih membekas adalah hal yang sulit kulakukan, lantas daripada orangnya, aku ingin mengabadikan untuk ku kenang kisahnya ~ Zea Anindhita. Dia adalah Zea, gadis yang terjebak pada cinta masa lalu, cintanya sudah habis p...