I.L.U 2

5 0 0
                                    

-Day 2 with crush

Zea berjalan seorang diri di tengah lorong yang sepi. Karena baru selesai rapat dengan anggota jurnalistik.

Zea dengan kedua sisi telinga tersumpal headset dan kepala yang terangguk-angguk ringan mengikuti irama musik kpop yang diputarnya.

Dirinya mulai menggandrungi per Kpop pada kelas 9 smp hingga sekarang ini.

Dan boygrub favoritnya adalah Nct Dream, dan biasnya adalah Lee Haechan.

Zea sesekali menunduk kemudian kembali mengangkat kepala ketika menemukan lorong gelap dan kelas-kelas yang gelap, apalagi jam menunjukkan pukul setengah enam sore, yang dimana hari akan mulai gelap.

Bulu kuduknya sudah meremang sedari tadi, tapi ia terus beranikan untuk berjalan seorang diri.

"Ini kenapa nggak sampai-sampai sih njir." Zea kesal apalagi ketika ia terkejut bukan main ketika tidak sengaja menemukan kucing yang tiba-tiba datang ke arahnya.

"Astaga cing kaget gue."

Zea sedikit mempercepat langkahnya, hingga sampailah dia di depan gerbang sekolah dengan nafas tersengal-sengal.

"Bangsit, gara-gara tuh kucing gue harus lari-larian. Mana sekarang haus lagi duh."

Zea memeganggi lututnya yang pegal kemudian perlahan menegakkan tubuhnya.

Dan bertepatan dengan itu, seseorang datang dihadapannya dengan senyuman khas dirinya yang tengil. Lelaki itu berhasil mengejutkannya.

"Baru selesai?" Zea sempat terpaku namun sebisa mungkin ia kontrol ekspresi wajahnya.

"Y-ya, kok lo tau."

"Tau dong. Gue kan peramal." Sautnya dengan tampang sok keren.

"Hahaha, bisa aja kamu. Eh lo." Zea menggigit lidahnya yang tiba-tiba keseleo.

"Lo juga baru selesai?"

Raka mengangguk.

"Hu'um, anak-anak pada minta udahan, sebenarnya sih belum. Mungkin capek kali ya."

"Iya sih, soalnya dari tadi anak osis rapat belum selesai-selesai." Raka mengangguk.

"Lo khawatirin gue ya," tudingnya secara tiba-tiba yang berhasil membuat Zea merasa salah tingkah.

"Hah? Engga kok!" Raka terkekeh.

"Pft... Iya-iya gitu aja ngegas, kan enakkan kalo dijawab iya sayang aku khawatirin kamu."

Bangsat lo Rak. Sial pipi gue pasti merah.

"Ciee lo lagi salting yah, pipi lo tuh merah."

"Ih apasih Rak. Udah ah gue mau pulang, minggir."

Belum sempat Zea pergi kedua tangan Raka telentang didepannya.

"Gue anter aja sekalian, gue juga mau pulang." Zea menipiskan bibirnya.

"Gue udah pesen ojol." Bohong, dia hanya ingin lepas dari Raka atau dirinya akan merasa salah tingkah terus jika didekat cowok itu.

"Oh gitu, yaudah hati-hati loh Ze. Biasanya bapak ojol ada yang suka cabul." Mata Zea sontak melotot.

"Jangan ngawur lo."

"Hayoloo awas dicabuli lo. Hahaha." Sungguh, Raka ini sebenarnya anaknya aneh tapi herannya kenapa dia suka gitu loh.

"Gak peduli." Kemudian Zea nemilih pergi dari sana dengan kaki yang dihentak-hentakkan.

Raka memperhatikan terus gerak gerik Zea hingga gadis itu benar-benar menerima pesanana ojolnya, namun jika ia perhatikan hampir dua menit tidak ada sama sekali seseorang yang datang dan gadis itu terus berjalan yang tentu saja Zea  belum hilang dari pandangannya.

"Bandel banget jadi cewek, gue jadiin pacar mampus lo." Raka dengan cepat menyusul Zea, ia berlari menuju motor meticnya terparkir dan menyalakan mesin motornya kemudian dengan cepat melesat menyusul gadis itu.

"Woy Ze, ayo bareng gue aja." Zea terkejut untuk yang kedua kalinya.

"Rumah gue deket."

"Gak nanya jauh atau deketnya, gue lagi nawarin. Ayo." Zea menatap Raka dengan ragu.

"Lo mau emang ditangkep ojol cabul. Mau lo dicabulin, buruan." Zea masih nampak ragu.

"Tapi nanti kalo. Eh, apa enggak apa-apa?"

"Kalo apa, ya engga apa-apa kalo gaboleh ya ngga gue tawarin, buru. Mumpung Danissha masih belum selesai."

Mata Zea sontak meredup menatap Raka yang semula berbinar senang karena hendak dibonceng cowok itu.

"Kalo mau jemput Danissha ngapain nawarin gue." Raka menatap tajam gadis didepannya.

"Gue kasihan sama lo, kalo lo pulang sendiri apalagi mau gelap emang lo gak takut." Zea menatap langit, ya memang mau gelap tapi ini belum segelap malam hari.

"Gapapa gue berani kok."

"Plis deh jangan bikin gue cium lo disini. Nurut bisa." Mata Zea sontak melotot lebar mendengar ucapan frontal Raka.

"Ngelindungin gue dari ojol cabul lo sendiri malah mau cabulin gue. Gimana sih!"

"Apasih anak kecil."

"Ish gue bukan anak kecil ya!"

"Lama." Tanpa babibu lagi Raka menarik lengan Zea hingga tubuh gadis itu menabrak Raka.

Dengan refleks Raka melingkarkan tangannya pada pinggang Zea agar gadis itu tidak jatuh.

Namun hal itu semakin membuat jantung keduanya menggila bersama-sama karena ketidak sengajaan Raka.

Zea yang sadar dengan cepat melepas tangan Raka begitupun Raka yang menatap wajah Zea dengan those eyes.

Zea menyadari itu dan semakin menggila hingga ingin mencakar wajah Raka rasanya.

Stop looking at me with those eyes, you f*cking handsome.

"Ayo, sebelum gue cium lo disini. Pilih mana—"

"Okay stop, gue naik sekarang."

Zea dengan ekspresi kesal akhirnya menurut kepada Raka dan menaiki jok motor belakang cowok itu.

Raka diam-diam memperhatikannya dan tersenyum melihat ke arah spion kaca motornya. Lo emang gadis gue. Tunggu gue nembak lo Ze.

...

Stop looking at me with those eyes. Bisa2nya bikin hati anak orang ambyar🙈

I.L.UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang