I.L.U 3

4 1 0
                                    

- Day 3 with crush (Raka Sakit)

Zea memasuki kelas bebarengan dengan Alea disampingnya. Di pintu masuk Zea terkejut mendapati Raka yang ternyata sudah datang lebih awal darinya.

Karena biasanya cowok itu akan berangkat mepet dengan jam masuk.

Ekspresi wajah Zea langsung berubah yang awalnya dia masih bercanda dengan Alea menjadi diam dan menatap ke arah Raka yang masih menelungkupkan kepala di atas lipatan tangannya.

"Ze, Raka aneh ngga sih." Zea tidak mengerti.

"Kalo biasanya dia berangkat mau masuk ini tumben dia berangkat pagi banget." Zea mengangguk setuju.

Kemudian dia kembali menerawang kejadian kemarin dimana setelah cowok itu mengantarnya. Tiba-tiba hujan datang dengan deras.

Dan katanya Raka hendak menjemput Danissha, yang otomatis diperjalanan menjemput Danissha pasti cowok itu hujan-hujanan.

Zea akhirnya memilih memelankan langkah kakinya dan duduk dengan perlahan sembari menatap Raka dari samping. Karena tempat duduk mereka yang dekat.

"Ze, pr matematika lo udah?" Zea menepuk kecil pundak Alea sehingga membuat gadis itu terkejut.

"Kecilin volume lo kasian Raka nanti keganggu." Alea melirik Raka dan gadis itu mengangguk mengerti.

"Dia sakit ngga sih ze," bisik Alea begitu pelan. Zea hanya diam.

"Kalo dia lagi sehat biasanya banyak bertingkah ini dia cuman tidur aja mana dia pakek jaket lagi. Gatau apa suhu sekarang panas, gue aja udah gerah padahal masih pagi."

Iya juga ya. Apalagi jika diingat-ingat Raka itu anaknya gampang sakit, misalnya kalo terkena hujan dikit pasti cowok itu akan tumbang. Karena hal ini sudah menjadi rahasia umum teman-teman sekelasnya.

"Woy Ka!" Zea mendelikkan mata.

Alea tiba-tiba memanggil Raka.

Raka terbangun, cowok itu membenarkan jaketnya yang resletingnya dibiarkan terbuka.

"Ha?" Respon cowok itu singkat dan terdengar bindeng seperti orang flu.

"Buset Ka, lo sakit."

"Itu tau."

"Kenapa dipaksa masuk. Udah tau sakit bukannya istirahat." Raka menyenderkan kepalanya pada senderan kursi dengan melemaskan tubuhnya.

Kepalanya mendongak karena menyender pada kursi dengan mata terpejam.

"Maunya bolos tapi nanti gue ketinggalan pelajaran." Alea berdecak kecil. Begitupula dengan Zea yang kesal mendengarnya.

"Izin sakit sehari mah gak ngaruh Ka, daripada lo tambah sakit makin gak fokus."

Alea menyenggol lengan Zea, "nasehatin kek." Zea terpelongoh.

"Kok gue sih. Lo aja." Alea memutar bola matanya.

"Gue gapapa santai aja, palingan juga cuman sebentar." Jawabnya santai dengan tersenyum menatap Alea kemudian Zea secara bergantian.

Zea menggeleng kecil. Dan Raka yang lagi-lagi menatapnya sayu seolah mengatakan kepada dirinya bahwa dia baik-baik saja.

***

"Gue nggak ngerti deh Raka itu sebenarnya suka sama lo atau sama Danissha. Tuh cowok playboy banget." Zea menggeleng tidak tahu. Dan Alea masih dengan pikiran berkecamuk memikirkan berbagai gerak gerik tentang sikap Raka kepada Zea dan Danissha.

"Kemarin habis jemput Danissha." Mata Alea sontak melotot.

"Kok lo tau?!" Zea mengangguk.

"Karena kemarin gue pulangnya bareng dia."

"Terus, lo diem aja ngga bilang apa-apa?!" Zea menggeleng.

"Tolol banget sih lo, mau sampai kapan bertahan kayak gitu. Ngga sakit emang hati lo."  Zea diam menimang jawaban yang pas. Dengan pikiran yang melayang pada kejadian kemarin sore.

Tidak sadar senyumnya mengembang kemudian kembali meredup. Hingga akhirnya dia menjawab.

"Sakit lah, tapi gue juga bahagia. Masa pdkt itu indah Al. Tapi gue nggak bisa yakin sih ini namanya pdkt atau cinta bertepuk sebelah tangan. Miris banget dah gue." Alea menepuk pundak sahabatnya dua kali.

"Yang sabar deh, gue tau perasaan lo." Zea mengangguk dengan senyuman tipisnya.

***

"Siapa suruh jemput dia hah, udah tau badan helo kitty masih aja bandel mau jemput dia mna hujan-hujanan lagi. Emang dia siapa lo sih!" kesal Oji. Tidak habis pikir dengan sahabat tololnya satu ini.

"Udah punya temen satu, tolol lagi."

Raka mendecak, "gue sakit bukannya lo kasih obat malah lo katain."

"Siapa suruh tolol."

"Iya maaf," final Raka.

"Nih makan, gue udah bawain makan jauh-jauh dari kantin kesini cuman buat lo."

"Terus? Lo ngga ikhlas?"

"Yaiyalah, jadi awas keselek makannya."

"Buset Ji, jahat banget sih lo sama gue. Giliran sama Ale aja lo berubah jadi cowok sok paling baik sedunia."

"Diem, itu beda cerita dia crush gue. Lo babu gue."

"Kebalik anjer, lo babu gue. Nih buktinya kalo bukan babu mana mau dia beliin gue makanan."

"Bangsat, gue tabok juga ya lama-lama mulut lo." Raka memberika pose peace kepada Oji.

Dasar banteng batin Raka.

"Habis ini langsung pulang aja, gue udah izinin ke guru yang piket hari ini."

Raka menggeleng, "lo tuh ya dibaikin gabisa dijahatin katanya gue jahat. Mau lo apasih!"

"Mau Zea." Mata Oji melotot.

"Makannya tembak!"

"kalo udah sembuh, ini masih sakit."

"Kelamaan, mending dia sama Ali aja."

Mata Raka melotot.

"Awas aja kalo Ali berani deketin cewek gue. Bakal gue hajar tuh anak cupu."

"Dih, dih, gayanya sok berani. Disentil dikit aja oleng."

"Ck, omongan lo yang enak dikit dong. Bikin tambah sakit aja."

"Bercanda gitu doang baper."

"Engga."

"Gue nunggu Danissha sekalian, kasian—"

"Stop perhatian ke Danissha bisa. Lo itu sukanya Zea tapi kenapa ngasih perhatian ke dia."

"Dia temen deket gue Ji, gaenak hati kalo gue ngga ada buat dia. Apalagi dia juga sering bantuin gue ngerjain tugas."

"Masalahnya kalo lo terusan kayak gitu malah dikira Danissha lo suka dia. Jangan bikin anak orang jatuh cinta sama perlakuan lo. Baik boleh goblok jangan."

"Iya iya, kalo ngga gue giniin mampus gue liat lo tantrum terus."

...

Oji si banteng kata Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oji si banteng kata Raka.

I.L.UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang