I.L.U 7

5 1 0
                                    

- Galau

Sudah berjam-jam Zea berdiam diri di dalam kamar dengan keadaan kacau karena efek galau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah berjam-jam Zea berdiam diri di dalam kamar dengan keadaan kacau karena efek galau.

Mama dan ayah Zea sampai tidak gadis itu hiraukan panggilannya karena saking tidak moodnya dirinya.

Zea memilih untuk mengurung diri di kamar hingga dirinya merasa baikan. Dirinya hanya perlu me-rileks-kan pikiran dan juga tubuh yang sangat pegal.

Bahkan proposal yang diberikan Farid sampai lupa belum dia cek.

"Astaga, gue lupa." Karena larut dalam rasa gundah gulananya membuat Zea menjadi lupa akan segala hal yang harus dia lakukan.

Kemudian gadis itu mengambil proposal dari dalam tasnya dan membawanya menuju atas kasur.

Matanya dengan fokus menatap setiap kata demi kata dan kalimat apakah ada kesalahan atau kekurangan pada kalimat disana. Dirasa semuanya tidak ada, Zea bisa bernafas lega.

"Untung aja, gue percaya Farid pasti ngga pernah ngelakuin kesalahan." Katanya tidak fokus itu mustahil. Farid itu anaknya sangat toxic perfeksionis. Jadi jika pekerjaan itu sedikit saja tidak seperti kemauannya maka Farid akan mengubahnya hingga seperti apa yang dia mau.

Karena merasa tidak ada lagi pekerjaan yang perlu dia kerjakan akhirnya Zea memilih untuk tiduran di atas kasur. Sembari menatap langit-langit kamarnya.

Tiba-tiba pikirannya melayang pada ucapan Raka dan bagaimana sikap Raka kepada Danissha tadi.

"Lampu merah." Sepertinya rumor mengenai perasaan Raka terhadap Danissha itu benar adanya. Jika lelaki itu menyukai Danissha.

Apalagi melihat keduanya tak jarang akrab kemana-mana bersama. Pulang bersama berangkat bersama.

"Ngga boleh iri Zea. Lo gak boleh iri." Gadis itu memijat keningnya yang pening.

"Apa ini saatnya gue menyerah?" Masak iya, bergerak buat sekedar confess saja belum dia lakukan.

Seorang lelaki dengan seragam yang jauh dari kata rapi itu berjalan memasuki kelas dengan jalan petentang petenteng khasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang lelaki dengan seragam yang jauh dari kata rapi itu berjalan memasuki kelas dengan jalan petentang petenteng khasnya.

Tidak takut terkena hukuman atau semacamnya, Raka dengan santai mengeluarkan baju seragamnya semua yang semula hanya keluar setengah.

Dirinya malas ribet. Dan dibelakang Raka selalu ada Danissha yang mengikuti.

Zea melirik ke arah pintu kelas ketika merasakan seseorang baru saja masuk. Matanya tak berkedip sama sekali ketika melihat Raka yang sangat tampan pagi ini.

Cowok itu baru saja potong rambut, buktinya kemarin rambutnya masih gondrong dan sekarang sudah terlihat lebih tampan dengan potongan rambut belah tengah. Seperti orang Korea.

Raka berjalan hingga sampai bangkunya pun Zea masih enggan melepas tatapannya. Sampai akhirnya ketika cowok itu balik badan dan berjalan ke arahnya. Barulah Zea mengalihkan pandangannya karena terkesiap.

"Ze." Raka duduk dibangku depan Zea, kepalanya sengaja ia majukan agar bisa melihat tangan Zea dari dekat.

"Wait gue liat bentar." Zea terpaku diduduknya. Dan Raka yang mengamati jari Zea yang terluka.

Astaga jantung gue kayak salon orang nikahan, gedebam gedebum bunyinya.

Raka menatap Zea, "masih sakit?" Zea menggeleng kikuk.

"Oke deh, kalo masih bilang ya. Gue bakal obatin."

Ini jadinya menyerah atau gas aja kalo gini ceritanya.

"Zea?" Zea terkesiap. Astaga, karena pikirannya dipenuhi oleh cowok itu dia sampai tak menghiraukan Raka.

"Iya, gapapa kok. Udah kering juga."

Raka mengangguk. Kemudian dia melipat tangannya di depan dan mencondongkan sedikit tubuhnya agar mendekat ke Zea.

"Jadi gini Ze, lo suka buah jeruk atau suka buah strawbery." Alis Zea mengernyit.

"Engga suka dua-duanya, soalnya asem."

"Yakan manisnya udah pindah ke lo semua, gimana sih." Selepas mengatakan itu Raka berdiri dan kembali ke tempat duduknya. Namun sebelum itu, cowok itu memberinya kedipan centil untuknya.

Kelakuannya memang sangat random tapi rasanya ia sudah kehilangan kewarasannya karena Raka. Jantungnya benar-benar sudah menggila didalam.

Apalagi tatapan mata Raka begitu dalam ketika menatapnya tadi. Beuhh.

Aduhh meleleh banget. Ngga jadi nyerah deh, gas aja kalo gini mah.

Entahlah ini si Raka emang buaya dari sananya atau cowok itu menyukainya. Karena sikapnya memang tidak bisa ditebak.

Tapi Zea tidak peduli. Membuat asumsi jika cowok itu menyukainya bukan sesuatu yang buruk. Kita nikmati saja khayalan indah Zea.

"Tinggal dikit lagi. Gue pasti bisa."

...

I.L.UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang