39

1.1K 69 5
                                    

***
Rony tak henti-hentinya merapalkan doa dan dzikirnya, berusaha berpositif thinking dengan keadaan yang saat ini dijalaninya.

Tiga puluh menit yang lalu, Ia diarahkan untuk keluar dari ruang persalinan. Keadaan Salma tidak baik-baik saja. Perempuan itu kehilangan banyak darah. Tidak sampai perdarahan hanya nyaris. Namun, tetap saja keadaan tersebut sama mengkhawatirkannya.

Kedua bayinya yang baru saja lahir sudah dipindahkan di ruang bayi, ditangani oleh para suster dan bidan disana. Rony belum sempat menengok kedua buah hatinya itu.

"Ron..makan dulu!"

Mama Rony menepuk pelan bahu putra sulungnya yang sedang menunduk itu.

Rony mengangkat kepalanya, menatap perempuan berhijab maroon tersebut.

"Ma..Salma Ma"

Seperti mengerti dengan keadaan putranya, Rani membuka kedua tangannya dan meraih tubuh putranya untuk masuk kedalam rengkuhannya.

Rony menangis dalam dekapannya. Anak sulungnya menangis tanpa suara.

"Insyaallah Salma akan baik-baik saja. Dia perempuan yang kuat. Mama percaya sama dia". Rani berusaha menguatkan putranya.

"Caca gak kenapa-kenapa kan Mah ? Dia gak mungkin ninggalin aku dan anak-anak kan ?"

Rani melepaskan pelukannya dan kembali menatap putranya "huuush..gak akan ada yang pergi atau meninggalkan. Kita semua akan tetap disini, sama-sama".

Rony buru-buru menghapus air matanya begitu menyadari kedatangan Syifa dan kedua anaknya, Abidzar dan Kanaya.

***
"Mama kenapa belum keluar Pa ?" Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Kanaya, putri satu-satunya Salma-Rony.

Yah, Kanaya menjadi putri satu-satunya sebab anak ketiga dan keempat mereka adalah kembar laki-laki.

Rony menatap para orang tua dengan tatapan yang sulit diartikan.

Seolah mengerti dengan maksud tatapan Rony, Syifa akhirnya berjongkok dihadapan keponakannya itu dan mulai menjelaskan.

"Mama lagi bobo di dalam. Mama capek banget jadinya bobo sampe sekarang" jawab Syifa.

Kanaya kembali bersuara. "Kenapa Mama bobonya lama. Biasanya Mama suka marahin Nay sama Abang kalau kita bobonya lama atau kalau kita susah dibangunin"

Syifa mulai kesulitan memberikan penjelasan. Ia meminta tolong pada Rony melalui tatapannya.

"Sayaang..Mama lagi bobo, lagi istrahat di dalam. Mama capek banget abis jagain adek. Jadinya Papa biarin aja Mama istrahat. Papa gak bangunin. Gapapa kan ?"
Rony berusaha memberikan jawaban teraman berharap putrinya itu berhenti bertanya karena sungguh jika Kanaya masih terus bertanya lagi tentang keadaan Salma pasti Rony akan menangis di hadapan putrinya itu.

"Ooh..Kaka boleh liat adek ?" Tanya Kanaya dengan polosnya. Rony mencium gadis kecilnya itu. Ia gemas mendengar penuturan Kanaya yang menyebut dirinya dengan sebutan 'kaka'.

"Boleh dong sayang"

Abidzar sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksi Kanaya dengan Rony. Entahlah, sepertinya Abidzar sedang memikirkan hal lain.

"Abang Abi gak mau ikut liat adek ?" Tanya Rony, beralih menatap putranya yang duduk dipangkuan Sita.

"Cucu Oma mau ikut liat adek ?"

Abidzar menggeleng samar.

"Abang mau disini nungguin Mama sampe bangun" jawabnya. Hal tersebut membuat Sita terharu.

TETAP DISINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang