***
Keadaan Kanaya sudah membaik dan kini anak gadis Salma-Rony itu sudah tidur pulas di kamarnya."Ron Abidzar hiks hiks.." tangis Salma.
Salma dan Rony mondar mandir, gelisah di beranda rumah. Rony sibuk menelepon beberapa orang untuk menanyakan keberadaan anak sulungnya, Abidzar.
"Coba hubungin Mama atau Papa Ron ?" Titah Salma.
"Yakin ? Aku takut justru bikin mereka khawatir Ca ". Jawab Rony dan yah pasti begitu. Tidak mungkin juga rasanya kedua orang tua Rony membawa Abidzar tanpa persetujuan atau izin dari Salma ataupun Rony.
Walaupun kedua orang tua Rony sangat menyayangi Abidzar ataupun Kanaya tetapi, mereka sangat sadar bahwa mereka bukan orang tua Abidzar dan Kanaya. Harus selalu ada izin dari Salma ataupun Rony jika berniat membawa pergi kedua atau salah satu cucunya itu.
"Ron.." lirih Salma
Rony mendekati Salma dan memeluk istrinya itu. Mencoba memberikan penguatan kepadanya walaupun Ia sendiri juga sudah khawatir bukan main.
***
Rony dan Salma sudah menghubungi Novia, Syarla, dan Nabila namun, ketiga sahabat mereka itu mengaku juga tidak mengetahui keberadaan Abidzar.Salma sudah lelah menangis. Ia lemas.
"Buk..ada telepon ?"
Bik Asri muncul diujung tangga sambil membawakan ponsel Salma."Telepon dari Mbak Syifa, kayaknya penting Bu soalnya udah dari tadi Hp-nya bunyi." Bik Asri sudah mengulurkan Hp tersebut kepada Salma dan diterima oleh perempuan tersebut.
"Oh iya, makasih Bik. Minta tolong jagain anak-anak dulu yah. Nanti saya nyusul keatas"
Bik Asri mengangguk dan akhirnya kembali ke lantai atas dimana si kembar dan Naya tertidur.
"Iya, kenapa Syif ?" Salma tidak bisa menyembunyikan parau pada suaranya. Ia sudah menangis hampir seharian ini. Kepalanya juga sudah berat. Terlalu banyak drama yang terjadi pada hari yang bahkan belum terlewati setengahnya.
"Ini Abidzar aku antar agak sorean yah Kak. Kita mau singgah main dulu di Mall. Gapapa kan Kak ?" Suara Syifa diseberang sana.
Salma tercekat. Mencoba menajamkan kembali pendengarannya.
"Syif..ini kamu sama Abidzar ?"
"Iya, Kak. Ini baru aja kita keluar dari gerbang sekolah"
"Abidzar anak aku kan Syif ?"
Tawa Syifa terdengar.
"Iyaa, Kak. Abidzar Maheswara Putra Parulian anak Kak Salma sama Bang Rony. Abidzar keponakan aku."
Syifa terduduk lemas disalah satu kursi sofa. Membuat Rony yang sedari tadi hanya mendengar samar pembicaraan adik dan istrinya akhirnya ikut mengambil duduk disamping Salma. Ia khawatir. Apakah sesuatu yang buruk telah terjadi ??
"Ron hiks hiks hiks"
"Ca..kenapa ?"
"Abidzar Ron hiks hiks..Syifa"
Rony semakin dibuat bingung dengan kalimat yang diucapkan Salma. Segera Ia mengambil alih handphone yang panggilannya masih tersambung tersebut.
"Gimana Kak, boleh yah ? Aku mau main dulu sama Abidzar" suara Syifa kembali terdengar.
Rony ikut terkejut.
"Syifa..Abidzar ada sama kamu ?" Tanya Rony
"Ya Allah ini pada kenapa sih dari tadi pertanyaannya aneh banget. Iya..ini kita baru aja masuk mobil."
"Ya Allah Syifa...huuuuft" Rony menarik napasnya dalam.
Rony baru saja tersadar. Dari tadi Ia dan Salma dilanda perasaan cemas, gelisah bukan main. Menelepon orang kesana kemari dan mereka justru tidak menghubungi pihak sekolah Abidzar. Benar-benar bodoh.
"Syif..kenapa bisa kamu jemput Abidzar ? Tau gak kamu..aku sama Salma udah hampir gila nyariin Abidzar"
"Nyariin Abidzar ? Emangnya kalian gak tau kalau Abidzar ke sekolah ? Tadi, aku emang gak sempat izin langsung sih pas berangkat dari rumah kalian"
Lagi-lagi Rony terkejut. Berangkat dari rumah kalian ? Maksudnya ?
"Syif..jadi kamu yang bawa Abidzar ke sekolah ?"
"Lah, iya"
"Syif..bisa gak lain kali itu izin dulu sama aku atau Salma kalau mau jemput atau bawa anak-anak jalan. Kita udah hampir gila nyariin Abidzar. Tiba-tiba menghilang tanpa jejak." Suara Rony terdengar lebih tegas dari sebelumnya. Hal itu menarik perhatian Salma dan membuat perempuan itu akhirnya ikut berdiri disamping Rony yang masih berbicara dengan Syifa.
"Maaf Bang tadi gak sempet. Cuma sempat ngirim chat ke Kak Salma tapi, kayaknya belum dibaca yah."
Salma meraih ponsel tersebut dari tangan Rony. Ia membuka aplikasi WhatsApp-an ya dan benar saja, Syifa sudah mengirimkan chat padanya sejak pagi tadi. Memberi tahu bahwa Ia yang mengantarkan Abidzar ke sekolah. Gadis berusia 20 tahun itu mengatakan bahwa Ia tidak sempat meminta izin kepada Salma-Rony karena buru-buru harus ke kampus, takut terlambat.
Memang Salma-Rony juga terbilang ceroboh dalam hal ini. Pagi tadi mereka terlalu fokus kepada Kanaya hingga melupakan Abidzar yang harus diantar ke sekolah.
Mereka juga ceroboh karena seharusnya bisa menghubungi pihak sekolah terlebih dahulu memastikan keberadaan anak mereka. Seandainya mereka melakukannya sudah dipastikan hari ini Salma tidak perlu menangis dan pusing karena hilangnya Abidzar ini.
Selain itu, mereka juga salah karena tidak mengecek ponsel Salma terlebih dahulu. Seandainya mereka melakukan itu tentu saja mereka tidak perlu merasa cemas.
Yah, mau gimana lagi. Semuanya sudah terjadi. Hari ini drama keluarga Salma-Rony seru sekali sampai rasanya membuat sepasang suami istri itu hampir gila.
***
Salma mencium dan memeluk Abidzar berulangkali."Nak..maafin Mama sama Papa yah. Pagi tadi kita gak sempat ngurusin kamu ke sekolah" tutur Salma kepada Abidzar.
"Iya, Mamah. Abang gak apa-apa kok. Jangan nangis yah..sayang Mama banget" balas Abidzar
"Syif..lain kali kalau mau bawa anak-anak minimal sampai ada respon dari kami yah." Titah Rony.
"Iya, maaf yah Abang. Janji ini pertama dan terakhir kalinya"
"Iya, gapapa kok yang penting sekarang kamu udah tau apa kesalahan kamu dan jangan diulangi" ujar Rony.
Syifa mengangguk samar. Maafkan Syifa yah.
Rony akhirnya bergabung memeluk Salma dan Abidzar. Cukup lama...
"Eh, Kak..si kembar mana ?" Tanya Syifa.
Salma tersadar..astaga hampir saja dia lupa. Sudah waktunya minum ASI untuk kedua bayi kembarnya.
Ia segera berlalu meninggalkan Rony, Abidzar, dan Syifa.
Begitu sampai di depan pintu kamar, benar saja suara tangisan kedua anak kembarnya sudah menggema di seluruh ruangan.
Ya Ampun..
Salma semangat !!!!***
Salam hangatSalmocean 💙