44

1.1K 85 6
                                    

***
Hari-hari berlalu, tidak terasa waktu sudah membawa Salma dan Rony pada masa 18 tahun usia pernikahan.

Berbagai suka duka dan peliknya kehidupan pernikahan dan rumah tangga sudah mereka alami. Bukan berarti mereka sudah lulus ujian, pelajaran dan pembelajaran selalu ada setiap harinya sampai hari ini.

18 tahun pernikahan sama dengan usia Abidzar-Naya 15 tahun, saat ini mereka sudah duduk di bangku kelas 1 SMA. Sementara Khalil-Khalif berusia 9 tahun, kelas 3 Sekolah Dasar.

Sepertinya Salma sudah tidak memungkinkan lagi untuk hamil walau sebenarnya usianya masih dibilang 'bisa' untuk bereproduksi. Salma sendiri tidak melakukan usaha untuk menunda kehamilan sejak Khalil-Khalif berusia 4 tahun. Entahlah, mungkin memang sudah habis masanya. Lagi pula kehidupan mereka sudah sempurna. Ia sudah punya empat anak, tiga laki-laki dan satu orang perempuan. Sudah cukup.

Anak-anak Salma-Rony tumbuh menjadi anak-anak yang tampan dan cantik. Tentu saja.

Di SMA, Abidzar menjadi sosok idola para remaja, selain wajahnya yang tampan dan perawakannya yang sangat ideal Ia juga sangat unggul dibidang olahraga.

Sama halnya dengan Abidzar, Kanaya juga menjadi salah satu siswa yang diperhitungkan disekolah. Selain cantik, anak gadis Salma-Rony ini juga sangat populer dibidang seni. Darah seni Salma-Rony mengalir deras di tubuh Kanaya.

Khalil-Khalif, mereka tumbuh layaknya anak-anak pada umumnya. Melakukan rutinitas seperti bocah seusianya. Namun, Salma menilai kedua anak kembar bungsunya ini cenderung lebih tertarik pada dunia akademik. Berbeda dengan kedua kakaknya.

Bukan masalah, justru hal tersebut semakin menambah warna baru di keluarga mereka.

***
Rony menggandeng tangan kedua anak bungsunya, mengekor dibelakang Salma yang sedang sibuk memilih dan memilah sayur-mayur yang akan dibelinya.

Dibelakang Rony ada Kanaya dan Abidzar, Abidzar mendorong troli belanjaan sementara Kanaya menyibukkan diri diponselnya. Entah apa yang dilakukannya.

"Mas ada request sayur ?" Tanya Salma.

"Gak ada deh kayaknya, terserah kamu aja" jawab Rony.

"Anak-anak ada request sayur ?" Salma bertanya dan memindai satu persatu wajah keempat anaknya.

"Adek mau brokoli Mah" jawab Khalil.

"Abang mau sayur yang buat capcay itu" jawab Abidzar.

"Khalil mau apa Nak ?"

"Terserah Mamah aja"

Kini pandangan semua orang tertuju pada Kanaya yang sepertinya sejak tadi tidak menyimak obrolan.

"Nay gimana ?"

"Hah..apa ?" Tanya Kanaya, bingung.

"Gak nyimak nih dari tadi, ngeliatin hp mulu. Kaka Nay nih Mah, pacaran kayaknya ini. Chatab sama cowok dari tadi senyum-senyum terus" menjahili Kanaya adalah hobi Abidzar, membuat satu-satunya saudara perempuannya itu kesal adalah kegiatan yang tidak boleh terlewatkan di setiap harinya.

"Ih, Abang apaansih..orang chatan sama Bang Askara kok"

"Nah, kan.. bener dong apa yang Abang bilang. Bang Askara kan juga cowok"

Kanaya mencubit lengan Abidzar keras, membuat pria tersebut memekik kesakitan.

"Ih..sakit Nay"

"Siapa suruh nyebelin"

"Ini bisa pada diem gak ? Pusing kepala Mamah tiap hari ngeliat kalian bertengkar terus, giliran jauh pada saling nyariin. Heran Mamah tuh" Bukan hal baru melihat kedua anak kembar sulungnya ini berdebat, hampir setiap hari pemandangan tersebut selalu ada. Asal berada saja disatu tempat yang sama pasti keduanya berdebat terus.

TETAP DISINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang