40

1.2K 74 2
                                    

***
Rony tak henti memandangi wajah teduh dan manis di hadapannya. Perempuan cantik itu masih betah memejamkan matanya. Padahal Rony sudah sangat rindu melihat senyum sabitnya, mendengar suara merdunya, dan semua tingkahnya yang selalu membuatnya jatuh cinta setiap hari, setiap waktu.

"Abang.." panggil Syifa yang sejak tadi duduk di sofa ruangan bersuhu rendah tersebut.

Syifa berjalan mendekat ke arah brankar.

"Abang pulang aja nanti biar aku yang jagain Kak Salma. Abang udah berapa hari belum balik ke rumah."

Rony masih setia memandangi wajah perempuan yang terbaring diatas brankar tersebut. Tangannya tidak lepas menggenggam Salma.

"Abang masih mau disini Dek. Abang mau terus disini sampai kakak kamu ini bangun. Mungkin 5/10 menit kedepan." Jawab Rony.

Syifa menarik nafasnya pelan. Sebenarnya Ia sudah menduga jawaban ini, anggaplah Syifa sedang berbasa basi.

"Yaudah..kalau gitu aku pulang dulu ke rumah. Malam nanti aku balik lagi sekalian sama anak-anak"

Rony mengangguk sebagai jawaban.

"Eh, kata perawatnya adek bayi udah mau dimandiin sebentar sore. Abang boleh nemenin. Nanti kalau Abang gak bisa nemenin nanti aku datang lebih awal eh ada Tante Sita juga deng"

"Abang bisa. Salma juga"
Lirih Rony.

Ah, setetes air mata menitik di pipi Syifa. Buru-buru Ia menghapusnya.

"Yaudah..aku jalan yah. Sebentar lagi anak-anak udah mau pulang. Aku bawa mobil Abang yah"

"Iya, hati-hati Syif. Abang sama Kakak pastiin pada makan dan tidur siang dulu. Salma suka marah kalau anak-anak gak sesuai jadwal yang dia buat"

"Iya, Abang"

***
Pukul 2 siang. Rony masih setia duduk disamping brankar Salma.

"Ca..ayok bangun sayang. Aku kangen banget sama kamu. Abang sama kakak juga kangen sama kamu." Rony memulai obrolannya dengan Salma, obrolan yang sebenarnya lebih terlihat seperti sebuah monolog. Ia bicara sendiri.

"Ca.. beberapa hari ini Abidzar sama Kanaya pada pinter banget. Mereka gak rewel lagi kalau mau makan. Kakak Nay sekarang udah mau makan sayur. Katanya dia makan sayur supaya kamu senang dan bangun. Nay sempat ngambek karena kamu gak mau bangun tapi, habis itu dia langsung berhenti ngambek pas Abidzar ngasitau kalau Naya ngambek terus Mama bakalan makin lama bangunnya hahah..Ca anak-anak kita yang lain juga pada pinter Ca. Kata perawatnya dua jagoan kita itu jarang banget nangisnya. Mereka berdua justru bayi paling anteng di ruangan. Ca..hiks..hiks" pecah sudah tangis Rony. Ia tidak bisa lagi membendung air matanya.

"Ca..anak-anak mau dimandiin sebentar sore. Kamu mau kan temenin aku liat mereka ?" Rony mengeratkan genggamannya pada tangan Salma. Menahan isakannya yang menyesakkan. Air matanya tumpah ruah.

Sita dan Rani yang tadinya sudah membuka pintu untuk masuk akhirnya memilih untuk keluar lagi. Kedua perempuan baya itu ikut menangis.

"Mbak..anakku" Sita tersengal-sengal, Ia sambil menangis.
Rani mengelus pundak besannya itu.

"Salma itu perempuan yang kuat Mbak. Saya saja yang hanya Ibu mertuanya sangat percaya kalau dia bisa ngelewatin ini semua. Harusnya kamu sebagai Mamanya punya keyakinan yang sama. Kamu percaya kan, Salma putrimu akan baik-baik saja ?"

Sita mengangguk.

"Mbak hiks..saya percaya Caca anakku adalah perempuan yang kuat dan hebat. Aku tau bagaimana dia"

Rani merengkuh tubuh besannya itu. Keduanya saling menguatkan walau tak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya mereka juga menyimpan ketakutan yang besar di dalam hati masing-masing.

TETAP DISINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang