46

825 96 1
                                    

***
Salma membereskan pakaiannya, memasukkannya ke koper dengan buru-buru.

"Apa gak bisa ditunda dulu Sal ?" Tanya Rony. Pria itu duduk di tepi ranjang, memperhatikan gerak gerik Salma yang sedang sibuk dengan kopernya dan lemari pakaian yang ada dihadapannya.

"Gak bisa Ron, kamu tau sendiri aku paling gabisa nolak undangan dari Gubernur sana. Mereka itu sangat berperan dalam perkembangan karirku" jawab Salma dan kembali melanjutkan kegiatannya.

Rony menarik nafasnya dalam-dalam.

"Oke. Kamu balik kapan ?"

"Belum tau tapi, kayaknya tiga hari aku disana mau lanjut ke Malang"

"Sal..besok aku ada manggung di Palembang terus lusanya aku manggung di Bandung. Susah banget rasanya mau quality time aja gak bisa"

"Ron..maaf banget tapi, please kali ini tolong ngertiin aku yah"

"Terserah Sal.." lirih Rony dan memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi.

***
"Habisin dulu makanannya Sal..Kak Lilis juga pasti ngerti"

"Aku udah kenyang Ron, Kak Lilis gak jadi jemput. Mereka udah jalan menuju bandara sama anak band. Aku harus pergi sekarang" Salma bergegas dari duduknya dan menyambar tas ransel dan ponselnya yang tergeletak diatas meja.

"Aku jalan yah, kamu hati-hati dirumah. Nanti aku kabarin kalau udah mau take off dan landing. Jangan capek-capek mending kamu istirahat, buat persiapan besok. Bye..love you"
Salma memberikan kecupan hangat di pipi Rony dan segera berlalu, menghilang dibalik pintu apartement.

Rony bahkan belum mwngucapkan sepatah kata apapun untuk membalas rentetan kalimat Salma.

***
Harusnya hari-hari ini adalah masa-masa yang paling membahagiakan bagi Salma-Rony sebagai sepasang pengantin baru yang sedang hangat-hangatnya.

Harusnya masa ini adalah saat-saat dimana mereka banyak menghabiskan waktu bersama, menikmati indahnya hidup bersama dalam satu atap yang sama. Tapi, yang terjadi kini justru sebaliknya.

Pernikahan yang baru berjalan satu minggu itu bahkan lebih banyak dilalui diatas panggung, di kota berbeda.

Salma berada di Ujung Kulon dan Rony berada di Ujung Pandang. Salma menyeberangi selat Malaka sementara Rony berlayar di Selat Sunda. Rony mengawang diatas langit Jakarta sementara Salma mengudara di langit Sulawesi.

'Aku sudah sampai di hotel. Kamu lagi apa sekarang ?' bunyi pesan yang masuk di ponsel Rony. Pesan dari Salma, perempuan yang semingguan ini baru saja resmi menjadi istrinya secara lahiriah.

'Aku suruh Syifa buat mampir ke apart buat nemenin kamu' bunyi pesan Salma selanjutnya yang masih-hanya dibaca oleh Rony.

Rony hanya membaca pesan-pesan tersebut, tidak berniat untuk membalasnya. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja saat ini.

***
"Pengantin baru kusut banget mukanya kek yang gak dapat jatah aja dari istri" suara ledekan Paul tidak menghentikan aksi Rony.

Pria itu menyibukkan diri dan pura-pura tuli dengan mencoba memukul drum band secara random.

"Menurut gue yah Lo udahan deh mainin alat kek gitu. Ada gue disini. Cerita aja"Paul duduk di salah satu kursi yang tak jauh dari tempat Rony berada.

Rony menghentikan permainan asalnya, lantas membuka kulkas mini yang berada di pojok ruangan. Mengambil satu botol air mineral dingin kayak ada manis-manisnya.

"Salma Ul.." lirih Rony

Paul sudah menduganya.

"Semingguan ini dia sibuk banget, kita berdua sama sekali gak ada waktu untuk sekedar makan bersama dengan tenang di apart tanpa gangguan pekerjaan"

TETAP DISINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang