42

939 80 3
                                    

***
Rony setengah berlari menuju kamar Naya-Abidzar. Pikirannya berkecamuk. Seketika berbagai pikiran buruk mulai meracuni pikirannya.

Kanaya, putrinya itu adalah kesayangan Rony. Bukan, bukan berarti Ia tidak menyayangi ketiga anaknya yang lain. Melainkan Ia merasa jiwanya ada bersama Kanaya. Gadis kecilnya itu paling dekat dan menempel dengannya. Sama halnya dengan Abidzar yang sangat dekat dan menempel pada Salma. Ditambah saat ini Kanaya adalah satu-satunya anak perempuan di rumah ini.

Rony tidak memungkiri, sejak Khalil dan Khalif mereka jarang bermain dengan Kanaya dan Abidzar. Kalau Abidzar dia lebih santai sejak kehadiran kedua adik barunya itu, Ia sibuk bermain bola bersama Aska, Arkana, dan Al. Sementara Kanaya Ia tidak punya teman perempuan untuk diajak bermain selain teman-teman disekolahnya. Jadi, yah wajar saja dia merasa kesepian dan merasa sangat kehilangan sosok Salma-Rony sebagai teman bermainnya di rumah.

Tok..tok..tok

Rony mengetuk pintu kamar mandi.

"Nay..sayang. Ayook keluar Nak" teriak Rony dari balik pintu kamar mandi sembari mengetuk pintu tersebut.

Tidak ada sahutan dari dalam. Hanya bunyi air yang diguyurkan dari atas.

"Nay..hari ini Nay gak usah kesekolah sama Papa aja dirumah. Ayo buka pintunya sayang"

Masih belum ada jawaban. Bunyi air semakin mengalir deras. Sepertinya Kanaya sedang memainkan shower. Sesekali bunyi-bunyi yang lain juga menyusul. Kecipak-kecipuk air dilantai terdengar.

Rony takut Kanaya tergelincir atau hipotermia karena terlalu lama berada di dalam kamar mandi.

"Kanaya..dengar Papa." Suara Rony meninggi.

"Kalau Naya gak mau buka pintunya, Papa dobrak pintunya sekarang juga"

"Dobrakk aja !!" Teriak Kanaya dari dalam kamar mandi.

Rony menarik nafasnya kasar. Kanaya benar-benar mode keras kepala.

"Oke.. pintunya Papa dobrakk. Awas kamu jangan dekat-dekat pintu"

"Gamau..Naya mau dekat-dekat pintu"

Sial..

Anak ini benar-benar menguji kesabaran Rony. Rony jadi serba salah. Tidak didobrak, takut anaknya tergelincir atau hipotermia di dalam kamar mandi. Tapi, kalau di dobrak takut anaknya itu terkena dorongan pintu. Defenisi maju kena mundur juga kena.

"Gimana Pak ?" Tanya Bik Asri yang sedari tadi hanya menyimak dengan perasaan yang sama khawatirnya.

Rony menggeleng pasrah.

"Apa saya panggilin Ibu aja Pak ?"

Ide bagus.

"Oh iya, boleh Bik. Oh iya, Bibi tolong liatin anak-anak dulu selagi Ibu datang kemari"

"Baik, Pak"

***
"Naya..buka Nak ini Mama" gantian, Salma yang berteriak dibalik pintu.

Tidak ada Jawaban dari dalam. Suara air malah semakin deras terdengar.

"Naya..Naya dengar Mama gak ?"

"Dengar kok"
Jawab Kanaya santai.

"Ck..anak kamu" Salma melirik Rony tajam.

"Sal..please"
Rony sedang tidak mood untuk berdebat.

Hampir tiga menit Salma dan Rony tidak melakukan pergerakan apapun. Bunyi air dari dalam kamar mandi juga tidak terdengar.

"Nay..Naya..Kanayaa.." panggil Rony mulai panik. Salma juga demikian. Tadinya Salma mengira Kanaya hanya acting, berdrama seperti yang sudah-sudah.

TETAP DISINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang