47

1.2K 86 8
                                    

***
Pukul setengah enam pagi Salma sudah nampak sibuk kesana kemari. Mengetuk pintu kamar putra dan putrinya sambil meneriakkan nama mereka satu persatu.

"Bang..Abidzarrr bangun Nak. Gak mau lebaran apa yah ? Mama tinggal yah.." teriak Salma di depan pintu kamar putra sulungnya.

"Kakak..Nay..Nayaaa..ayook bangun Kak. Siap-siap gih, mau ikut sholat Ied kan ?" Lagi, Salma mengetuk pintu putri semata wayangnya.

Sumpah demi apapun Salma sudah lelah sekali membangunkan kedua anak sulungnya itu. Khalif-Khalil saja tidak sesusah ini saat dibangunkan.

Salma berpapasan dengan Rony yang baru saja keluar dari kamar kedua putra bungsunya.

"Udah bangun mereka ?" Tanya Salma.

"Udah tuh lagu mandi. Abang sama Kakak udah bangun ?"

"Gak tau aku Mas..bangunin aja sendiri itu anak-anakmu. Capek aku ngetukin pintu kamar mereka gak ada yang nyahut. Biarin deh..gak usah jadi aja lebarannya"

Bukan hal baru bagi Rony mendapati Salma yang cerewet begini. Hari-hari perempuan itu memang cerewet namun, setiap hari raya perempuan itu jauh lebih cerewet dari biasanya. Yah, siapa juga yang tidak cerewet kalau kelakuan anak-anaknya seperti Abidzar dan Kanaya ini. Salma tidak yakin parenting ala Nikita Willy itu bisa diterapkan kepada kedua anak sulung kembarnya.

***
"Khalil mau lauk apa Nak ?"

"Itu Mah.." Khalil menunjuk satu wadah berisi rendang dengan asap yang masih mengepul diatasnya.

Salma menyendokkan lauk tersebut kedalam piring nasi milik Khalil.

"Khalif mau yang mana Nak ?"

Khalif masih bingung, memindai satu persatu ragam lauk yang sudah berjejer diatas meja.

Salma menarik napasnya lagi. Ya Tuhan demi apapun anak-anak ini sangat menguji kesabarannya.

"Mas..Mas Rony udah belum ? Abidzar sama Naya belum selesai siap-siapnya ?" Teriak Salma.

"Belum Ca..terserah yah. Kamu tolong liatin dulu peci aku. Perasaan semalam udah kamu simpan sama baju-bajunya kan ? Kok aku cari barusan gak ada sih ?"

"Kok bisa gak ada sih Mas..semalam udah aku siapin itu diatas sofa kamar. Kamu udah nyari dengan benar kan ?" Salma sedang menahan diri mati-matian untuk tidak meledakkan emosinya.

Sejak semalam penghuni rumah ini benar-benar menguji kesabarannya.

"Mah..ini. Aku mau lauk yang ini" Khalif akhirnya menunjuk rendang.

"Dari tadi mikirnya lama amat sih Nak. Padahal sama aja kayak Khalil. Ini aja ?"

Khalil menganggukkan kepalanya dan menerima kembali piringnya setelah diisi rendang oleh Salma.

"Ca..peci aku"

"Mas..kamu tuh yah. Heran aku..bukannya bantuin ngurus anak-anak malah ikut ngerepotin"

"Aku juga niatnya gitu Ca..tapi, emang gak nemu. Coba deh kamu cari.."

"Awas yah..kalau sampe aku dapat pecinya gak kukasi jatah kamu" ancam Salma. Rony bergidik ngeri.

"Jatah apa Mah ?" Khalil rupanya mendengar percakapan kedua orang tuanya.

"Jatah makan malam Papa Nak. Udah yah, kalian makan sendiri dulu. Mama naik keatas dulu liatin peci Papa sama ngecek Abang sama Kakak. Kalian yang pinter yah makannya !"

"Oke Mah.." jawab Khalil dan Khalif kompak.

***
"Ini apa namanya kalau bukan peci ?" Kamu nyarinya ini gak beres deh. Nyari tuh pake mata. Pasti dari tadi cuma misuh-misuh gak jelas aja kan ?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TETAP DISINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang