8. Equivocate

139 12 5
                                    





“Tak apa untuk jatuh sesekali, tak apa untuk sakit sesekali, tak apa untuk lelah sesekali dan tak apa untuk menangis sesekali.

Yang harus kau ingat adalah,...

Kau manusia biasa yang tidak dibekali kesempurnaan. Karena kau bukan Tuhan.”

==================================================================


Denting suara monitor lima parameter di ruang VIP bangsal rumah sakit kian membuat sesak pria berkulit pucat yang sudah dari tiga puluh menit lalu duduk di samping ranjang.


Beberapa kali netranya melirik ke arah monitor, berharap jika akan ada kemajuan yang ia harapkan meski dalam lima hari ini justru menyajikan pola yang tidak ia inginkan. Terlebih pagi ini dia harus berlari dengan perasaan khawatir karena nilai saturasi yang tiba-tiba meluncur dari kata normal.


Min Yoongi,


Dengan jas putih dan stetoskop yang mengalung di lehernya ia menatap sedih pada sang adik yang tak kunjung membuka mata.


Dia seorang dokter yang tak punya kuasa atas nyawa yang menjadi milik sang Maha kuasa. Dia hanya punya pengetahuan dan keterampilan agar Tuhan meminjamkan sedikit waktu pada manusia didunia, karena kendali tetap hanya milik-NYA.

Dan sekarang, Yoongi meminta sekali lagi untuk si manis yang masih betah berdiam di atas ranjang pesakitan.


“Bagaimana kalau kita meminta pengecekan menyeluruh sekali lagi pada profesor, Rin?”


Celetuk Yoongi tanpa memindahkan atensinya pada Jungkook.


Ya, tidak di temukan sesuatu yang salah pada adiknya selain luka luar dan beberapa lebam. Tapi mereka juga tidak menemukan kesalahan di tubuh Jungkook yang membuatnya terpejam selama ini.


“Adikmu terlalu spesial, Yoon. Adahal yang tidak bisa ditembus oleh tangan manusia dan kecanggihan peralatan yang ada.”


A Rin menepuk pundak Yoongi pelan. Dia tidak berniat untuk meruntuhkan harapan Yoongi atau menakutinya, hanya saja dalam lima hari ini sudah tiga kali Jungkook melakukan tes dan hasilnya selalu sama.


“Percayalah! Adikmu takkan memberikan salam perpisahan dengan cara menyedihkan. Jungkook juga pasti yakin, kalau dia akan kembali, Yoon.”


Kali ini A Rin meminta atensi Yoongi dengan mengambil tangan pria bermarga Min itu untuk berhenti menggenggam tangan si manis dan berganti memberikan usapan pada punggung tangan Yoongi yang juga butuh di kuatkan.


“Mungkin dia hanya butuh waktu untuk kembali berperang.”


Entah keberapa kali A Rin mengatakan kalimat-kalimat untuk membangun kekuatan meski dirinya yang sebenarnya juga memiliki ke khawatiran yang sama dengan Yoongi.


“Atau, dia sedang memberi kita waktu untuk bersiap menyaksikan hukuman yang akan Tuhan berikan padanya.”


Yoongi melepaskan genggaman A Rin, berbalik kembali menatap si manis dengan tatapan redup setelah satu pemikiran mengerikan terlintas begitu saja di otaknya.

ANGEL EYES (Si Biru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang