Seorang pelukis dipekerjakan untuk membuat lukisan yang akan dipajang untuk pernikahan. Ternyata, subjek lukisannya merupakan orang yang ia sangat kenal. Original release date: 19/01/24. ~3000 kata.
***
Terdengar ketukan di pintu studio seniku ini. Mendengar itu, aku langsung meninggalkan easel-ku untuk pintu. Aku memang akan kedatangan klien hari ini. Aku diminta untuk membuat portretnya yang nantinya akan ditunjukkan di acara pernikahannya. Aku tahu aku dipilih sebagai kejutan karena ketika sedang berkomunikasi dengan orang yang mereservasi aku, ia mengatakan bahwa klienku kali ini sering menceritakan aku dan ia sama sekali tidak tahu soal aku.
Sesampainya di depan pintu, aku langsung membukanya. Alangkah terkejutnya diriku ketika melihat mantan kekasihku. Setelah sekian lama pun, ia tetap terlihat cantik dalam balutan kemeja putih dan celana berwarna hitam.
Rasa sedih, marah, senang, semuanya campur aduk. Aku memang merindukannya tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa ia menyelingkuhi aku waktu itu. Perasaan sakit itu masih terekam jelas di ingatanku. Tidak ada yang lebih sakit daripada melihat kekasihmu sedang kencan dengan orang lain.
Aku langsung menuntun Cynthia ke tempat yang nanti kami gunakan untuk melukisnya. Aku juga mengambil gaun yang sudah dititipkan calon suaminya untuk nanti dipakai olehnya. Raut wajahnya tidak bisa aku deskripsikan. Entah ia senang atau sedih, aku tidak tahu. Sudah lama sekali semenjak kami saling kontak. Terakhir kali pun, kami hanya melakukannya untuk membagi harta. Wajar saja, kami memang tinggal bersama untuk waktu yang cukup lama.
Cynthia mengambil gaun dariku dan langsung pergi ke kamar mandi. Aku menunggu sambil menyiapkan kanvas dan peralatan melukis lainnya. Dulu, ketika kami masih bersama, aku sering sekali membuat karya-karya seni dengannya. Kami berkolaborasi untuk membuat satu kesatuan. Beberapa di antaranya sudah dijual dan sekarang terpampang di galeri-galeri seni. Lukisannya masih ada namun hubungannya sudah rungkad.
Beberapa waktu pun berlalu dan Cynthia akhirnya keluar dari kamar mandi. Aku terpesona ketika melihat kecantikannya yang terlihat semakin jelas karena gaun yang ia pakai. Hati kecilku masih berharap bahwa pemandangan ini hanya untukku. Sayang sekali, semuanya sudah berakhir. Perpisahan itu memang sangat menyakitkan hingga aku tidak memiliki siapa-siapa sekarang. Aku hanya menghabiskan waktu di studio, melukis-lukis tidak jelas, dan sesekali mengambil tawaran yang orang berikan kepadaku.
"Duduk di kursi itu, ya," ucapku sambil menunjuk kursi yang ada di hadapanku. Cynthia langsung menuruti permintaanku dan duduk di kursi tersebut. Aku menghampirinya untuk mengatur posenya kembali. "Maaf, ya."
Sudah lama sekali semenjak aku seintim ini dengan orang. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku merasakan kulit orang lain. Rasanya, aku sudah menghabiskan terlalu banyak waktu mengurung diri di studio ini. Aku bahkan sudah jarang pulang dan aku melakukan segalanya di sini.
Tanpa basa-basi, aku mulai melukis. Aku memang jarang berbicara dengan klien sehingga semua berjalan dengan lancar. Cynthia pun seakan tidak mau mengatakan apapun. Ia hanya terdiam dan mengikuti instruksiku saja.
Proses pelukisan seperti ini bisa mengambil waktu berjam-jam dengan istirahat beberapa menit di antaranya. Di titik ini, aku sudah melukis tanpa henti selama tiga jam. Waktu istirahat pertama kami pun sampai juga. Biasanya, aku menyetel timer agar tidak terlalu lama istirahat sehingga itu yang pertama aku lakukan. Setelahnya, aku mengajaknya untuk melihat hasil sementaranya di kanvasku. Ia mengatakan itu terlihat bagus. Aku pun pergi mengambil minum dan duduk di sofa setelah itu. Tanpa disangka—agak disangka sih karena tidak ada tempat lain—Cynthia memilih untuk duduk di sebelahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gre/Greecyn One Shots
Fanfiction[Don't judge a book by its cover!!!] Iya, emang udah cerai, tapi apa salahnya lanjutin kompilasi ini... Maaf, kalau tulisannya nggak sempurna. Wajar aja, gue manusia, bukan nabi, boy. On a serious note, makasih kalau udah mau nyempetin baca. I prom...