Since cerita sebelum ini full angst, I'll give you something lighter, LOL. (pun intended)
This will be mostly dialogues so just pull through.TW/CW: Adultery
***
Sepertinya, bertemu dengan cinta yang tak pernah terjadi bukanlah hal yang diharapkan oleh banyak orang, tetapi itulah yang harus aku hadapi sekarang. Satu dan lain hal membawaku ke kafe ini. Kafe yang terletak di Jogja, jauh dari keramaian, dan menyimpan banyak kenangan. Di sinilah terletaknya kenangan yang benar-benar ingin aku kenang dan juga kenangan yang sebenarnya aku ingin lupakan.
Bel pintu berbunyi dan perempuan yang sejak lama menghantui pikiranku masuk ke dalam kafe ini. Ia duduk di hadapanku dan memesan secangkir kopi. Aku menyodorkan bungkus rokokku dan ia mengambil satu batang, menyalakan rokoknya.
"Kamu bakal lama di Jogja, Gree?"
"Nggak sih, paling besok pulang. Keluarga gimana? Baik?" Baru juga mulai, aku sudah membuat semuanya canggung. Kenapa aku langsung ke inti dan menanyakan soal keluarganya.
"Mas Aryo baik. Anak-anak juga baik. Kamu sendiri, udah ketemu pasangan? Eh maaf, nggak sopan, ya?"
"Nggak apa-apa kok. Aku sih masih eksplorasi kayaknya. Aku belum siap untuk settle. Lagipula, aku lagi produktif-produktifnya, takutnya nanti kalo dapet pasangan, dia malah ngatur-ngatur."
"Kamu ada benernya juga sih. Kerjaan kamu gimana? Denger-denger, kamu terakhir bikin script buat that indie movie about two schoolgirls, ya? Yang satu loner and delusional terus dia mulai discover herself pas ketemu sama cewek outgoing yang happen to love Indonesian movies juga?"
"Tau aja kamu. Eh tapi kamu nonton di mana? Itu kan film festival banget."
"Aku dateng ke acaranya waktu itu. Di Jogja juga kan?"
"Sumpah, aku masih nggak nyangka kamu nonton. Aku kira kamu nggak tertarik sama film nggak jelas, minim dialog kayak gitu."
"Aku suka banget malah. Bisikan-bisikan yang left to the viewer's interpretation itu keren banget menurutku. Walaupun udah dilakuin sama banyak film lain tapi penempatannya pas di short kamu."
"Makasih loh, itu boost ego aku banget."
Pesanan Cynthia datang dan ia pun mulai menyeruput kopi hitamnya. Meskipun usianya sudah tidak terlalu muda lagi, ia masih terlihat sangat cantik dan elegan. Blouse hitam dan celana bahan yang ia pakai terlihat pas di tubuhnya.
"Kamu sendiri kayak gimana? Klinik kamu rame sekarang?" tanyaku.
"Lumayan lah. Banyak banget yang dateng. Aku seneng sih bisa bantu orang yang butuh urgent help. Kadang-kadang, jasa yang aku tawarin, kan harganya nggak masuk akal di tempat lain."
"Bener, bener. Aku di Jakarta kan udah langganan, ya. Kamu tau kemarin aku abis berapa?"
"Berapa coba?"
"Satu juta setengah buat satu sesi doang... Emang waktunya agak lebih dikit tapi aku nggak nyangka nambahnya segitu."
"Gila. Kalau jadi client di tempat begitu sih aku mending suffer in silence daripada suffer with the medical bills," ungkapnya lalu tertawa.
Aku mengambil satu batang dari bungkus yang ada di hadapanku dan menyalakannya. Aku pun menghisap rokok di tanganku itu. Dengan sebatang di mulut, aku bertanya, "Omong-omong, Aryo tau nggak sih kamu ketemu aku?"
"Tau lah. Aku udah izin kok, tenang aja."
"Soal itu?" tanyaku sambil menunjuk rokok yang ada di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gre/Greecyn One Shots
Fanfiction[Don't judge a book by its cover!!!] This project started because I was tired of trying to find some juicy Greesel fanfics. Instead of waiting indefinitely, I was like "Fine, I'll do it myself." Guide: Based on a Movie/Series/Book: 🎬 Based on a Son...