8. Beban Pikiran

5 0 0
                                    

"Yeeun, fokus."

"I..iya, coach, maaf."

Yeeun sama Jihoon lagi latihan di gedung olahraga. Jihoon latihan bareng anak badminton yang baru join 3 bulan lalu dengan klub mereka dan Yeeun lagi latihan bareng temen klub nya dari SMA lain yang sebentar lagi ikut match di sekolah.

"Ayo, dong, Yeeun, temen kamu butuh latihan ekstra untuk match nya. Tolong kerja samanya sebagai senior."

"Coach, maaf. Boleh break sebentar?" Yeeun yang ngerasa ga bisa latihan ekstra minta jeda waktu. Jihoon yang ada di lapangan sebelah ngeliatin Yeeun dengan raut wajah khawatir.

"Ok, break 15 menit."

Setelah pelatih keluar dari area lapangan, semua anggota klub juga keluar buat istirahat. Yeeun duduk di pinggir lapangan sambil tarik nafas dalam. Jihoon ngehampiri sambil ngasih botol air mineral ke Yeeun.

"Lo sakit?" Jihoon nanya dan Yeeun cuma gelengin kepala.

"Banyak yang dipikirin, ya?"

"Ji, gue mau ngomong."

"Apa?"

Yeeun berdiri dan narik tangan Jihoon untuk diajak keluar dari gedung olahraga. Ada pohon besar yang di bawahnya ada kursi panjang. Yeeun duduk di sana diikuti Jihoon.

Ga langsung ngomong, Yeeun sandaran di kursi sambil nutup mata dan narik nafas dalem. Jihoon juga ga maksa Yeeun untuk nanya apa yang mau diomongin, mereka sama-sama menikmati hembusan angin yang datang dari arah berseberangan. Memberikan sedikit rasa dingin akibat panas di tubuh mereka karena keringat.

"Ji."

"Hm?"

"Gue jadi kepikiran mereka bertiga, deh."

Jihoon sedikit ngerutin dahinya. "Mereka siapa maksud lo?"

"Jingoo, Minjae, Sohyun."

"Kenapa, dah, mereka?" Jihoon yang notabene nya ga tau udah pasti nanya dong ya.

Yeeun narik nafas dalem lagi dan natap Jihoon.

"Jingoo minta tolong gue untuk bantu hubungan dia sama Sohyun."

"Terus apa masalahnya?"

"Gue juga tau kalau Minjae suka sama Sohyun."

"Maksud lo mereka sama-sama suka Sohyun?" Jihoon nanya lagi dan Yeeun ngangguk.

"Gue bingung, Ji."

"Kenapa lo yang bingung?"

Yeeun natap Jihoon lamat-lamat. "Menurut lo sebagai temen yang bener-bener deket banget kita harus apa? Jujur ke mereka biar semuanya bisa dikontrol lebih awal?"

"Jangan nyoba masuk ke masalah orang lain, Eun. Takutnya ntar lo salah langkah. Biarin mereka nyelesaiin masalahnya sendiri." Saran Jihoon.

"Yang jadi masalah gimana cara gue nolak untuk bantuin Jingoo, Ji? Gue padahal udah seneng banget Minjae suka sama Sohyun, kayak gue suka sama chemistry mereka. Tapi siapa sangka coba kalau Jingoo juga punya perasaan ke cewek yang disukai abangnya?"

Jihoon ga nanggapi Yeeun dan cuma natap ke depan. Gitu juga sama Yeeun yang sekarang pikirannya udah campur aduk.

"Ji.."

"Yeeun."

Mereka saling natap.

"Lo sebegitunya mikirin mereka?" Jihoon natap Yeeun dengan serius.

"Salah ya gue terlalu mikirin mereka?"

"Lo selama ini ga pernah mikirin gue ya? Gue sayang sama lo, Yeeun."

"Ji, udah gue bilang kita ga bisa." 

"Setidaknya kasih gue alasan kenapa?!" Kata Jihoon lagi dengan sedikit naikin nada bicaranya.

Yeeun memalingkan wajahnya dari Jihoon dan matanya udah panas, jantungnya juga detak ga karuan.

"Eun, seberat itukah alasannya sampe lo ga sanggup ngasih tau gue?"

"Ji, gue ga mau nangis. Sorry."

Yeeun balik masuk ke dalam gedung ninggalin Jihoon yang udah dari lama bertanya-tanya apa alasan Yeeun bilang mereka ga bisa bersama diluar hubungan pertemanan. Kalau karena cinta bertepuk sebelah tangan, bukan sama sekali. Jihoon yakin ada perasaan untuk dia dari Yeeun, perasaan yang selalu dipendam Yeeun. Jihoon tau Yeeun punya lukisan yang didedikasikan untuk dia, lukisan hasil praktek kesenian tahun lalu yang tertulis sesuatu di belakangnya.

 Jihoon tau Yeeun punya lukisan yang didedikasikan untuk dia, lukisan hasil praktek kesenian tahun lalu yang tertulis sesuatu di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dedicated to Jihoon who I love
_Yeeun

.
.
.

28 03 24

Math LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang