9. Alasan yang sebenarnya

6 0 0
                                    

Sekitar 1 tahun yang lalu Yeeun sadar kalau kedekatannya dengan Jihoon bukan semata dia anggap sebagai persahabatan. Yeeun bahkan merasa terjebak dalam perasaan cintanya ke Jihoon. Dalam hatinya pernah terlintas

"Gue ga akan nolak seandainya ada feedback dari Jihoon."

Tapi semuanya ga berjalan sesuai dengan ekspekstasi Yeeun. Dia terlalu berharap lebih. Bukan bertepuk sebelah tangan, bukan juga demi persahabatan yang udah mereka bangun kenyamanannya. Yeeun sadar dia dan Jihoon ga bisa bersama, kalaupun bisa mungkin hubungan mereka akan jauh dari ketenangan pikiran, kira-kira itulah spekulasi Yeeun.

"Jihoon, main yuk."

"Sebentar."

Yeeun yang semangat banget udah senyum-senyum di depan rumah Jihoon nunggu cowok dengan rahangnya yang tajam itu keluar dari balik pintu.

Jihoon keluar dengan penampilannya yang sedikit acak-acakan. Kalau kata Yeeun rambutnya kayak sarang burung. Wajahnya berminyak, matanya sipit khas banget bangun tidur. Tapi cuma dengan kaos hijau neon polosan dan boxer hitam, Yeeun udah kepincut dengan pesona maskulin cowok di depannya ini.

"Mau main ke mana, dah, siang-siang begini?"

"Ke mana aja yang penting main."

"Masuk, deh. Gue mandi dulu."

"Om tante belum pulang kerja, Ji?"

"Katanya pulang agak sorean. Tunggu, ya. Kalau haus atau laper ke dapur aja."

Jihoon masuk ke dalam kamar dan Yeeun duduk di ruang tamu sambil scroll social media.

Ting tung..

Yeeun noleh ke arah pintu, seseorang dateng dan tanpa ragu Yeeun buka pintu.

"Permisi, Mba. Ada kiriman parcel Natal dari atasan bapak pemilik rumah. Orangnya ada?"

"Ada, Mas. Tapi lagi di belakang, bisa dititip? Saya temen anaknya pemilik rumah."

"Boleh, Mba. Terima kasih."

Pria dengan tubuh menjulang tinggi yang berstatus sebagai kurir paket itu pergi dan Yeeun bawa masuk paketan yang baru diantar itu untuk diletakin di atas meja.

"Parcel Natal?"

Yeeun ngambil hp dari dalam tas nya dan nyari aplikasi kalender.

"Sekarang 18 Desember, Natal sebentar lagi. Itu artinya keluarga Jihoon ikut ngerayain Natal?"

"Apaan tuh?" Yeeun yang tadinya mandangin paket di atas meja langsung ngeliat Jihoon yang jalan ke arahnya.

"Parcel Natal."

"Oh, dikirim hari ini? Kirain besok." Sambung Jihoon lagi.

"Itu apa, Ji?"

"Parcel Natal, kan, kata lo?!"

"Ga, maksudnya lo ngerayain Natal?"

Jihoon ngangguk. "Lo ga ngerayain emang?"

"Gue.. Buddhis."

"Oh, sorry. Gue ga tau." Kata Jihoon lagi.

Gue udah se-excited itu suka sama lo, tapi ternyata kepercayaan kita beda. _Yeeun

***

Sejak saat itu Yeeun berubah pikiran. Walaupun dia ga bisa ngerubah perasaannya untuk berhenti cinta sama Jihoon, setidaknya dia jadi berharap feedback dari Jihoon ga akan ada. Tapi apa daya, Jihoon malah ngungkapin perasaan ke Yeeun.

Math LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang