Hari Di Mana Wanita Itu Sekarat.

1.1K 43 7
                                    

Bahu Sera merosot, embusan napasnya pun terdengar berat. Kaki jenjang itu kemudian melangkah gontai meninggalkan kantor polisi setelah hampir setengah jam berada di sana.

Kekecewaan benar-benar membelenggu dirinya, bersumber dari belum adanya kabar bagus mengenai laporan tentang sang adik yang telah hilang selama lima bulan terakhir.

Selusin langkah telah berlalu, Lee Sera kembali berbalik hanya untuk menatap bangunan tersebut. Pikiran dan perasaannya berkecamuk. Ada rasa tidak puas terhadap kinerja kepolisian yang terkesan lambat dalam menangani laporannya. Juga, ia merasa marah terhadap dirinya sendiri. Merasa marah karena ia tidak bisa melakukan apa pun selain mengharapkan kabar baik dari kepolisian.

Dengan berat hati, Sera kembali melanjutkan langkah kakinya. Wanita itu memantapkan hati untuk menjadikan hari ini sebagai yang terakhir kalinya untuk ia mengharapkan kabar baik. Ia harus tetap hidup normal, menjalani aktivitas yang selalu ia lakukan untuk bertahan hidup di dunia yang kejam ini. Dengan perlahan menyerah dan belajar untuk mengikhlaskan kepergian sang adik.

Semilir angin pada malam hari ini terasa dingin, menembus jaket tebal hingga menyentuh tulang itu menemani perjalanan pulangnya. Lee Sera lantas merapatkan jaket yang ia kenakan begitu hawa dingin itu terus menggelitik tulangnya. Secara naluriah, wanita itu mempercepat langkah kakinya. Secepat mungkin untuk segera sampai di rumah, bertemu dengan kasur empuk yang siap menemani waktu istirahatnya.

Jalanan yang sepi, membuat suasana di sekitar Sera terasa mencekam. Hampir tengah malam, tetapi biasanya cukup ramai dilalui oleh pejalan kaki lain. Entah itu baru saja pulang les, pulang bekerja, atau berniat pergi nongkrong bersama teman. Namun, hari ini entah kenapa tidak ada seorang pejalan kaki pun yang melintas. Mungkin karena memasuki musim dingin, orang-orang lebih memilih untuk berdiam diri di rumah untuk menghindari hawa dingin yang menusuk, seperti saat ini.

Meskipun terasa menyeramkan dan mencekam, Lee Sera tampak biasa saja. Seolah-olah ia sudah terbiasa melewati situasi seperti ini. Tidak ada rasa takut menguar darinya, bahkan terlihat begitu ceria meskipun perasaannya kacau balau.

Wanita itu memicingkan mata, berusaha mengenali seorang pria yang berdiri di bawah sebuah pohon di persimpangan jalan menuju unit apartemennya. Sera tidak mengenalnya, hanya saja ia sering melihat pria itu berdiri di sana selama hampir dua tahun ini. Pria itu berdiri di sana, selalu di jam ini, sejak dua tahun lalu. Entah siapa pria itu, apa alasannya, dan kenapa, Sera tidak tahu pasti jawabannya. Toh, pria itu tidak mengganggu siapa pun, entah itu penghuni seluruh unit apartemen yang mengelilingi persimpangan jalan ini, atau bahkan dirinya sendiri yang selalu pulang larut malam setelah bekerja.

Seperti hari-hari sebelumnya, Sera melintasi pria itu seperti biasa. Tidak ada sapaan atau sekedar saling bertukar pandang. Sera yang sibuk dengan ponselnya, dan pria asing itu menatap lurus ke sebuah unit apartemen.

Sera menyapa dengan lembut dan ramah seorang staf lobi yang sedang berjaga hari ini. Mengucapkan rasa terima kasih karena membukakan kunci pintu masuk bangunan apartemen yang ia sewa. Kemudian, Sera melangkah menuju ke depan lift untuk naik ke lantai lima, di mana rumahnya berada.

Rasa lelah akibat bekerja seharian, juga karena perasaan yang campur aduk semakin tidak karuan saat ia berhasil mengunci pintu rumahnya. Sera menekan sakelar untuk menyalakan lampu. Rumahnya yang semula gelap itu kini dibanjiri oleh cahaya. Menampilkan perabot rumah sederhana, serta sesosok pemuda berparas tampan dengan rambut gondrong yang tertata rapi. Bibir tebal itu tampak menyunggingkan sebuah senyuman. Namun selang beberapa detik kemudian, sesosok itu menjadi sebuah bayangan solid sebelum akhirnya menghilang secara penuh.

Imajinasi.

"Lee Sejin ..., kamu di mana sebenarnya?" wanita itu bergumam, memanggil nama sang adik yang telah hilang selama lima bulan ini.

ENAMOUR | Byeon WooseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang