Hilang Kendali [iii].

367 27 12
                                    

Ayo spam komen xixixi













Di tengah hiruk pikuk pesta yang masih meramaikan sebuah ballroom, dua sejoli itu justru menepi ke sebuah ruang peristirahatan di sudut istana, masih tidak begitu jauh dari tempat di mana pesta tersebut dilaksanakan.

Penerangan di dalam ruangan tersebut minim, hanya mengandalkan sinar rembulan yang menerobos masuk melalui jendela besar di sana. Meskipun gelap, dua sejoli itu tampaknya masih bisa bergerak melakukan sesuatu di antara mereka berdua.

Iris keemasan milik keduanya berpendar. Tatapan mata yang sayu, terkadang kosong seperti kewarasan telah menguap. Rintihan kenikmatan akan sesuatu pun memenuhi setiap sudut ruangan tersebut.

Sang pria, tampak begitu menikmati apa yang sedang dilakukan oleh pasangannya, meskipun bagian atas dari kemeja putih yang ia kenakan telah ternoda oleh darah. Tidak setetes, hampir terlihat seperti seseorang yang baru saja digigit oleh zombie. Kotor, terlalu kontras dengan warna putih yang identik dengan kesucian.

Leher jenjangnya pun tak jauh berbeda dengan kemejanya. Banyak sekali bekas luka gigit yang masih mengeluarkan darah segar, terlihat hampir terkoyak sepenuhnya bagaikan sehabis diterkam hewan buas. Namun, pria itu masih hidup. Justru pria tersebut malah menyeringai kenikmatan, tampak sakau karena apa yang sedang terjadi kepadanya.

Telapak tangan lebar itu kemudian terulur, mendarat di sebuah permukaan punggung seorang wanita yang sedang duduk di pangkuannya. Tangan itu meraba, mengelus lembut permukaan kulit putih pucat itu dengan gerakan sensual, berusaha menambahkan suasana sensual di sekitar mereka. Sang wanita bereaksi. Tubuh mungil itu menegang, merinding kegelian akibat sentuhan sensual tersebut, membuat wanita itu refleks mengakhiri kegiatannya menerkam leher sang pria.

Benar.

Wanita itu sedang menerkam leher sang pria. Seperti seekor serigala yang sedang menyantap mangsanya.

"Lihat ini," suara pria itu terdengar serak ketika membuka mulut. Ibu jarinya yang besar itu mengusap setetes darah yang mengalir di sudut bibir sang wanita. "Nikmat, bukan? Rasa haus yang selama ini menyiksamu, kini sudah terpuaskan, bukan?"

Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya terdiam dan menatap sayu sang pria yang berada di bawah kuasanya, yang sedang ia duduki saat ini. Iris keemasan itu bergulir, menatap ibu jari sang pria yang masih dengan setia membersihkan mulutnya.

Ibu jari yang sedang asyik membersihkan noda darah di wajah wanita itu, juga dilahap oleh sang wanita. Ia itu mengulum ibu jari tersebut, memainkan lidahnya untuk membelai benda bertulang tersebut. Menciptakan decakan basah selama memainkan ibu jari tersebut di dalam mulutnya. Iris keemasannya sesekali menatap wajah tampan sang pria, memperhatikan ekspresi kenikmatan yang dikeluarkan oleh pemilik ibu jari tersebut, yang terlihat sangat menikmati permainannya.

"Vladimir." wanita itu akhirnya bersuara setelah mengakhiri kegiatannya mempermainkan ibu jari Vladimir. Ia beranjak, mendekati wajah tampan sang pria dengan seduktif. Sebelah tangannya pun ia letakkan di atas perut berotot Vladimir. "Cium aku."

Vladimir menyeringai. Ia mendengkus, merasa kesal karena wanita di atas pangkuannya tersebut sangat menggoda, "Lee Sera, siapa yang mengajarimu senakal ini?"

Sera menggidikkan bahunya acuh, jari telunjuknya yang lentik itu menyusuri dada bidang Vladimir, turun ke bawah mengikuti lekuk otot perut yang terbentuk, dan berakhir pada ikat pinggang sang pria.

Vladimir menggeram rendah ketika Sera semakin menekankan tubuh itu di atasnya, benar-benar tepat di atas kejantanannya yang kini terasa semakin sesak. Kepalanya semakin terasa pusing ketika wanita itu bergerak lembut, mengoda kejantanannya dengan begitu seduktif.

ENAMOUR | Byeon WooseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang