Tidak hanya segerombolan kambing diam di tempat dan juga melayang, ada juga di sekitar area tersebut beberapa ular yang bergerak seperti eror pada video. Muncul glitch pada ular tersebut sehingga pergerakannya seperti hasil proyeksi hologram rusak. Reys tidak hanya menunjukkan tempat aneh itu, ia juga mengajakku kembali naik ke motornya dan berkendara mengelilingi area-area yang disebutnya sebagai batas dunia Real G.
Sepanjang perjalanan, mulai dari pegunungan dan jurang hingga kehancuran perkotaan. Situasi sekitar di mataku terlihat sama seperti para kambing itu. Burung-burung sekitar yang kutemui terbang dalam keadaan error. Entahlah, aku menyebutnya demikian. Mereka tidak terbang maju, pun tidak mundur. Hanya bergerak-gerak tidak jelas mengambang di langit. Lantas, ketika motor Reys dikendarai oleh pria itu menuju ke seberang dari area yang disebutnya batas dunia, kejadian yang menimpa kami sama persis seperti saat berada di jurang.
Kami dan motor ini juga kembali lagi ke area di dalam kawasan Real G. Pinggiran tempat kami berkendara, lantas Reys yang mengendarainya masuk melintasi batas dunia Real G, kemudian kembali ke titik sebelum melintasi batas tersebut. Berulang kali demikian dan Reys memperlihatkan banyak tempat dengan kondisi yang sama.
Barulah kemudian ketika Reys menghentikan motornya di pinggir jalan pada sebuah kota hancur masih di persimpangan antara batas dan area Real G. Kami berdua sama-sama turun dari motor dan duduk selonjoran pada jalanan kotor. Mata kami memandang pada burung-burung di langit yang melayang seperti proyeksi dari hologram error. Tidak ada obrolan dalam beberapa detik. Otakku melayang mencoba mencerna situasi saat ini.
"Sejak kapan kau mengetahui ini?" tanyaku membuka suara di tengah-tengah keheningan.
"Sejak meteor pertama kali jatuh. Sejak menyadari bahwa aku bangkit lagi ke titik awal, aku mulai menyelidiki banyak hal." Reys menjelaskan.
Kalau diingat-ingat, waktu itu saat pertama kali aku menyaksikan hujan meteor, aku hanya menganggap bahwa semua itu mimpi. Lalu kedua kali, aku hanya diam dan mengabaikan. Ketiga kali, aku melapor pada admin dan mengakibatkan ingatanku di modifikasi oleh Admin Atas dan ingatan itu hilang. Kejadian kelima tak kuceritakan lagi pada siapapun. Keenam, aku hanya diam tanpa berusaha untuk menguak misteri tersebut.
Aku tidak tahu Reys sudah berapa kali melewati hujan meteor tersebut dan mendapatkan ingatan akan hal itu. Bisa jadi ia sudah melewati pengulangan lebih banyak dibandingkan denganku. Namun, itu justru membuatku takjub hingga membuka mulut lebar-lebar. Reys bahkan sudah mengetahui banyak hal dan melakukan penyelidikan sendiri semenjak di mengalami kematian di hujan meteor pertama. Pantas saja persiapan Reys begitu matang termasuk persenjataan diri yang tidak tercatat oleh Real G.
"Jadi?" Aku bertanya lagi.
"Kau pasti tahu apa yang kau lihat itu, kan?" Aku mengerti ke mana arah pembicaraan Reys. Itu merujuk pada burung, kambing, ular, dan fenomena pergerakan sekitar yang seperti pancaran hologram rusak.
"Glitch in the matrix," ucapku. Reys mengangguk membenarkan.
Kami berdua kembali terdiam untuk beberapa saat. Glitch in the matrix adalah fenomena di mana entitas dan segala hal di dalamnya adalah dunia simulasi dari teknologi milik entitas yang lebih tinggi. Sebuah dunia simulasi dengan kehidupan di dalamnya seperti nyata dan memiliki kesadaran penuh. Jika benar bahwa dunia ini adalah simulasi, maka aku dan orang-orang di dalamnya hanyalah entitas buatan dari entitas lainnya.
"Kau mengerti 'kan sekarang? Dunia ini dunia buatan dari entitas yang lebih tinggi." Reys menjelaskan.
"Apakah hujan meteor itu juga perbuatan entitas tinggi?" Aku bertanya, ada sedikit kekecewaan dalam hatiku atas fakta yang ada. Jadi benar teori-teori ilmuwan yang sering ditertawakan orang-orang bahwa manusia di dunia ini hidup di dalam simulasi sedang manusia lainnya hidup dalam dunia nyata. Simulasi yang terjadi di dunia ini hanyalah untuk melihat masa depan yang akan dilewati, waktu dalam dunia ini dan dunia asli juga pasti memiliki rentang cukup jauh. Atau bisa jadi simulasi yang terjadi di dunia ini adalah perbuatan non manusia, alien. Alien yang mencoba untuk melakukan riset tentang kehidupan bumi sehingga menciptakan dunia buatan mereka sekaligus kehidupan di dalamnya.
"Iya. Aku curiga bahwa para Admin Real G mengetahui itu dan sedang mencoba untuk mengatasi meteornya." Reys menjelaskan.
Cukup masuk akal karena memang semenjak aku dan dunia ini mengalami kematian akibat hujan meteor, Real G selalu memperketat sistem dan menciptakan teknologi-teknologi pertahanan. Setiap meteor itu datang dan manusia kembali bangkit, masa itu juga Real G akan melakukan rapat besar untuk menyiapkan pertahanan.
Aku berpikir dulunya rapat besar pertahanan itu untuk memperkuat Real G kalau-kalau ada monster level SSS berhasil menembus pusat. Namun, aku baru tahu sekarang jika pertahanan itu adalah untuk melindungi hujan meteor. Pantas saja Real G sampai membuat atmosfer buatan melalui alat canggih di sekeliling tembok ibukota yang dapat memancarkan sinar biru membentuk kubah serta memiliki kemampuan memanipulasi gravitasi. Sayangnya, teknologi itu juga masih belum sanggup untuk menahan jatuhnya meteor dari langit.
"Aku tidak percaya bahwa alien itu ada," ucapku pelan.
"Alien? Mengapa tiba-tiba kau membahas alien?" Reys bertanya.
"Karena pasti mereka 'kan yang bisa membuat teknologi sampai dunia simulasi seperti ini?" balasku.
"Itu bukan perbuatan alien tapi manusia." Reys memberitahu.
Aku mengernyitkan kening, sedikit heran dengan maksud dari perkataannya. "Ya, bisa jadi."
Bisa jadi pemikiran ku sebelumnya benar perihal kami adalah tiruan manusia untuk memprediksi masa depan dan semacamnya. Akan tetapi, mata Reys yang menatap lurus ke depan–ke lokasi burung-burung yang menampilkan glitch in the matrix–seakan masih menyembunyikan sesuatu hal besar.
"Kita bukan tiruan manusia, Ann. Apalagi manusia itu sendiri. Kita bukan manusia ciptaan alien atau apapun itu. Kita berbeda." Reys mengutarakan itu tanpa mengubah pandangannya. Aku melirik ke arah pria itu yang sekarang justru memasang wajah sedih. Tatapannya lebih satu dibanding ekspresi sebelumnya yang seakan memiliki beban besar atas informasi yang dipikul.
"Lalu kita ini apa?" Aku bertanya serius.
"Karakter game." Jawaban Reys untuk sesaat membuatku berhenti bernapas.
"Ha?"
"Kita hanyalah karakter game yang dikendalikan oleh manusia." Reys mengulang jawabannya.
"Jangan bercanda, Reys!" Aku membentak. Namun, yang kulihat dari ekspresi Reys seolah lelaki itu tidak berbohong sedikitpun.
"Nama asli Real G adalah Real Game. Menurutmu, mengapa semua hal dari kita dikendalikan oleh admin? Mengapa keuangan kita diatur oleh admin? Mengunduh skill, membeli power, melengkapi persenjataan, bahkan kau tidak bisa memilih pakaian yang akan kau kenakan. Menurutmu mengapa?"
Aku terdiam untuk sesaat sebelum menjawab, "Karena semuanya diatur oleh Admin Atas."
"Uangmu, kekuatanmu, pakaianmu, senjatamu, semuanya yang ada di dirimu diatur oleh manusia yang menjadikanmu sebagai avatar game-nya dan Admin Atas hanyalah perantara." Penjelasan Reys membuatku tidak bisa lagi berkata-kata.
Aku terdiam cukup lama. Hal seperti itu bukanlah mustahil setelah melihat semua yang terjadi dan ditunjukkan oleh Reys di hari ini. Lantas, apa yang harus kulakukan sekarang setelah mengetahui fakta mengerikan itu? Bahkan jika benar demikian, artinya aku ini bukanlah makhluk hidup? Hanya avatar dari sistem sebuah permainan.
.
🌐
.
A/N : Huwaaa, mulai terlihat titik terangnya ~
Sampai jumpa di bab berikutnya ✨
🌹Resti Queen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Game [END]
ActionAnn Gladiolas Strong tidak mengerti dengan kehidupan monoton yang selalu ia alami. Jatuhnya meteor selalu membawanya pada titik awal kehidupan. Atau kematian akibat monster juga selalu membawanya ke titik awal ruang persiapan. Di tempat Ann saat ini...