Bagian 02 : Another Mystery

23 7 1
                                    

Ada sebuah aula besar di gedung pusat. Sebuah aula yang lebarnya ratusan meter dan diisi oleh seluruh pejuang sebelum menjalankan misi. Sebuah kebiasaan monoton ketika hendak menuju zona, kami masih harus berkumpul mendengarkan pidato dari pimpinan organisasi. Pidato itu bahkan sama dengan pidato-pidato sebelumnya, perihal ia yang memberkati seluruh pejuang hingga bisa kembali selamat dari medan perang.

Usai menyampaikan pidato, kami semua dibubarkan dan diminta menuju ke zona masing-masing. Aku pun melangkah pergi meninggalkan ruang pertemuan tersebut dan berjalan di antara kerumunan pejuang lain.

"Ann."

Aku menoleh ketika mendengar suara orang memanggilku dan mendapati lelaki berbaju serba hitam dengan jubah luar berwarna sama. Rambutnya gondrong keriting hingga menyentuh pundak, ia berjalan sambil tersenyum ke arahku.

"Ada apa?" Aku bertanya dengan singkat, sedikit merasa tidak tertarik dengan sapaannya yang menurutku hanya membuang-buang waktu.

"Kau ke zona mana hari ini?" Ia bertanya.

"Gluttony," kataku.

"Woah, itu zona monster pemakan manusia. Kau sendirian? Tidak membuat party dengan lainnya?" Ucapannya semakin panjang.

"Tidak." Masih aku jawab dengan singkat.

Tidak ingin berlama-lama meladeni lelaki ini, aku membalikkan badan dan mulai mengatur jam tangan yang aku kenakan. Sekali memencet jam tangan itu, hologram muncul di bagian atas dari jam tangan. Di sana memunculkan banyak opsi dari fitur-fitur yang disediakan oleh aplikasi jam tangan tersebut. Sedang jam tangan ini sendiri terhubung pada server besar di pusat organisasi pun juga terhubung dengan satelit untuk menyesuaikan penggunaan.

"Ann." Ia masih saja memanggilku.

"Apa lagi, Reys?" Aku menjawab, nada suaraku sedikit meninggi satu oktaf.

"Nanti kalau sudah pulang dari misi, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu." Reys berpesan.

"Hal apa? Jika tidak penting maka tidak usah." Aku malas.

"Ini penting. Karena yang ingin aku bahas adalah kesamaan antara kau dan aku." Reys menanggapi dengan perkataan yang tidak aku mengerti.

"Kesamaan?" tanyaku, kali ini aku sedikit penasaran.

"Ingatan yang tak hilang dari meteor kehancuran." Ucapan Reys membuatku membulatkan mata.

"Kau ... juga mengingatnya?" Aku bertanya. Saat ini gemuruh jantungku bisa terdengar lebih kuat daripada sebelumnya. Kupikir hanya aku seorang yang mengingat jatuhnya meteor yang membumihanguskan seluruh dunia, rupanya ada satu orang lagi. Namun, itu tidak cukup atau bahkan tidak menjawab satu pun pertanyaan yang selama ini tersimpan rapat dalam otakku saja. Bagaimana bisa, manusia yang sudah mati akibat tertimpa hujan meteor bisa hidup kembali dan tinggal di dunia yang seperti biasanya?

"Sekaligus aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." Reys mengatakan hal yang membuatku lebih penasaran.

"Pemberitahuan sistem. Teleportasi akan dilakukan pada 10 ... 9 ... 8 ... 7 ...."

Suara pemberitahuan dari jam tangan yang kukenakan terdengar sekaligus mengumandangkan hitung mundur dari fitur teleportasi yang aku pakai. Sekali lagi, aku memandang Reys dengan tatapan yang menelisik, berusaha untuk menebak isi kepala dari pria yang sekarang sedang tersenyum manis tersebut. Namun, Reys tidak lagi memberikan barang sepatah kata dan langsung pergi meninggalkan lokasiku saat ini. Kepergian Reys juga bersamaan dengan suara hitung mundur pada jam tangan yang sudah mengucap angka nol.

Seketika, pendaran cahaya berwarna biru terang melingkar mengelilingi diriku. Kakiku dibuat melayang di udara, tubuhku terkurung dalam cahaya biru bersamaan dengan tangan yang kulihat sudah mulai pecah-pecah. Tidak, tubuhku tidak terpotong-potong atau sejenisnya, hanya saja ini memang selalu terjadi saat prosedur teleportasi dijalankan. Aku bisa menyaksikan tubuhku sendiri yang pecah dan berubah bentuk seukuran seperti rubik warna lalu perlahan-lahan menghilang dari tempatku saat ini.

Hanya berselang beberapa detik, aku merasakan telapak kakiku sudah mendarat kembali di suatu tempat. Mataku yang terpejam pun kubuka, menampilkan pemandangan yang berbeda. Ini sudah bukan lagi ruang pertemuan gedung pusat melainkan lokasi tujuanku berteleportasi. Hutan Gluttony, hutannya para monster pemakan manusia.

Entah sejak kapan dunia mendapatkan teror mengerikan seperti adanya monster-monster ini di banyak tempat. Sampai pada titik monster menghancurkan banyak negara sehingga hanya tersisa satu tempat seluas satu negara saja di dunia ini. Tempat yang sedang berdiri saat ini pun adalah gabungan dari orang-orang yang selamat dari serangan monster mengerikan. Orang-orang dari berbagai negara yang berkumpul di satu tempat zona aman dan membentuk organisasi internasional dengan tujuan mengembalikan dunia menuju perdamaian serta terbebas dari ancaman makhluk mengerikan. Organisasi internasional itu dinamai Real G, dan aku adalah salah satu pejuang dari seluruh prajurit besutan mereka.

"GROAARGH!" Kepalaku sontak menoleh ke belakang ketika mendengar suara auman monster yang cukup kencang.

Di waktu yang sama, tanah tempatku berpijak pun bergetar, pohon-pohon di jauh pandangku terempas melayang dan jatuh di tempat yang jauh. Rimbunnya pepohonan di depan mata perlahan melayang satu persatu hingga muncul jalan terbuka antara aku yang berdiri di lahan kosong dengan monster yang baru saja memunculkan dirinya setelah menyingkirkan pepohonan sebagai jalan baginya.

Dengan sigap, aku memasang kuda-kuda siap bertarung. Jariku sudah menyentuh jam tangan yang masih aktif menampilkan hologram hingga saat ini. Dalam gerakan kilat, aku sudah memilih fitur eye scan yang membuat mataku bisa memindai monster tersebut.

Layar status muncul di hadapanku begitu lebar sekarang sedang melihat hasil proyeksi tembus pandang. Di sana tertulis beragam informasi mengenai si monster.

[ Monster Petir

Tingkat Kesulitan B

Kemampuan : Sihir petir

Karakteristik : Monster berotot tebal dengan sisik sekuat besi, air liurnya beracun, tipe monster yang tuli dan mengandalkan mata ]

Informasi yang sangat berguna. Layar tampilan status menghilang dengan sendirinya ketika aku sudah selesai membaca informasi di dalamnya. Bersamaan dengan hilangnya jendela status tersebut, yang nampak di mataku saat ini adalah monster bermata besar berbinar dan sudah meneteskan liurnya seakan tidak sabar untuk menyantap mangsa. Ukuran monster itu seperti dinosaurus, tinggi, besar, dan berekor panjang. Dua tanduknya menjulang tinggi, badan hitamnya menambah kesan mengerikan, bola besar berduri di ujung ekornya pun sudah siap untuk dikibaskan.

"Hahaha! Mari hibur aku, dasar monster tidak berotak!" seruku lantas mengambil senjata tembak untuk ditodongkan.

Monster tersebut terlihat marah, gerakannya lambat karena ukuran tubuhnya yang besar. Sekali bergerak, tanah di sekitar bergetar hebat hingga menimbulkan keretakan. Meski sempat kehilangan keseimbangan, tetapi bukan hal sulit bagiku untuk berlari dengan kencang. Mudah sekali untuk menyingkir dari monster yang berlari lurus ke depan dan terfokus untuk memakanku langsung dengan mulutnya itu. Aku mengambil jalur di titik buta si monster petir dengan berlari di sisi samping tubuhnya.

Mungkin monster petir itu sudah memprediksi meski aku berlari di titik buta, ekor panjangnya yang memiliki gada bulat berduri itu sudah terangkat tinggi dan melayang hendak membenturkan diriku yang berada di tanah. Namun, sekali lagi, gerakannya lambat. Aku bahkan bisa dengan mudah menghindar sebelum hantaman ekor itu mendarat. Aku menjadi tubuhnya sebagai pijakan dan berakrobat dengan lihai di udara. Kakiku bisa mendarat dengan aman di atas punggung si monster petir.

"GROAARGH!" Aumannya pun lebih kencang daripada saat aku pertama kali mendengar. Monster ini sepertinya sedang marah.

.
🌐
.

A/N : Sedang berusaha untuk bisa fast update demi menyelesaikan challenge membuat cerita baru dan menamatkannya maksimal tanggal 13 Desember. Doakan, semoga jari-jariku cukup kuat untuk mengetik cerita ini hingga tamat. 🙏🏻

Salam hangat,

🌹Resti Queen.

Real Game [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang