Bagian 08 : Traitor's Path

6 4 1
                                    

Reys tidak hanya mengajakku berkeliling melihat batas dunia Real G. Ia juga membawaku pergi ke suatu tempat yang bisa membuat kami ditetapkan sebagai kriminal Real G jika ketahuan. Lelaki ini sudah gila, dan aku sendiri juga sudah terbiasa dengan kegilaannya. Lagipula, ini adalah jalan satu-satunya bagiku jika ingin mengetahui seluk beluk rahasia dari Real G yang selama ini disembunyikan.

Tempat terakhir yang menjadi destinasi jalan-jalan mendadak kami ini adalah sebuah port rahasia di gedung belakang Real G. Gedung tersebut berdekatan dengan gedung tempat tinggal Admin Atas. Persiapan Reys yang telah mengalami kematian dan kebangkitan berkali-kali patut diacungi jempol. Ia benar-benar mempersiapkan segalanya termasuk membuat jubah tak kasat mata.

Jubah itu juga digunakan untuk menutup motor milik Reys yang parkir di titik buta kamera pengawas. Sedang kami berdua mengenakan jubah itu untuk bisa masuk ke dalam gedung tinggal Admin Atas tanpa diketahui oleh siapapun. Pada jam ini, meski sudah dini hari, waktu operasi server masih ditutup dan selalu diaktifkan kembali pada jam tujuh pagi. Sehingga mudah bagi kami untuk masuk melalui pintu depan dan melewati banyak Admin Penjaga yang bertugas.

Selain itu, sistem-sistem canggih yang terhubung langsung ke server tidak akan berfungsi jika server sedang tutup. Aku pun berkata pada Reys, "Ini kelemahan Real G."

"Benar. Mereka menetapkan jadwal tidur pasti berpikir bahwa kita benar-benar akan tertidur sehingga server dibuat sekendor ini." Reys menanggapi.

"Tapi apakah benar semudah itu?" Aku bertanya.

"Tentu saja tidak. Real G bukan organisasi bodoh yang akan membuat tempat pentingnya tanpa pengamanan sama sekali." Reys menjelaskan.

"Jadi?" tanyaku tidak paham.

"Kita berdua akan mengalahkan semua Admin Penjaga yang ada di sana." Reys mengucapkan itu dengan wajah datar dan santai.

"Ha? Kau tidak bilang dari tadi!" seruku kesal.

"Jangan khawatir. Lagipula persenjataanku sangat lengkap," balasnya. Ia juga melanjutkan, "Aku sudah sangat lama menunggu moment ini. Menunggu ada orang yang mau membuka mata atas kenyataan yang disembunyikan Real G dan kabur dari dunia ini."

Harapan yang bisa jadi hanyalah ... omong kosong. Namun, baik aku dan Reys saat ini berpegang teguh pada harapan mustahil itu. Sejatinya jika kami semua yang ada di sini adalah karakter dalam game, memangnya bisa kabur ke mana? Benar kata Reys yang menjawab ke dunianya para manusia. Akan tetapi, bagaimana caranya? Tidak mungkin kami berdua akan mewujud seperti burung-burung yang mengalami glitch in the matrix seperti yang tadi kami lihat, kan?

Ini memusingkan. Tetapi aku perlu melakukannya agar merasa lebih tenang. Otakku akan terus berpikir dan itu menjadi ketidaknyamanan tersendiri ketika aku tak menemukan jawaban dengan benar.

"Kita sudah sampai," ucap Reys mengendap-endap di sisi tembok sambil menoleh ke lokasi yang ditujunya.

"Kita tembus pandang, kan?" tanyaku. Karena jika benar kita ini transparan, tidak perlu sampai mengendap begitu untuk mengalahkan para Admin Penjaga di depan pintu.

"Masalahnya mereka itu bukan Admin Penjaga biasa." Reys berkata.

Dahiku mengkerut dalam. "Maksudmu?"

"Mereka lebih canggih dibanding Admin Penjaga biasa. Sebutan mereka Admin Pelindung dan tug–SIALAN!" Reys tidak melanjutkan ucapannya karena melompat ke arah berbeda sambil meneriakkan umpatan.

"REYS!" Aku berteriak.

Niatku mau menolong Reys yang terjatuh di lantai. Akan tetapi, ada sinar laser mengarah pada lenganku saat ini. Kemudian, aku berdiri tegak menghadap ke arah sinar-sinar laser itu datang. Mereka sudah bergerombol di depan sana, membentuk barisan lurus ke samping sebanyak dua lapis dan mengarahkan senjatanya ke depan. Moncong senjata itu mengeluarkan sinar merah yang arahnya kini telah di bagian dadaku agak ke kanan sedikit. Jantung. Itu adalah tujuan tembakan mereka.

Aku mengangkat tanganku ke atas sebagai tanda menyerah sedangkan Reys berdiri pelan-pelan dan menyembunyikan diri di belakangku. Tanpa harus banyak berkomunikasi, aku sudah bisa mendengar gerak-gerik Reys di belakangku. Aroma besi dari Reys dan bau amunisi itu juga tercium jelas di hidung. Aku tahu akan tugasku meski tak harus diberitahu dulu.

Admin Pelindung itu saling pandang untuk sesaat. Melihat tidak adanya pergerakan apapun dari kami berdua, mereka merapikan kembali senjatanya di sisi samping badan. Lantas, mereka mendekat ke hadapanku tanpa bersuara sedikitpun. Mungkin mereka hendak menangkapku dan melakukan interogasi ketika salah satu diantaranya sudah mengulurkan tangan untuk menyentuh bahu. Namun, refleks tubuhku begitu hebat hingga aku dengan mudah menyentuh pergelangan tangan mereka dan mematahkannya detik itu juga.

Admin Pelindung yang lain segera mengambil kembali senjata mereka saat tahu aku melakukan perlawanan. Namun, itu terlambat. Reys lebih cepat dari mereka sehingga peluru yang dilontarkan Reys bersarang di kepala mereka satu persatu. Formasi di antara mereka juga sudah hancur. Aku dan Reys berlarian ke sisi yang berbeda untuk memecah fokus mereka. Lantas, ketika hanya ada empat Admin Pelindung yang mengejarku, aku berbalik arah dan lagi-lagi berlindung pada tembok.

Namun, salah satu keahlian yang kumiliki tanpa harus mengunduh skill adalah memanjat. Aku hanya melompat naik ke atas tembok pembatas dan bergelantungan dengan berpegangan pada bagian pembatas atasnya. Lalu, ketika para pengejar itu sudah melewati titik aku melompat tadi, aku hanya perlu turun dan berpihak di kepala salah satu di antaranya. Sehingga, kepala yang menjadi puhakanku itu patah leher dan jatuh seketika. Itu pun menjadi mudah karena aku jadi memiliki kesempatan merebut senjatanya dan menembak kepala sisanya.

Selesai dengan Admin Pelindung itu, aku berjalan santai ke lokasi pertarungan Reys. Lelaki itu sudah menumpuk mayat-mayat Admin Pelindung dan duduk di atasnya.

"Kau mengerikan juga, Reys," komentarku saat sudah berada di dekatnya.

"Kau juga sudah selesai dengan mereka, kan?" Reys bertanya.

"Iya," jawabku singkat.

Kemudian, Reys memberikanku perlengkapan dari senjata-senjata melayang yang disiapkannya. Mulai dari pedang titanium tajam, Riffle Super Mod56 yang biasa kugunakan, granat, bom, dan Shield yang mirip seperti perisai virtual milik Real G.

"Setelah ini, kita akan banyak bertarung dengan Admin Pelindung. Mereka lebih canggih dibanding Admin Penjaga. Tentu saja, sistem tak kasat mata yang kubuat ini tidak akan bisa mengecoh helm mereka yang sudah dimodifikasi dengan teknologi canggih Real G." Reys memberikan penjelasannya.

"Aku mengerti tetapi aksi kita ini akan dianggap sebagai pengkhianatan dan pembantaian," balasku.

"Pembantaian? Memangnya apa yang kita bantai?" Reys mempertanyakan sesuatu yang kurasa ia sendiri pun sudah tahu jawabannya. Namun, Reys kemudian memperlihatkan sesuatu yang mencengangkan padaku.

Helm tebal milik salah satu mayat Admin Pelindung dan wajah di baliknya. Selama ini aku berpikir bahwa wajah para admin ditutup helm untuk menjaga privasi mereka. Selain itu, ada aturan bahwa mereka tidak boleh memperlihatkan wajah dengan alasan agar tidak terlalu terlibat perasaan dengan para pejuang yang mereka urus. Rupanya, itu juga adalah kebohongan belaka. Wajah di balik helm tebal para admin selama ini adalah robot.

Sialan.

Harusnya aku menyadari itu sejak awal ketika tahu ini dunia game yang pada dasarnya aku sendiri bahkan bukanlah manusia hidup melainkan sebuah avatar. Jika orang-orang seperti kami saja bukanlah manusia, sudah jelas para admin juga sama.

.

🌐

.

A/N : Puncak konfliknya sedikit demi sedikit sudah terlihat.

🌹Resti Queen.

Real Game [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang