Epilog

8 4 3
                                    

Aku memandangi seragam sekolah yang sudah satu tahun ini kukenakan. Papan nama di atas saku bertuliskan namaku sendiri, Windsley Liberty, seakan mengingatkanku pada apa-apa yang sudah terjadi dalam setahun ini. Keputusasaan. Kusutnya seragam sekolah itu mengingatkanku pada perundungan yang kudapatkan selama ini.

Hanya aku. Di sekolah yang mendapatkan perlindungan tanpa sedikitpun pembelaan, bahkan dari guru. Jika aku melapor selalu berujung pada aku yang disalahkan karena katanya mencemarkan nama baik dan melakukan fitnah. Wajar, orang yang merundungku adalah orang-orang dengan latar belakang yang tinggi. Katanya, anak petinggi atau lebih dari itu. Sehingga tidak mudah bagiku yang hanya tinggal dengan seorang ibu tanpa ayah untuk memberikan perlawanan.

Hidupku semenyedihkan itu atau memang aku yang justru terlalu mudah untuk menyerah. Meski begitu, aku tidak menyesal. Memang sudah sepatutnya aku menghilang dari dunia yang tak indah ini. Tidak ada hal menarik, tidak ada yang membuat bahagia. Membosankan.

Kecuali, Real Game. Sebuah permaianan yang beberapa kali kumainkan dalam sebulan terakhir itu membuatku mampu untuk bangkit dari kesedihan. Permainan seru yang membuatku ikut merasakan apa yang dirasakan oleh avatar. Ada kacamata yang menampilkan hologram seakan-akan aku benar-benar masuk ke dunia Real G, dimensi di dalam permainan tersebut.

Sebelum mengakhiri hidup, aku ingin memainkan itu dengan tokoh favoritku yaitu Ann Gladiolas Strong untuk yang terlahir kalinya. Namun, bukannya terjun ke dalam permainan, aku justru terjebak di suatu tempat serba hitam. Ruang kosong yang sekelilingnya hanya ada warna hitam gelap.

Akan tetapi, aku tidak takut karena ada orang yang menemaniku di sini. Aku cukup terkejut melihat wanita cantik berperawakan tinggi dengan rambut ekor kuda tersenyum manis padaku. Ia avatarku. Ann.

"Izinkan aku tinggal di otakmu," ucapnya.

"Apa? Apa maksudmu?" Aku bertanya tidak mengerti.

"Saat tiba di sini, isi otakmu terlihat jelas padaku. Mungkin karena kita sudah terkoneksi sekarang." Penjelasannya tidak bisa kumengerti.

"Apa maksudmu? Kau membaca isi otakku? Artinya kau tahu apa yang terjadi dan apa yang kupikirkan?" Ann mengangguk menanggapi pertanyaanku tersebut.

Aku tertawa renyah. Apa-apaan itu? Bahkan aku sekarang berhalusinasi bahwa aku bertemu dengan karakter game favoritku sebelum mati. Tidak disangka.

"Aku akan memberikanmu sesuatu yang menarik. Jadi kau tidak perlu bunuh diri," ucap Ann.

Lagi-lagi aku tertawa kering. "Memangnya semenarik apa sampai kau mau menghalangiku dari bunuh diri?"

"Menjadikan duniamu sebagai panggung permainan. Sebagai gantinya, aku akan bersarang di otakmu." Ann menjelaskan.

"Panggung permaianan?" Aku bertanya mengulang.

"Saat melintasi dunia, aku membawa beberapa sistem dari Real G. Kau sangat menyukai permainan itu kan? Ayo buat dunia ini seperti permainan dengan begitu hidupmu akan menyenangkan." Ann menjelaskan.

"Baiklah, terserah kau saja." Aku tidak berpikir panjang saat menjawab demikian karena kupikir semuanya hanyalah halusinasi.

Siapa yang menyangka bahwa panggung permainan yang dimaksud oleh Ann adalah kenyataan. Tepat saat aku bangun tidur di pagi hari, muncul papan status di depan mataku. Di sana bertuliskan informasi :

[ Quest Awal : Mengadili Monster ]

[ Target : Monster Perundung kelas A]

[ Reward : Kemampuan Bela Diri ]

[ Pesan administrator Ann - percayalah padaku, ini akan menyenangkan. ]

Aku jadi mempunyai papan status berisi quest selayaknya di komik-komik bacaanku beberapa waktu terakhir ini. Gila. Sangat gila. Tapi aku senang. Aku yakin ini akan menyenangkan dan seperti yang Ann katakan, seru.

.

🌐

.

A/N : Dengan begini, Real Game benar-benar berakhir. Terima kasih untuk segala bentuk dukungannya. 🙏🏻

Real Game [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang