Bagian 09 : Connecting Port

4 4 1
                                    

Melawan para Admin Pelindung di banyak sisi demi memasuki sebuah ruangan berisikan kabel-kabel raksasa yang memiliki port–lubang sambungan elektronik–membuahkan hasil. Meski pada awalnya sempat berpikir bahwa port raksasa seperti terowongan itu mencurigakan, tetapi itu adalah sumber dari informasi yang aku butuhkan.

Sama seperti ketika seseorang membutuhkan koneksi ke internet, maka ia harus menggunakan port untuk terhubung. Entah dari server atau penggunaan WiFi, segalanya juga membutuhkan sesuatu sebagai perantara. Lalu, port membentuk terowongan panjang ini juga adalah perantara bagi aku dan Reys untuk masuk ke dunia internet.

Sudah tidak terkejut lagi karena aku telah mengerti bahwa keberadaan ku ini pun hanyalah sosok virtual. Sesesok manusia buatan dari sistem yang menerobos masuk hingga ke wilayah dunia internet. Hal itu membuatku amat sangat kagum. Jika game saja bisa serealistis itu, maka internet yang selama ini kupikir hanyalah sistem berbentuk data bisa mewujud juga sebagai Real Game yang mewujud dunia Real G.

Dunia internet, tempat indah dengan gedung-gedung tinggi dan banyak kendaraan melayang membawa informasi. Terdapat jalanan-jalanan luas yang melayang dan ada di daratan, semuanya berwarna-warni, tampak bercahaya dan memancarkan kilauan seperti pelangi. Pemandangan yang sangat luar biasa.

Hingga Reys kemudian membawaku pada sebuah stand bernama Google, dikelola oleh seorang Admin Pencari yang menyambut kami di pintu masuk. Katanya, Admin Pencari bisa menerima pertanyaan apapun dan akan menghubungi Admin-Admin di belakangnya untuk memberikan jawaban.

"Real Game." Aku mengucapkan apa yang ingin aku ketahui. Segala hal tentang Real Game dan seluk-beluknya.

"Anda tidak bisa diketahui oleh server kami. Sepertinya Anda menggunakan VPN sehingga tolong matikan dulu." Admin Pencari menanggapi.

"VPN?" Aku bertanya. Dalam pencarian di internet untuk menyembunyikan identitas memang menggunakan VPN. Tetapi aku si karakter virtual datang langsung ke mari disangka menggunakan VPN itu agak ....

"Oh, kartu ini." Reys ikut dalam pembicaraan seraya memberikan sebuah kartu yang entah itu apa.

"Itu apa?" tanyaku.

"Kartu identitas tapi yang jelas itu punya orang lain." Reys menjawab. Aku tidak terlalu penasaran dengan apa yang diberikan Reys, yang terpenting saat ini hanyalah mendapatkan jawaban dari apa yang kucari.

Hanya membutuhkan beberapa menit sambil menyaksikan Admin Pencari yang berbincang dengan seseorang melalui sambungan telepon. Hingga akhirnya si Admin Pencari memberikan pada sebuah disk bertombol merah dan menyuruhku pergi. Katanya, di dalam disk ini sudah ada informasi sesuatu dengan pertanyaan-pertanyaan yang kulontatkan padanya. Dan memang benar, semua informasi itu muncul bersamaan dengan aku yang menekan tombol merah pada disk tersebut.

Yang aku lihat sama seperti layar status saat membasmi monster. Jendela informasi muncul membentuk hologram panjang dan lebar di hadapanku saat ini. Selain itu, aku bisa menggulir jendela status tersebut dengan tangan. Di dalamnya terdapat informasi bahwa sesungguhnya Real G adalah dunia buatan sistem dari game bernama Real Game. Informasi yang sama persis dengan yang Reys katakan. Sistem dari game ini juga terjelaskan secara rinci, bahwa seorang manusia yang hendak memainkan game ini harus mengkoneksikan otaknya ke dalam perangkat game agar apa yang dialami oleh avatar akan dapat terealisasikan juga pada pemain.

Ada dua hal dalam game ini yaitu, versi manual dan mmorpg yang membuat pemain bisa ikut terjun ke dalam dunia Real G dengan mengendalikan avatar. Itulah mengapa segala bentuk persiapan mulai dari pakaian dan senjata, hingga skill dan power tidak bisa diatur sesuka hati oleh kami selama ini. Itu karena kami semua sudah dikendalikan secara tidak sadar oleh para manusia yang menjadi pemain dan pemilik avatar.

Informasi tentang jatuhnya meteor juga terpapar jelas. Di sana dikatakan bahwa meteor itu adalah level terakhir yang harus dihadapi oleh para pemain di Real Game. Jika gagal melewati hujan meteor itu, maka pemain akan game over sehingga stat akan dikembalikan ke awal dan melewati misi dari awal lagi. Sekarang pertanyaanku sudah terjawab jelas mengapa aku selalu kembali ke titik persiapan untuk melakukan misi level A setiap kali hujan meteor itu datang. Alasannya jelas karena pemain-pemain itu kehilangan stat akibat gagal misi di hutan meteor.

Lagipula, siapa pencipta game ini hingga membuat misi level sulit sebagai last boss untuk dilawan? Memangnya hujan meteor bisa diatasi? Ya, mungkin suatu saat Real G bisa mengatasinya mengingat mereka juga semakin memperkuat pertahanan.

Informasi demi informasi tentang dunia ini pun sudah kubaca dengan lengkap. Tidak ada lagi yang aku perlukan sehingga mematikan kembali jendela status tersebut. Sekarang perasaanku jadi hambar. Tidak tahu harus merasa puas hati, senang, sedih, kecewa, atau apapun itu. Aku hanya diam untuk waktu lama sambil memandangi transportasi data di langit dunia internet.

"Kau pernah bilang ingin terbebas dari ini semua, kan?" Aku bertanya pada Reys. Lelaki itu sempat menyinggung perihal keinginannya kabur dari Real G dan sedang mencari teman untuk melakukan itu. Namun, aku belum memiliki bayangan bagaimana Reys akan melakukannya. Meski begitu, kalau itu Reys, mungkin saja benar. Sudah banyak hal yang ia perlihatkan padaku dan banyak hal pula yang dilakukannya seorang diri selama ini.

"Iya. Alasanku memberitahumu juga agar kau bisa terbebas bersama denganku. Ada cara untuk pergi ke dunia para manusia dan tinggal di sana, Ann." Reys mengungkapkan hal yang mustahil.

Haha. Aku selalu berlindung di balik kata mustahil. Padahal Reys sudah memperlihatkan padaku bahwa kemustahilan itu bisa dengan mudah menjadi kenyataan. Sama seperti fakta bahwa kami sebenarnya bukanlah manusia dan dunia Real G yang ternyata hanyalah dunia virtual.

"Bagaimana? Memangnya avatar bisa tinggal dan mewujud di sana?" Aku bertanya lagi.

"Kau sudah membawa semua informasi di disk itu, kan?" Aku mengangguk menanggapi pertanyaan Reys. Tanpa dijawab pun sepertinya ia juga sudah mengerti. Lalu, Reys kembali berucap, "Untuk bisa memainkan Real Game, pemain mengkoneksikan otaknya ke perangkat permainan. Itu artinya ada port yang menghubungkan antara dunia Real G dengan otak pemain."

"Maksudmu port yang sama untuk melintasi dunia internet?" Aku bertanya.

Anggukan mantap dari Reys membuatku terdiam. Port penghubung dunia. Bahkan internet yang sekarang menjadi tempat dudukku juga adalah dunia lain. Semuanya dihubungkan oleh adanya kabel raksasa dengan ujung membentuk port. Jika benar demikian, maka langkah kami menjadi semakin jelas. Port dan kabel raksasa untuk menghubungkan antara dunia Real G dan dunia manusia. Benda yang isinya adalah terowongan panjang dan besar itu pasti ada di dunia ini sebagai penghubung.

Lantas, saat aku menoleh ke arah Reys dengan ekspresi mempertanyakan, wajah lelaki itu sudah menampilkan air muka seakan sudah mengetahui segalanya. Reys tahu keberadaan port tersebut.

.

🌐

.

A/N : Yey, sudah keliatan dengan jelas misi dan tujuan Reys dan Ann ke depannya. Cerita ini juga aslinya memang aku niatkan untuk jadi novelet sehingga bentar lagi juga tamat. Agak maksa sebenarnya untuk ditamatkan tetapi aku sudah merencanakan versi novelnya. Semoga terlaksana, dunia manusia dengan quest dari Real G akibat Ann dan Reys yang menerobos ke otak manusia. Woah, jika tidak mengeksekusi di work baru, mungkin aku bisa tetap menuliskannya di work ini. I don't know, berharap yang terbaik buat Reys dan Ann ke depannya.

Salam,

🌹Resti Queen.

Real Game [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang