37. Amarah Baya

33.3K 3.6K 1.7K
                                    

Mungkin, kecewa itu perlu dalam suatu hubungan. Agar kamu mengerti, artinya saling memahami.

Dan bertengkar tidak selalu berujung pada perpisahan.

***

Selesai memasang Imamah dikepalanya, Baya bercermin sesaat. Baru tiba di Kota Jakarta sudah merindukan kekasih hatinya, Anatari Bimalara. Tepukan halus dirasakan, Ustadz Ahsan mengajaknya pergi kedalam sebuah Masjid tempat diadakannya kajian.

Kajian bersama Gus Baya, tamu agung K.H Abdullah. Sebagai calon pemimpin pesantren Al-Izhar, Baya memang harus menerima undangan-undangan seperti ini, untuk mempromosikan pesantren juga.

"Kamu sangat tampan mengenakan Imamah." pujian Ustadz Ahsan nampak begitu takjub.

Baya menggeleng, "Jangan memuji hamba sepertiku, hentikan mulut manis mu itu San." ujarnya membuat sahabatnya itu terkekeh.

Keduanya berjalan seraya bercengkrama, saat hendak memasuki masjid seseorang menubruk punggungnya sangat kencang. Baya dapat melihat sosok perempuan mengenakan gamis serta Khimar, terlihat menatap kearahnya.

"Maaf, aku gak sengaja."

Lantas, lelaki itu mengalihkan pandangan.

Astagfirullahalladzim... Anata, maaf sayang mas benar-benar tidak sengaja menatap seorang perempuan, selain kamu.

Baya beristighfar dalam hati, memundurkan langkahnya. "Mbaknya tolong jangan terlalu dekat, kenapa sembarangan seperti tadi?" Ustadz Ahsan menegur perempuan itu.

"S—saya sering melihat Gusnya di sosial media, benar-benar Masya Allah, bahkan saya berhijrah demi Gusnya, saya sangat menantikan momen Gus datang ke Jakarta." penuturan gadis itu terdengar buru-buru, bahkan berbicara dalam satu tarikan nafas.

Penggemar Baya memang lumayan, wajar saja pesantren Al-Izhar termasuk dalam urutan pesantren besar.

"Mbak, Gus Baya sudah mempunyai istri." ucap Ustadz Ahsan memberi tahu.

Gadis itu menatap kearah Baya, yang bahkan enggan menatap kearahnya. "Aku sanggup kok jadi yang kedua."

"Afwan, istri saya tidak ada duanya, tiganya, bahkan seterusnya, dia akan selalu menjadi satu-satunya. Ada banyak pria lain dimuka bumi ini, sebaiknya kamu banyak-banyak beristighfar." Baya akhirnya berbicara.

"Dalam agama Islam kan gapapa tuh poligami."

"Banyak salah pemahaman, poligami selalu di sangkut pautkan dengan agama yang memperbolehkan. Apa alasannya kamu korban perang, seorang janda yang ditinggal meninggal suaminya saat perang? Bahkan kamu masih mampu berdiri diatas kakimu sendiri, poligami diperbolehkan dengan alasan yang pasti, bukan karena nafsu atau bahkan cinta semata. Saya permisi, tolong mengerti."

"Tapi Gus? Gus tunggu Gus!"

Meladeni gadis nekat seperti tadi hanya membuang waktu, terpenting Baya sudah menolaknya secara baik-baik.

Baru saja memasuki pintu utama masjid, suara dering teleponnya terdengar. Tertera nama Ainun disana, "Ustadz saya izin menerima telepon." pamitnya berbelok kearah lain.

"Assalamualaikum dek?"

"Wa'alaaikumsalam warahmatullah Mas, Mas tahu gak mas, Mbak Tari tuh!" Ainun menyeru heboh dari telepon.

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang