29. Bimalaranya Baya

38.4K 3.8K 2K
                                    

"Maka, ketika lelaki benar-benar mencintai. Dia akan marah, ketika miliknya di dekati."

- Bayazid Asad Dizhar.

***

Atensi Baya tak henti menatap kearah tiga santri di hadapannya ini, mereka masih berani senyam-senyum merasa tak bersalah. Bahkan tak ada rasa penyesalan telah menganggu, jika begini bisa-bisa Baya menghajar wajahnya.

"Kalian masih berani senyum-senyum, apakah tidak merasa malu?" ucap Baya sarkasme, dengan tatapan tajam tak lepas.

Galak, itulah yang Anatari rasakan. Baya benar-benar galak, aura galaknya menguar membuat rasa takut perlahan-lahan muncul, tidak pernah melihat Baya seperti ini wanita itu meringis pelan.

"Kowe ngaku-ngaku jadi Gus, biar apa?" ucap Aldo maju menatap sinis kearah Baya.

Baya menatap ketika pemuda itu, "Biarin."

Anatari berusaha menahan tawa, adu argumentasi malah menjadi lawakan gratis. Wanita itu menundukkan pandangan, berusaha menahan tawanya. Tidak salah memang dirinya berjodoh dengan Baya, sama-sama lucu, manis, imut.

Merasa tersinggung Aldo menggeram marah! Ia menatap kearah Anatari, yang di tatap masih saja berusaha menahan tawanya.

"Mbak lelaki itu beneran Gus?" tunjuk Aldo kepada Baya.

Anatari berdehem, "Iya Gus, nama dia Agus soalnya." membuat Atensi Baya beralih kearahnya.

"Agus? Buahahahaha Agus namamu jelek amat!" cemoohan dari Purwo, membuat dua kawannya serentak ikut menertawakan.

Baya hanya diam tidak menanggapi ledekan dari bocah ingusan ini, kedua kakinya mulai melangkah maju. "Tadi kamu bertanya apa saja kepada istri saya?" bertanya dengan suara pelan, nyaris berbisik.

"Istri... Agus ini suka sekali mengaku-ngaku!" Mansur menyeru, kedua kawannya serentak menertawakan kembali.

Atensi Baya teralih sepenuhnya menatap kearah Aldo, "Berikan tangan kanan kamu." pinta lelaki itu.

"Untuk ap-"

"NGAPAIN KAMU PLINTIR TANGAN SAYA BODOH!" teriak Aldo kesakitan, saat Baya tiba-tiba saja meraih tangan kanannya lalu memelintir kearah belakang, tanpa ekspresi apapun.

"Prinsip hidup saya, jika ada yang berusaha menyentuh milik saya. Tidak ada ampun baginya, kecuali kamu berani meminta maaf."

"Lepasin temen saya!" Purwo begitu marah mendapati tangan Aldo masih saja berada di posisi belakang, di tekuk terlihat ngeri tulangnya akan patah.

"Saya hajar kamu!" ancaman dari Mansur.

"Silahkan." Baya menyahut.

Hendak menyerang Baya dari arah belakang, lelaki itu menggunakan kakinya untuk menendang tulang kering milik Purwo, bergiliran dengan Mansur mendapati pukulan di perutnya dengan kaki. Keduanya terlihat kesakitan, serangan Baya terlihat begitu santai. Percayalah, sangat sakit.

Anatari cengo, tidak tahu harus berbuat apa. Terdiam menatap Baya yang berusaha di hajar oleh dua pemuda ini, sedangkan Aldo berusaha meronta-ronta. Urat-urat terlihat sangat jelas.

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang