11. Itulah, tujuan pertama

41.7K 4.7K 2.2K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Allah selalu bersama dengan hambanya yang senantiasa memelihara kesabaran, maka dari itu suami harus dipasangkan dengan istri. Sebagai perantara dari Allah untuk menjaganya sampai akhirat nanti."

- Bayazid Asad Dizhar











Gerbang hitam menjulang cukup tinggi telah Anatari tatap, cukup lama hingga Baya jengah menunggu gadis ini yang terus saja melamun. Entah apa dipikiran gadis itu, padahal rumah ini peninggalan kedua orangtuanya. Selalu dihuni oleh Asnan, Amar, juga istri-istrinya setiap akhir pekan.

Masih didalam mobil milik Baya, Anatari melirik kearah lelaki itu sesaat. "Bay, lo mau gak tunggu disini sebentar?" sebenarnya merasa tidak enak, tanpa banyak berkata Baya mengangguk mengiyakan.

Dengan penampilan mengenakan gamis hitam dengan kerudung hitam coklat susu menutupi dada, Anatari turun. Berjalan dengan perlahan, mengetuk-ngetuk kecil gerbang. Terbukalah gerbang itu menampakan seorang bodyguard bertubuh kekar.

"Pak IZA!" menyeru dengan gaya antuasias, lantas pria itu mengerjabkan matanya tidak percaya.

"Ini Non Tari?" menelisik penampilan Anatari, gadis itu mengangguk dengan senyuman ceria.

"Bukanya Non udah meninggal?"

"Eh anjirt, sembarangan kaw. Btw, gue udah mau sebulan gak pulang. Kalian semua apa kabar? Bi Tira gimana, Mbok Anem gimana?" ternyata Anatari sangat mengkhawatirkan para pegawai dirumah ini.

"A–anu Non, mereka sudah dipecat."

"Lo bohong kan, gak boleh. Siapa yang pecat mereka, sialan! Awas Pak, gue mau masuk deh. Masa baru datang aja udah dapet kabar buruk." Anatari menerobos masuk sebelum Pak Iza menahannya, pria itu melupakan satu pesan penting dari Prita. Siapapun yang mengaku-ngaku sebagai Anatari, atau Anatari itu sendiri tidak boleh memasuki rumah ini.

Datangnya Anatari menimbulkan suara grasak-grusuk, sangat berisik membuat Prita senantiasa bersantai di taman sebelah kanan tidak jauh dari gerbang datang. Melangkah dengan angkuh seperti gaya biasa, menatap nyalang kearah Anatari.

"Tari!" sebuah seruan membuat Anatari menolehkan badan, menatap kearah Prita dari atas hingga bawah. Gadis itu cengo, apa-apaan ini! Semua pakaian Anatari dikenakan.

"Kak Prit, maksud lo apa ya pake baju-baju gue?" merasa tidak terima rasanya, hasil jerih payah dikenakan oleh orang songong seperti Prita ini.

Prita menatap dirinya sendiri, "Baju lo? Ups, emangnya ukhti ini siapanya kita ya dirumah ini?" ujaran dengan nada sarkas.

Bahkan jari jemari Prita dengan berani menyentuh dagu Anatari, ditepisnya dengan perasaan kesal. Siapa sangka Anatari menarik kerah baju berbahan satin itu, otomatis tubuh Prita terhuyung kearah depan. Mata Anatari terlihat begitu tajam juga menusuk.

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang