17. Suami posesif, tapi lucu

48.6K 5.3K 2.4K
                                    

Rating untuk cerita ini dari 1-5 berapa sih?🤔


"Ainun." Anatari memanggil adik iparnya yang tengah duduk didepan ndalem, sembari membaca sebuah kitab. "Opo toh?" membalas sapaan Anatari tanpa menolehkan pandangan.

Rasanya canggung untuk bertanya, Anatari sangat sebal dengan Ainun. Akan tetapi, jikan bukan Ainun ia harus bertanya kepada siapa lagi. "Gus Baya tuh tempat kerjanya dimana sih?"

"Ora ngurus, Ndak tahu." Ainun berbicara ketus.

Tuh kan, percuma bertanya kepada Kuntilanak syariah ini.

Gadis itu bersandar pada pintu ndalem, celingukan sejenak memastikan kondisi disini aman. "Itu yang lo baca apa sih?" tanya Anatari penasaran.

Ainun menutup kitabnya, berdiri dari duduk menghampiri dengan tatapan permusuhan.
"Kamu tuh bagaimana, sudah besar gak tahu nama kitab ini!"

"Yeu, gue bisa baca kok. Itu kitab Nahwu, gue tuh mau baikan tahu sama lo. Gini ya Nun, gue anak kaya raya barang-barang gue branded semua. Niatnya sih mau gue kasih tas channel, ya tapi kalo lo gak mau ya gapapa." katanya sembari melangkahkan kaki pura-pura, padahal dalam hatinya cekikian sendiri.

Beberapa langkah hampir sampai pagar ndalem, "E-h Tari tunggu, emang kamu mau bertanya opo toh sama aku?" ucap Ainun terlihat tergoda dengan tawaran Anatari.

Memutar balikan badannya, Anatari tersenyum kecil. Cukup lama ia diam memang sangat menguji batas kesabaran, Ainun geram rasanya.

"Lo punya korek kuping gak?"

"Ya lah, korek kuping doang moso Ndak punya!" balasan ketus.

Anatari manggut-manggut mengerti, lalu ia menunjuk kearah telinga Ainun. "Gue takut aja telinga lo congek nya banyak, padahal tadi gue ngomong jelas banget." penuturan Anatari dengan raut wajah tanpa dosa, Ainun berjalan cepat menuju kearah Anatari.

Menarik pergelangan tangan gadis itu sedikit kasar, "MAU BAWA GUE KEMANA WOI!"

"Tempat kerja suami mu lah, saya tuh Ndak congekan!"

Tawa dalam hatinya tercipta, Ainun memang gadis gengisan menyebalkan. Tidak apa kan dikerjai sekali-kali, dosa istri kan ditanggung suami. Pikir Anatari seperti itu. Ternyata jarak tempat Baya sangat jauh, Anatari merasa kelelahan bukan karena jaraknya. Tarikan dari Ainun benar-benar tidak ada akhlak.

Sesampainya didepan sebuah bangunan bertuliskan dewan pesantren, Anatari mengambil nafas dalam-dalam. Membuangnya secara perlahan.

"Jangan lupa tas syanel nya, saya antar sampai sini!" masih saja dengan nada ketus, kemudian Ainun pergi meninggalkan Anatari sendirian.

Dengan susah payah Anatari mengelap sisa-sisa peluh yang tersisa, memegang kedua lututnya masih dengan debaran jantung kencang. Mana terik matahari siang ini terasa cukup menyengat, setelah dirasa sudah cukup membaik. Anatari mulai melangkahkan kakinya, ada pintu berwana coklat tua.

"Ini kan ruangan Baya doang kan, dia pasti diem-diem doang kerjanya depan laptop. Kalo gue ketuk, nanti gak mau keluar." Anatari berbicara sendiri.

Cukup lama berpikir, harus mengetik pintu atau tidak. Setelah merasa puas dengan keputusannya sendiri, Anatari membuka knop pintu dengan perlahan. Didalam sana kosong.

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang