3.

815 58 10
                                    

Yeon Joo mengedipkan matanya, masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sedikit lucu dirinya masih terkejut dengan kehadirannya yang selalu tiba-tiba. Yang rela bolak balik Rusia - Korea hanya untuknya.

Untuknya..?

Saat Yeon Joo yang hampir putus asa karena adanya pengkhianatan oleh atasannya demi kekuasaan dengan melenyapkan barang bukti dan saksi yaitu dirinya. Zhenya-lah yang menurutnya memiliki kekuatan gila yang cukup untuk menolongnya.
Laki-laki itu pernah terluka untuknya.

Zhenya melangkahkan kaki panjangnya menghampiri Yeon Joo yang masih terdiam. Suara riang anak-anak yang bermain bola memecah lamunan Yeon Joo.

" Awassss...
Bola melambung dengan cepat ke arah Yeon Joo dengan reflek cepat Yeon Joo menghindar. Bola menggelinding kearah Zhenya dan berhenti tepat didepannya.

"Lemparkan pada kami".
Anak-anak mulai berteriak sambil melambaikan tangan ke arah Zhenya yang sudah berdiri didepan Yeon Joo. Tubuh tingginya menjulang, dengan kakinya ia mengambil bola itu lalu menyeringai. Zhenya melemparnya jauh, jauh sekali. Anak - anak itu mendesah kecewa.

" Kenapa malah kau buang?". Yeon Joo berdecak kearah bola yang masih melambung tinggi.

Zhenya hanya mengedikkan bahunya.

" Dan kenapa kau sudah sampai disini?

"Yah aku hanya punya firasat kau membutuhkanku saat ini". Zhenya menyeringai memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi.

Yeon Joo mendecih, tiba-tiba ia kepalanya terasa pusing. Pandanganya berkunang-kunang. Mual kembali melanda. Ia ingat hanya memakan beberapa kue seharian tadi.

Zhenya meraih pinggang Yeon Joo. Menatap Yeon Joo dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan yang Yeon Joo sendiri masih terasa asing. Yeon Joo biasa dengan tatapan mengejek pria itu. Tatapan ketika dia marah bahwa sedikit kerutan didahi dan perubahan alis peraknya bisa mengartikan isyarat lain.

"Sepertinya kau kurang sehat hari ini".  Seringai menghiasi wajah Zhenya. Mata birunya menulusuri wajah Yeon Joo.

" Aku hanya belum makan".
Yeon Joo menghindari tatapan Zhenya. Mencoba sekuat mungkin menyembunyikan fakta. Karena ia tahu Zhenya bisa membacanya seperti buku yang terbuka.

" Kalau begitu ayo kita pulang"

Zhenya meraih tangan Yeon Joo. Namun Yeon Joo merasa mualnya tak tertahankan.

" Hoeeksss".

Itu kopi yang ia minum tadi.
Dan
" Hoeekss".

Hanya cairan bening. Yeon mengusap mulutnya dengan pergelangan tangannya. Kenapa ia lemah sekali. Ia benci menunjukkan sisi dirinya yang seperti ini dihadapan Zhenya.

Zhenya merakan tangan Yeon Joo bergetar.

" Kau baik-baik saja?"

Yeon Joo dapat merasakan tangan besar Zhenya yang satunya mencengkeram bahunya lalu menyandarkan kepalanya didada yang kokoh.

" Kau gemetar".

Yeon Joo menggeleng. Ia bisa merasakan aroma kayu dan bargamouth dari pria itu. Dan entah kenapa membuat jantungnya berdetak cepat tapi itu juga menenangkan.

" Terima kasih".
Yeon Joo berhasil mengeluarkan kata setelah mengatur nafasnya. Kepalanya masih ia sandarkan di dada Zhenya. Kali ini Yeon Joo membiarkan Zhenya menuntunnya tanpa ada penolakan atau perlawanan.

Didalam mobil Yeon Joo menyandarkan kepalanya di kaca jendela. Cahaya sore semakin gelap rasa kantuk dimatanya tak bisa ia tahan lagi.

Yeon Joo dapat merasakan saat Zhenya memasuki mobil, disusul suara pintu tertutup dan sopir sudah duduk didepan. Yeon Joo menutup matanya namun tangan besar kembali mencengkeram bahunya, menariknya untuk kembali bersandar didadanya.

Koschei Kiss  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang