Bawa Perasaan

28 3 0
                                    

Gelap. Gue pikir gue sedang tidur tapi anehnya gue bisa mendengar setiap suara-suara yang datang dan pergi. Suara samar-samar seseorang yang berbicara entah itu siapa atau suara dari mesin yang gue tidak tau namanya. Bebunyian itu gue tau suaranya dekat tapi gue tidak tau dimana letak pastinya karena semua yang gue lihat hanya kegelapan. Seperti ketika reaksi kornea mata di malam hari yang kemudian tiba-tiba saja terjadi mati listrik dan mata lo sedang mencoba beradaptasi untuk menemukan cahaya lain dari sinar rembulan, ada jeda dimana kegelapan menelan penglihatan yang mendadak hilang.

Gue tidak tau pasti kenapa gue ada disini. Dan sekalipun berada disana, gue juga tidak bisa pergi ke tempat lain. Itu gue alami selama entah berapa jam yang pasti rasanya lama sekali.

"Juni." samar ada seseorang yang memanggil nama gue. Suaranya terasa familiar tapi gue tidak tau itu milik siapa. "Juni, sini nduk."

"Siapa?" gue penasaran karena sedari tadi terus memanggil-manggil nama tapi sosoknya tidak terlihat.

"Sini. Jangan disitu sendirian."

"Iya tapi ini siapa."

"Kakek. Juni pasti ingat sama kakek." katanya.

Apa iya? Suaranya memang terdengar familiar tapi gue tidak ingat suara kakek dulu seperti apa karena sejak yang masih bisa diingat, terakhir kali gue berinteraksi dengan kakek hanya saat berusia lima tahun. Dalam usia itu bisa dipastikan kalau gue sudah lupa dengan suaranya. Boro-boro dengan suara, bahkan kalau saja tidak ada foto kakek di rumah, gue pasti juga sudah lupa dengan wajahnya.

"Kakek?"

"Iya nduk, kamu jangan disitu sendirian. Sini sama kakek." ajaknya lagi. Gue sih senang mendengarnya karena sedari tadi ketika menyadari bahwa gue sedang tidak tau ada dimana dan sendirian, akhirnya ada yang datang menemani istilahnya. Tetapi entah kenapa, hati gue tidak yakin untuk melangkah ke sumber suara tersebut. Seakan gue tidak diperbolehkan kemana-mana dan tetap disuruh untuk berdiam diri di tempat itu meskipun harus sendirian.

"Sini. Kakek tunggu disini." ujarnya meyakinkan terus-menerus.

Pertimbangan antara iya dan tidak bergejolak di dalam hati. Gue harus memilih salah satu ketika sebenarnya gue tidak bisa memutuskan yang mana. Tapi gue juga tidak mau disini sendirian terus-terusan. Gue takut, selain gelap gue juga tidak tau apa-apa soal apa yang tengah gue alami sekarang ini. Seakan ingatan gue hilang tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada gue sebelumnya. Karena gue cukup frustasi, dengan keraguan yang tinggal setipis helai rambut, kaki gue selangkah maju ke arah sumber suara dan ketika kaki kedua akan melangkah lagi, tiba-tiba lengan terasa ada yang mencengkramnya kuat-kuat. Lantas gue menoleh ke sana kemudian menemukan Samuel yang sedang memegangi lengan gue dengan kuat. Tiba-tiba lagi suasana gelap di sekitaran menghilang dan berubah menjadi terang yang tidak begitu terang tetapi cukup untuk membuat semuanya terlihat dengan jelas.

"Jangan, tidak boleh." katanya ketika dia memegangi lengan.

Kenapa Samuel tidak memperbolehkan gue? Kenapa dia tiba-tiba ada di tempat ini dan kenapa gue juga bisa ada di tempat yang sama bersamanya? Terlebih Samuel juga bisa menggenggam lengan gue sekarang.

"Sam, kenapa lo ada disini?"

"Kamu tidak boleh kemana-mana."

"Kenapa tidak boleh, itu suara kakek."

"Tidak boleh. Mereka sedang menipumu. Kamu tidak boleh kemana-mana."

"Menipu? Apa maksudnya Sam. Sebenarnya gue ada dimana dan mereka yang lo maksudkan itu siapa?"

Samuel tidak menjawab, dia tidak bisa menjawabnya. "Biar saya temani disini tapi kamu jangan kemana-mana. Apapun yang kamu dengar jika itu berkaitan dengan ajakan, abaikan saja. Dan jangan mudah percaya dengan apapun itu. Tetaplah waspada Juni kamu sedang tidak baik-baik saja."

GhostbaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang