Seakan mengukir pelangi...
Dibalik kabut fatamorgana...****○•○•○•○****
Aroma lantai toilet yang sudah usang, menyerbak di rongga hidung seorang gadis yang saat itu tengah memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Matanya menari-nari di segala sudut kamar mandi mencari cairan pembersih dan alat pel. Harmony membuka satu per satu pintu toilet guna mencari penyikat dan pembersih lantai. Namun nihil, tak ada satupun sarana pembersih kamar mandi di sana.
Sejenak Harmony berpikir, apakah ia harus pergi ke kelasnya untuk mengambil alat pel? Namun ia langsung menepis pikiran itu, karena saat ini pelajaran masih berlangsung. Ia takut jika hukumannya akan bertambah jika bertemu guru pengajar di kelasnya.
"Aihhh, terus aku harus gimana? Masak ke ruang guru, cih." Gumam Harmony.
Gadis itu segera meraih sebuah alat untuk mengambil air berupa wadah yang diberi tongkat atau tangkai pegangan untuk memudahkan mengambil air, yang biasa disebut "gayung".
Harmony membersihkan satu per satu kamar mandi dengan seadanya, hanya menggunakan air. Yahh, walaupun tidak sepenuhnya bersih, namun itu cukup untuk menyamarkan aroma yang tak sedap.
Sesekali ia bercermin di sana, memperbaiki penampilan yang sedikit acak-acakan. Cermin besar yang terpampang jelas di sana memang dikhususkan untuk para siswi sebagai tempat memperbenah diri. Namun ada juga yang sebagian dijadikan tempat sport foto lalu di upload di media sosial.
Harmony menatap siluet dirinya, ia memantung sejenak. Gadis itu menghela napas panjang, membasuh mukanya yang berkeringat di wastafel sehabis menaiki anak tangga hingga ke lantai dua. Kemudian ia kembali menatap dirinya di cermin sembari mengeringkan wajahnya menggunakan tisu yang gadis itu bawa.
"Kok bisa ya, papa semarah itu?"
"Iya-iya aku tahu, itu syal rajut memang sangat sulit untuk dibuat. Tapi kok bisa syal itu jadi benda kesayangan papa?"
"Papa pastinya bisa dong beli syal itu lebih dari satu pasang? Gak perlu dia marah-marah kek gitu."
"Oooh, mungkin aja ya. Atau jangan-jangan papa yang buat syal itu, makanya dia marah. Hmmm, bisa jadi. Ehh, tapi kan papa gak bisa merajut?"
"Tapi mama bisa, atau itu benda terakhir yang dibuat mama ya? Makanya papa marah."
Sedari tadi Harmony bermonolog pada siluet dirinya sendiri di cermin. Dengan ekspresi yang berubah-ubah layaknya ia berbicara pada seseorang yang nyata dan berbeda darinya. Tampak berpikir sejenak, segera ia mengeluarkan syal rajut itu dari dalam tas gendong yang gadis itu kenakan. Ia meneliti setiap celah dan inci dari syal tersebut, berharap bahwa itu memang syal buatan mendiang mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup Itu Luka [ Terbit ]
Ficção AdolescenteSetiap insan ada masanya. Setiap masa ada insannya. Jikalau semesta berkehendak, atma yang dipilih tak akan bisa lepas dari takdirnya. Begitu juga dengan Harmony atas segala derita laranya dalam kehidupan bak orang ketiga. Menyukai seseorang yang...