Chapter 02. Syal Berharga Diri

109 39 11
                                    

Putaran takdir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Putaran takdir...
Dengan roda bergeming...

****○•○•○•○****

Bumantara yang tadinya cerah, menjadi gundah akan datangnya awan kelabu. Rintik gerimis mengundang rasa rindu di hati Harmony pada sang ibunda.

Saat ini gadis itu tengah termenung di sebuah halte terdekat dari sekolahnya sembari menunggu redanya tangisan semesta di sore hari. Netranya menatap kosong pada jalanan yang basah serta beberapa lubang yang tergenang air.

Aroma dedaunan yang terkena air mata semesta dan dinginnya hembusan pawana membuatnya merinding. Ia merogoh tasnya untuk memastikan jika jaket yang gadis itu bawa tak tertinggal di dalam kelas.

"Duhh, masih muda kok udah pikun..." gumam Harmony merutuki diri.

Jaket yang ingin ia bawa untuk menghangatkan tubuh, tertinggal di dalam kelas. Ia mengusap-usap lengannya, sesekali ia menjulurkan tangannya kedepan guna mengetahui apakah tangisan semesta sudah mulai mereda?

Saat tengah menjulurkan tangannya, seorang laki-laki berhenti dengan gagahnya bak pemain sinetron di depan Harmony. Laki-laki itu membuka kaca helm yang ia kenakan. Mata indah nan mempesona berwarna keabu-abuan terpampang jelas pada wajah laki-laki itu.

"Ngapain bengong? Cepet naik!"

"Hah?" Bengo Harmony

"Ayo cepet naik, mumpung hujannya belum deres.."

Tak mendapati jawaban yang diinginkan, Negara menarik tangan Harmony untuk menaiki kendaraan yang laki-laki itu kendarai.

Harmony menepis tangan Negara. "Lepas!"

Harmony mundur beberapa langkah. "Ngapain sih tiba-tiba narik kek gitu, gak sopan banget!"

"Iya-iya deh, maaf. Aku cuma mau ngajak kamu untuk pulang."

Harmony menyipitkan matanya, "aku gak percaya dengan tampang mencurigakan kek kamu"

Negara menghela napas ringan, segera ia mengeluarkan handphone-nya dan membuka aplikasi pesan. Laki-laki itu menunjukkan sebuah pesan antara Negara dan Melody.

PESAN

Melody :
Ra, tolong jemput Harmony ya? Please. Aku gak bisa, bokap aku udah jemput duluan, dan gak sempet ngajak Harmony. Please...

Negara :
Iya, santai Mell, nanti aku jemput kok. Kalau butuh apa-apa kabarin lagi ya.

Melody :
Oke, makasih ya Ra. Sampein salam aku buat Harmony. Dahh.

Hidup Itu Luka  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang