.
.
.Ren melirik pintu perpustakaan sebelum mendengus setengah sebal. Sudah lima belas menit dan Nine belum kembali dari panggilan mendadak ratu cerewet itu.
“Mereka bicara apa sampai selama ini? Rapat lewat pecahan steen bukan bentuk upaya demokrasi yang baik,” ketusnya. Matanya kembali meniti sudut demi sudut, sisi demi sisi.
Perpustakaan ini terlalu luas dan terlalu sepi. Apa penghuni ataupun kesatria di sini tidak suka menanam ilmu baru di kepala angkuh mereka?
Dia pun melirik lokasi rak buku yang berbeda dari yang lain beserta buku yang sempat ia baca. Padahal Ren ingin sekali membawa dua atau tiga buku ke dalam kamarnya, ingin melakukan sesuatu. Namun, sepertinya ratu itu mengantisipasi rencananya, sial.
Tangan Ren mengusap ujung dagunya, kembali sibuk dengan data yang baru saja dia terima dari Nine. Tentang rahasia kehidupan sebelumnya, penyebab kematiannya, dan pembangkitan. Dari hal-hal itu, Ren terjebak rasa penasaran di bagian ‘pembangkitan’.
Ren memang tidak begitu paham dengan konsep ketuhanan, pun enggan menganggap ratu angkuh itu adalah Tuhan. Karenanya pasti ada hal gelap di balik kata ‘pembangkitan’ ini.
Selama perjalanannya menuju perpustakaan tadi, Ren memang melihat banyak kesatria dan pengurus istana.Namun dirinya tidak melihat dari mereka yang berpakaian sama seperti Nine. Apa ada unit khusus? Apa mereka semua yang ada di sini mengalami ‘pembangkitan’ seperti Nine?
Sepertinya tugas Ren akan bertambah satu, walau ia tak tau akan terjebak di dalam kubus ini berapa lama, semoga semua rencananya yang sudah tersusun rapi bisa dieksekusi tanpa cacat.
“Ren.”
Remaja itu menoleh, kali ini menangkap Nine dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. Terlihat seperti, khawatir?
“Oh, sudah selesai diskusi ringannya dengan ratu?” tanya Ren ringan, seolah abai dengan mimik Nine.
Nine menghela napasnya pelan sebelum wajah datar itu kembali terbit di sana. “Maaf menggangu waktu bersantaimu, tapi sepertinya agenda berkeliling harus berhenti sampai di sini.”
Ren memiringkan kepalanya bingung. “Ada apa? Kau kelelahan berjalan kaki?”
Pengawalnya itu menggeleng pelan. “Ratu memanggilmu ke White Room.”
Senyum ringan Ren pudar. Ia tak tau ruangan apa itu, tapi rasanya raut khawatir Nine barusan sedikit menjelaskan hal apa yang akan ia hadapi di sana.
.
.
.***
.
.
.“Hahhh, mau sejauh apa kita akan berjalan?” Ares bertumpu pada lututnya sebentar sebelum bahunya terdorong oleh Lios.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunariverse : Magic Pendant dan Kotak Pandora
FanfictionDunia dengan daratan lima tingkat yang mengapung bebas di langit dengan kubus raksasa sebagai kasta teratas,paling mulia. Dunia yang segalanya diatur oleh Kerajaan Atas,dibawah kekuasaan ratu baik hati. Dunia indah dan damai yang diciptakan oleh dos...