Dunia dengan daratan lima tingkat yang mengapung bebas di langit dengan kubus raksasa sebagai kasta teratas,paling mulia. Dunia yang segalanya diatur oleh Kerajaan Atas,dibawah kekuasaan ratu baik hati. Dunia indah dan damai yang diciptakan oleh dos...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
“Pergi sekarang?”
“Memangnya mau menunda berapa lama lagi? Bahkan ini hampir mendekati dari jadwalnya.”
Rei menghelas napas, “Ren,kau sungguh tidak akan menjawab dengan benar,kan?”
Ren melirik saudaranya lalu berbalik,membelakangi. “Lima belas tahun aku hidup,tidak pernah meragukan ayahku sendiri,Rei.”
Senyum mentari Rei mengembang,ia meraih ranselnya,bersiap pergi ke pusat kota Lunar.
“Kak Ren.” Willi mencubit ujung baju Ren.
“Ya,ada apa,Willi?”
“Kalau yang ayah kalian katakan itu benar,aku mohon kau jangan sampai lulus.” Tangan kecil itu meremat ujung baju Ren semakin kencang. Matanya sendu,bahunya turun sekali.
Ren mengusap pucuk kepala Willi pelan, “tidak,Willi. Lagipula aku masih punya janji untuk memulangkan kalian bertiga.”
Mata Ren beralih satu-persatu,mengabsen bocah yang mendadak menjadi adiknya sedang bersandar di kusen pintu rumah.
“Saat tahunku soalnya rumit sekali,tapi dengan kapasitas kepala Ren pasti sangat mudah. Kali ini saja Ren,kau harus menjadi orang bodoh.” Iro menyodorkan dua botol penuh air mineral,keduanya menyambut.
“Kalau aku,kira-kira bisa menjawab atau tidak,Kak?” Rei bertanya antusias.
“Tidak.”
“KAK SEN JAHAT!”
Memang itu bukan Iro yang menjawab,melainkan Sen dengan tangan yang membawa dua kotak bekal. Perjalanan dari rumah terisolasi mereka menuju pusat altar kota memang tidak sebentar. Terlebih mereka harus segera sampai sebelum jam dua belas tepat dengan berjalan kaki.
Iya,Rei sempat terbesit untuk menunggangi Gizza,tapi ide gila itu dikecam Iro keras. Dalam sejarah Exam,belum ada yang berangkat dengan menaiki harimau putih. Itu akan menggemparkan sekali.
“Kak Ren! Kak Rei! Semangat untuk kalahnya ya!” seru Ares. Aneh,baru kali ini mendengar kalimat itu. Pun Ares sendiri baru pertama kali menyemangati dua kakak barunya untuk kalah. Memang benar,dunia ini benar-benar aneh.
Lios tertawa kecil di sebelahnya, “seruanmu aneh sekali,Res.”
“Biarin!”
Persediaan sudah lengkap,tidak terlalu banyak hanya baju ganti,perbekalan makan siang juga air mineral,ah Iro juga memberikan beberapa keping Crys untuk berjaga-jaga. Dan semua perbekalan itu berada di pundak Rei,kakak yang hanya berbeda tujuh menit dari adiknya,Ren yang ceroboh luar biasa.
“Kami berangkat dulu!” Rei melambai,sedang Ren sudah mulai berjalan menjauh.
Willi dan Ares ikut melambai hingga kedua sosok itu menghilang di ujung pandangan mereka. Dan sampai mereka pergi pun,mata Lios tetap pada targetnya.