.
.
.“Maaf.”
“Kau sudah katakan itu lebih dari duapuluh kali,Willi.”
Iro menatap pasiennya dengan tatapan gusar. Bahkan kata itu sudah keluar dari mulutnya sejak dirinya,Rei,Ren,dan Gizza sampai.
“A-aku masih merasa bersalah,Kak,” ucapnya diselingi beberapa isakan yang lolos dari bibirnya yang masih bergetar. Pun matanya masih sembab,serta hidung yang sibuk mengisap ingusnya.
“Rei sudah memaafkan mu,maka aku dan Sen juga sama.” Iro menurunkan tangannya dari lutut Willi,telah usai menyembuhkan pasiennya. Peluh bercucuran deras di dahinya,baru kali ini menyembuhkan empat orang dalam waktu yang berdekatan. Silih berganti pasiennya berdatangan,tidak sempat untuk dirinya memulihkan kekuatannya sendiri.
“Minum lah,Kak,” Rei menyodorkan teh hangat kepada Iro.
Setelah mengelap peluhnya,teh itu ia sambut. “Terima kasih,Rei,” dan meminumnya pelan. Sedang Rei keluar kamar,kembali meracik teh herbal ramuan Iro.
Willi masih menunduk,memerhatikan lututnya yang kembali sehat seperti sedia kala. Ia memang mengagumi kekuatan-kekuatan aneh di setiap animasi yang ia tonton di dunianya. Tapi untuk mempercayai benar adanya hingga melihat langsung di depan mata,masih terasa mustahil.
Meski begitu,cahaya kehijauan yang berpendar dari tangan kanan Iro bukanlah ilusi. Efek yang ia rasa juga tidak mungkin palsu. Sangat nyata,tidak bisa mengelak,mencubit pahanya beberapa kalipun rasa sakitnya masih sama. Ini bukan mimpi,bukan juga menonton animasi kesukaannya di hari libur. Ini sungguhan, riil di depan matanya,konkret.
“Kak Iro,” panggil Willi tiba-tiba.
“Ya?”
“Kau penyihir?” tanyanya. Nadanya masih lemah,pun suaranya masih gemetar.
Alis Iro naik satu,lalu tawa khasnya keluar, “kau sungguhan adiknya Ares ternyata,ku kira dia berbohong.”
Willi hanya diam,tapi wajahnya menjelaskan kebingungan dari jawaban Iro barusan.
“Ares juga menyebutku penyihir,juga aku sempat tidak percaya kalau kau adiknya saat kalian bertiga berpelukan tadi. Emm,karena wajah kalian tidak mirip sama sekali,” jelas Iro.
“Ini teh untukmu,Willi. Minumlah,itu ampuh sekali untuk mengisi tenaga.” Rei kembali masuk,juga kembali menyodorkan teh hangat itu ke Willi.
Willi mengadah,dirinya bisa melihat jelas senyum mentari milik Rei sebelum tangannya terjulur menyambut teh itu.
“Te-terima kasih,Kak Rei.”
Rei berjongkok,ingin menatap wajah Willi yang sejak tadi terus menunduk. Sepertinya rasa bersalah masih mengakar di hatinya,belum lepas dari jeratan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunariverse : Magic Pendant dan Kotak Pandora
FanfictionDunia dengan daratan lima tingkat yang mengapung bebas di langit dengan kubus raksasa sebagai kasta teratas,paling mulia. Dunia yang segalanya diatur oleh Kerajaan Atas,dibawah kekuasaan ratu baik hati. Dunia indah dan damai yang diciptakan oleh dos...