Bapak Takut

1 0 0
                                    

Jam 12 siang tepat sebelum jam makan siang. Para pekerja kantor dibuat riuh oleh jatuhnya salah seorang karyawan dari lantai 12. Terlihat dari pakaiannya : atasan putih dan bawahan hitam. Pria yang mencoba mengakhiri hidupnya itu adalah anak magang biasa. Entah tekanan apa yang ia dapat hingga membuatnya memilih jalan seperti itu.

Mulai dari rumor yang bilang kalau dia dilecehkan oleh atasan, ada juga yang dia bilang kalo dia hanya tergelincir saat makan di atap. Dari berbagai teori bagaimana dia jatuh tidaklah begitu penting. Karena yang paling sakral diantara itu semua adalah setelah terjatuh dari lantai dua belas dan mendarat diatas mobil honda usang entah milik siapa. Pria itu bangun.

Darah yang mengalir dari ujung kepala hingga kakinya seolah tak ada, matanya seperti orang yang sebal karena harus bangun pagi setiap hari untuk kerja. Sayu dan tak begitu berkutik. Disaat semua orang yang menyaksikan menghampirinya untuk memberikan pertolongan. Pria itu cuma bengong sambil mengusap-usap lehernya yang penuh dengan serpihan kaca mobil.

Sementara itu, diantara kerumunan ada bapak paruh baya yang menenteng kotak bekalnya. Menyaksikan kejadian ngeri itu dengan mata dan kepalanya sendiri. Bapak merasa mual dan bergegas untuk segera ke kamar kecil. Berlari menahan muntah di mulutnya, namun sebelum bisa menyentuh kamar kecil mulutnya meledak di depan pintu toilet. Bapak itu menggigil tak karuan.

"Ini persis seperti di mimpiku" ucapnya dalam hati. Bagaimana bisa pria itu bangun dari ketinggian semacam itu.

Sebelum kejadian ini, beberapa pekan lalu Bapak dihampiri oleh mimpi yang sama dengan akhir yang sama juga. Putrinya mati perlahan dan dia hanya bisa mendengarnya lewat telepon genggam.

Nafsu makan Bapak telah hilang siang itu, dia kembali ke kantor dengan wajah pucat dan berharap hari itu bisa ia lewati begitu saja. Tapi apa daya semua yang ia lihat dalam mimpi terulang kembali tepat di depan matanya.

Skenarionya dalam mimpi terputar ulang seperti sebuah film yang sudah ia tonton berkali-kali, bedanya film ini tak punya peran baik dan peran buruk hanya ajal yang ia tahu akan datang.

Bapak duduk tak jauh dari ruangan bosnya, tepat beberapa meter ada dekat bilik sekretaris. Jam masih menunjukkan dua belas lewat sepuluh. Tepat seperti mimpinya televise memutar berita seputar kriminal. Dua karyawan berbincang di samping galon menggerutu soal topik yang sama. Dan juga terlihat di jendela kepala lalu lalang persis didalam mimpinya, seorang perempuan bolak balik kantornya selama tiga kali.

Semua itu terjadi dengan spontan membuat Bapak berdiri, tubuhnya semakin menggigil bukan karena AC dalam kantor. Dia melihat jam tangannya dua belas lewat dua belas menit. Dan, sama lagi seperti yang ada di mimpi sang bos keluar dari ruangan dengan rambut setengah botak menuju ke toilet.

Berfikir mengubah satu momen dalam mimpi buruk ini bisa membuat semuanya berubah. Bapak langsung mengejar bos mencegahnya agar tak masuk ke dalam toilet.

"Pak, apapun yang terjadi jangan masuk nanti anak saya mati!" ucap Bapak gelagapan. Sang bos hanya memasang pandangan aneh dan melepas tangan bapak dari pundaknya. Masuk ke kamar mandi merapihkan rambutnya. Bapak terdiam diluar menggigit jarinya.

Selang berapa detik kemudian. Tepatnya di pantry, dua wanita muda asyik mengobrol. Dan Bapak mengingat jelas bahwa sebentar lagi salah satu perempuan itu akan bersin. "haciem!"

Bukannya membalas bersin itu dengan 'puji tuhan' atau apapun. Bapak malahan menganga lebar. Dua perempuan itu yang tadinya asyik mengobrol berpaling melihat bapak dengan tatapan jijik.

"Kenapa kamu beneran bersin?!" ucap bapak marah.

"Sensi amat sih jadi orang tua, gini nih kalo udah ditinggal istri. Suka-suka gua lah mau bersin dimana ini hak gua sebagai warga sini" balas perempuan itu menjengkelkan.

"hush!, jangan begitu" temannya menyaut. Dan mereka berdua lalu pergi dari tempat itu.

Semenit lebih cepat dari yang ada di mimpi. Bapak langsung mengambil telfon genggam dan menelfon putrinya.

Putrinya sedang berkuliah di luar negeri karena beasiswa yang didapat dengan jerih payah sendiri, tapi bukan itu fokusnya disini. Di dalam mimpinya si anak gadis hanya menyebut 'halo' lalu jaringan terputus. Dan hidup bapak menjadi tidak sama lagi.

Harapan Bapak pada saat itu hanya satu : Jangan sampai putrinya mengangkat telfon. Namun setelah sekian detik berlalu, hanya dering tidak aktif yang muncul dari sisi lain telefon. Itu bisa membuatnya lega sedikit karena mungkin mimpi itu hanyalah khayalan semu belaka.

Jam makan siang masih tersisa setengah jam lagi. Bapak mengambil kotak bekalnya dan berniat untuk makan di tempat yang lumayan tenang. Setelah teriakan singkat ke bos dan juga gaduh di pantry membuat suasana kantor lumayan aneh pada saat itu, karena dia pun sadar tingkahnya seperti orang gila tadi bisa berdampak pada reputasinya. Bapak tahu bagaimana gossip di kanto ini menyebar lebih cepat dari malaria di rawa. Ia memutuskan untuk makan di atap.

Sesampainya di atap, bukannya ketenangan yang didapat ia malah menemukan seorang pria diumurnya yang sekitar dua puluhan. Berada di ujung bangunan dengan cutter di tangan kirinya. Yang lebih mencolok dari itu semua adalah pakaiannya : atasan putih, bawahan hitam.

"Bapak percaya ga?, saya ga bisa mati" ucapnya dengan bibir bergetar. Setelah berkata seperti itu, pemuda itu membuktikannya dengan mengiris pergelangan tangan kanannya dengan cepat. Pria itu kesakitan.

"Jangan!" ucap Bapak berusaha menghentikan pria itu.

Tapi di mata pemuda itu, masih ada bahasa bahwa ia masih harus membuktikan sesuatu kepada orang yang baru pertama kali ia temui.

"Jadi bapak ga percaya?" ucapnya dengan lantang.

Pria itu langsung terjun ke bawah, meninggalkan Bapak dengan serangan jantung. Setelah bunyi keras yang berdebam dari bawah Bapak menunda serangan jantung itu dan langsung turun ke bawah.

Melihat dengan mata kepalanya sendiri untuk memastikan, apakah anak itu benar benar tidak mati. Atau seolah ini hanyalah mimpi buruk yang akan terulang lagi.

Bait Bait BangsatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang