Bab 3

23.7K 2.1K 128
                                    

Hai!!!!Apa kabar kaliaan? Apakah di sini dah mulai oleng ke Mas Pra alias Mas Bayu?Biar makin semangat boleh minta ombaknya gaak?🌊🌊🌊🌊🌊LESGOOOO***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!!!!
Apa kabar kaliaan?
Apakah di sini dah mulai oleng ke Mas Pra alias Mas Bayu?
Biar makin semangat boleh minta ombaknya gaak?🌊🌊🌊🌊🌊
LESGOOOO
***

Arum lagi-lagi harus menunggu yang mulia Pradikta Bayu Wijaya yang kayanya sedang sibuk bekerja. Arum tahu kalau jabatan lelaki itu amat penting, dia pun juga pernah menulis pekerjaan sebagai orang kantoran. Jadi dia sedikit sesibuk apa Pra. Namun tetap saja, kalau sudah sesibuk itu setidaknya dia tak membuat Arum menunggu terlalu lama.

Ya salah Arum juga sih, menawari pria itu kegiatan yang cukup ribet. Tapi kan itu untuk ibunya.

Pra
10 menit lagi otw

Sepuluh menit katanya. Arum sudah menunggu hampir setengah jam namun dia baru akan berangkat sepuluh menit lagi. Katakanlah perjalanan dari kantornya ke tempat workshop satu jam, belum lagi macet-macetnya. Maka Arum akan menunggu hampir dua jam.

Untung saja Arum sudang mengantisipasi hal ini. Dia berbohong kalau acaranya akan dimulai pukul tiga siang. Padahal aslinya jam empat sore. Arum sudah akan bersiap-siap, kalau lelaki itu molor dan tak jadi datang ia akan memelintir lengan Pra.

Kalau sudah menunggu seperti ini, biasanya Arum akan mencari tempat yang tenang sembari membuka laptopnya. Untuk apalagi kalau tidak menulis. Dia tipe orang yang bisa menulis di segala situasi, walapun situasi ramai sekalipun.

Kalau sudah seperti itu, Arum seperti hidup dalam dunianya sendiri. Tak bisa diganggu oleh siapapun. Karena baginya, menulis seperti seseorang yang akan selalu mendengar ceritanya. Itulah kenapa ia tak akan merasa lelah, sekalipun ia tak memiliki pengalaman apapun seperti yang ia tulis untuk tokohnya dan harus riset mati-matian.

Menulis memang membuatnya menepi dan kadang kesepian. Beberapa orang di sekelilingnya akan merasa bingung dengan sendirian. Namun ia telah terbiasa. Bahkan di tengah keramaian biasanya ia justru lebih banyak observasi. Karena ide-idenya bisa muncul dari sana.

Tapi tidak untuk keramaian pesta seperti itu!

Arum larut dalam pikirannya. Ia tak akan terkecoh walaupun di luar sedang terjadi keributan. Namun ia malah tersentak saat hembusan nafas seseorang menerpa ceruk lehernya. Menyisakan sensai merindik yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Kali ini tentang apa?" tanya Pra membuat jari-jari Arum langsung menegang. Hampir saja jantungnya copot saking kagetnya.
Arum langsung menutup laptopnya. Melirik Pra yang ternyata wajah pria itu sangat dekat dengan hidungnya. "Astaga Pra!" pekiknya. "Jangan dekat-dekat dong."

Pra tak menghiraukan ucapan wanita itu, malahan Pra ikut menoleh. Arum melotot, nafasnya tercekat karena hidung mereka yang nyaris bersentuhan. Sedangkan Pra tampak biasa saja, pria itu justru menyukai reaksi Arum yang terkesan polos namun menggemaskan di matanya.

Pra menyinggungkan seringainya tatkala Arum mendorong bahunya menjauh.

"Kenapa sih ditutup terus? Gue juga pengen baca," ucapnya menggoda Arum. Pra heran, kenapa wanita itu selalu tak memperbolehkannya membaca tulisan Arum. Padahal ia sangat penasaran dengan apa yang Arum tulis. Yang ia tahu Arum adalah salah satu penulis romance yang bukunya banyak terpampang di rak toko buku.

(un) Match Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang