Bab 28

15K 1.5K 128
                                    

Hai!! 🖐🖐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!! 🖐🖐

Spam ombaknya dulu banyaaakk 🌊🌊🌊

Dikit doang kok angstnya. Dikiiiittt

Happy Reading!

***

Pra marah, teramat sangat marah. Ia melempar tas kerjanya begitu saja di atas kasur. Lelaki itu tak habis pikir dengan apa yang dipikirkan Arum. Ya, Arum Kemuning, wanita yang bahkan tadi masih menciumnya tiba-tiba mengatakan bahwa ia ingin putus.

Alasannya konyol, sangat konyol.

Wanita itu sedang berperan sebagai pahlawan? Untuk apa? Untuk siapa? Menjaga keinginannya dirinya sendiri saja wanita itu tak bisa.

Pra tak bisa berpikir apapun sekarang. Ia terlalu marah dengan wanita itu. Setiap kata yang diucapkan Arum seperti belati yang menyayat hatinya. Saat telah remuk pun, Arum masih meratakan hatinya dengan palu yang bertalu-talu.

Ia tak membenci Arum karena membuangnya. Wanita itu berlagak seperti seorang bajingan, tapi Pra tau Arum tak pernah cocok memerankan peran itu. Wanita itu hanya naif.

Entah apa yang sudah terjadi selama hidup Arum hingga wanita itu menjadi sosok yang seolah ingin diapresiasi, ingin diakui. Pra bisa sedikit mengerti saat rasa percaya diri arum sangat rendah karena ia yang merasa tak pernah dicintai oleh sosok lelaki. Tapi Pra tak pernah tahu kenapa Arum begitu mudah melepaskan perasaannya sendiri.

Arum menjalin hubungan dengan dirinya karena ia ingin punya mantan? Alasan konyol macam apa itu. Lalu Arum pikir dengan menjodohkan dirinya dan Aruna maka masalah keluarganya juga akan selesai? How stupid she is!

Masalah keluarganya adalah masalahnya sendiri. Tak pernah ada sangkut pautnya dengan orang lain apalagi Arum. Dan Aruna bukan solusinya. Demi tuhan rencana Arum sangat tak masuk akal. Seperti membuka pintu dengan kunci yang salah.

Pra mengerang frustasi. Rambutnya acak-acakan, raut mukanya juga tak karuan. Ia memijat kedua mata dengan telapak tangannya. Helaan nafasnya terasa sangat berat. Pra tak tahu harus bagaimana. Semuanya masalah seolah menabraknya dari berbagai sisi. Soal ayahnya belum selesai, lalu muncul soal Arum dan rencana naifnya.

Bagaimana membuat wanita itu sadar akan keinginannya dan berani memperjuangkan dirinya sendiri? Pra lelah, ia merindukan pelukan Arum. Ia merindukan tepukan hangat dari tangan Arum. Terlebih ia menyesali ucapan bodoh yang ia katakan sendiri.

"Pengecut? Pengecutan mana sama lo yang gak bisa membuktikan ke keluarga lo–even ke papa lo sendiri? Ikutin aja rencana gue Pra. Lo dan Aruna. Apa yang susah? Lo bisa suka sama gue yang keras kepala apalagi dengan Aruna. Aruna jauh lebih cantik dari gue, jauh lebih menarik dan bisa lo banggakan. Gue apa Pra... gue gak ada apa-apanya."

(un) Match Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang